Pertemuan

Suara dedaunan basah yang diterpa angin, kicauan para burung yang bersahutan, para hewan terlihat sedang mencari makan.

Ini adalah suasana pagi hari di hutan Mori, salah satu tempat terlarang bagi manusia. Tapi pagi itu terlihat seorang gadis sedang mencari sebuah kayu bakar. Dia menyusuri jalanan hutan sambil bersenandung. Namun hal yang tak terduga terjadi.

Krak Krak Krak.

Sebuah suara ranting yang patah karena terinjak terdengar di dekatnