Bagai Buntal Kembung?

...『⇒Bab 3⇐』...

"Grace... Kembali ayah bilang apa kau tak dengar? Grace... Jika kau tetap pergi ayah akan menghukum mu, kau tak akan ayah bukakan pintu dan kau bisa tidur di luar! silahkan kalau kau berani menentang ayah!" jeritannya pula yang tiada henti sampai mengejar Grace hingga menuju ke luar rumah.

Tapakan kaki Grace terhenti di saat ia mendengar ancaman dari ayahnya barusan lalu ia menoleh dan melontarkan senyuman simpul di wajahnya. "Aku bisa tidur di manapun, monggo kalau ayah mau melakukan sesuai keinginan ayah! karena aku tak perduli, aku pergi!" ucapnya pula secara santai kemudian senyuman itu pun luntur di wajahnya ketika ia melanjutkan kembali langkah kakinya.

Lagi-lagi ayahnya masih terus memanggil nama dirinya dengan makian serta ancaman yang lebih parah lagi jika ia masih pergi maka bajunya semua akan di lempar keluar namun Grace sudah biasa mendengar hal konyol itu sebab jika ayahnya membutuhkan uang juga larinya ke Grace dan memasang wajah yang menyedihkan apalagi Grace merupakan wanita yang rendah hati walaupun dirinya di perlakukan seperti itu ia tetap berada di samping ayahnya.

"Grace, bukankah itu ayah mu? kenapa dia mengejar mu sampai ke sini?" tanya lelaki yang sudah menjemput Grace pula. "Nih helm mu pakailah," lanjutnya lagi sembari memberikan langsung ke tangan Grace.

"Tak usah banyak bertanya, kita sekarang pergi biar tak telat masuk kampus!" cetusnya pula sambil memasang helm di kepalanya lalu ia pun memegang ke dua bahu lelaki tersebut sebab motor lelaki itu memiliki model bangku belakang yang tinggi karena kawasaki ninja rr old memiliki body yang besar makanya ia pun naik dengan bantuan bahu lelaki tersebut.

Sepertinya hatinya sedang tidak baik, nanti saja deh di tanya kalau di tanya sekarang malah aku yang kena sembur! batin lelaki itu pula sehingga ia melirik dari samping mengamati gerakan Grace yang sedang naik ke atas motornya sembari membuang nafas kasar.

"Sudah?" tanya lelaki itu setelah ia melihat Grace sudah kian duduk di bangku motornya.

"Sudah, jalanlah!" jawabnya secara singkat pula.

"Oke jangan lupa pegangan," pesannya pula berbicara dari samping namun samar terdengar sebab ia sudah menggunakan helm di kepalanya.

Grace hanya anggukkan kepala namun matanya tak melihat lelaki tersebut dan kemudian ia meletakkan ke dua tangannya di bagian pundak si lelaki dengan erat.

Brmmm

Brmm

Suara motor lelaki itu sungguh terdengar jelas di telinga ayah Grace yang saat ini sedang menatap kepergian mereka dari arah kejauhan pula.

"Ma, kenapa anak itu selalu membuat aku kesal? coba mama lihat itu dia naik motor dengan lelaki yang aku suka ma! aku benci dia, aku benci dia ma!" rengekan Laras tepat di depan pintu ia sedang berdiri bersama ibunya yang sedari tadi mereka juga melihat Grace di bonceng oleh lelaki yang di maksud oleh Laras.

"Mama juga kesal pada anak itu, mama ingin sekali mengoyak mulutnya dan membuatnya patuh di kaki mama! tapi kita harus fikirkan cara untuk membuat anak itu tak berkutik di depan kita," jawab ibunya pula bahkan tampak ia bermain dengan jemari tangannya sembari mengepalkannya secara kuat.

"Aku ingin dia tersiksa ma! aku ingin memberi pelajaran untuknya sampai mati pun dia harus benar-benar tersiksa! buktinya mama lihat sendiri tadi dia dengan beraninya menjambak rambut ku," ocehannya lagi sembari merapikan kembali rambutnya serta terlihat pula raut wajahnya yang begitu kesal.

"Oh my little baby... Maafkan mama, karena mama tidak cepat menghentikannya, apa rambut mu masih sakit sayang?" cakapnya terdengar seperti membujuk lalu ia berulang kali membelai rambut anaknya serta melontarkan wajah yang sedih.

"Tidak apa ma, hanya rontok saja nanti aku bisa memberi vitamin rambutku setelah pulang dari kampus," balasnya pula sambil melangkah ke arah meja makan untuk meraih tasnya yang masih berada di tempat duduknya.

Tap

Tap

Langkah kaki Daniel terdengar ketika ia ingin memasuki pintu rumah dan melihat mereka sudah berada di hadapannya bahkan Jihan melihat suaminya dengan jengkel sebab suaminya tak bisa memberi pelajaran pada Grace itulah benak Jihan saat ini.

"Laras, apa kau sudah ingin pergi? biar ayah antar," katanya pula dengan menatap ke arah Jihan yang sudah mengatupkan tangan di dada.

"Ayah apa sih? aku kan sudah bilang, aku tak ingin memanggil dengan sebutan ayah karena bagiku sangat kampungan jadi no ayah! aku lebih suka memanggil papa, bisakah tidak menyebut diri mu ayah?" lontarnya pula secara lantang bahkan ia tak memiliki sopan terhadap orangtuanya sendiri berkata demikian.

"Terserah kau saja! cepatlah biar papa antar kau ke kampus karena papa lewatnya dari kampus mu," ajaknya lagi terdengar mengalah sebab ia tak ingin menjadi panjang urusannya dengan anaknya itu.

"Aku mau naik taksi yang benar saja aku harus naik motor butut itu! sini berikan aku uang untuk bayar ongkos taksi dan juga jajanku!" pintanya pula secara angkuh dengan menggerakkan telapak tangannya di depan ayahnya.

"Bukankah papa sudah memberi uang lebih pada mu kemarin lusa?" tanya ayahnya pula tampak menautkan kedua alis matanya.

"Ya sudah habis lah! aku juga banyak keperluan di kampus lagipula perawatan tubuhku bukan yang murahan, sudah pa sini berikan aku uang!" pintanya lagi dengan memaksa namun ia bahkan sama sekali tak melihat ke arah ayahnya.

"Kasih saja mas kenapa susah banget ngeluarin uang untuk anak sendiri," sambung istrinya pula membenarkan sikap anaknya itu terhadap suaminya.

"Tapi aku belum dapat uang makanya hari ini aku mau buka bar lebih awal," jawabnya dengan wajah yang serius.

"Halah! tidak usah menipuku, apa aku anak kecil yang mudah di tipu?" berang Laras pula tampak merasa kesal pada ayahnya.

"Buat apa menipu mu bukannya kalau kau meminta uang selalu papa kasih? sekarang kau minta saja dengan mama mu! aku pergi," ucapnya dengan jengkel sebab ia benar-benar tak punya uang sebab sudah habis untuk minum-minum bersama temannya kemarin malam makanya ia langsung pergi tanpa menoleh ke istri dan anaknya lagi.

"Mas..." Teriak istrinya pula namun suaminya tak menghiraukan sebab suaminya terus saja pergi tanpa membalasnya lagi.

Laras mengepalkan kedua tangannya dan lontaran kedua matanya terlihat mengerihkan ketika ia menatap ayahnya yang berlalu pergi begitu saja sehingga ia menjerit sekuat tenaga memaki dengan membabi buta.

^^^To be continued ^^^

^^^🍁 aiiWa 🍁^^^

...Kutipan :...

"Bagai buntal kembung" sudah bodoh, sombong lagi sifatnya. Begitulah istilah untuk orang yang mengandalkan kesombongan sementara ia tak dapat berkaca bahwa dirinya "tong kong" ❤️

Terpopuler

Comments

тαуσηg

тαуσηg

emang enak di cuekin gigit jari tuh

2023-02-20

1

Tong Kong 👁️👁️👁️

2023-02-20

0

hhmmm...apa keistemewaan nya dpt isteri baru....masuk lobang tikus..kluar lobang buaya...sanggup mengabaikn ank sendiri...moga si ayah akan menyesal 1 hari nanti...

2023-02-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!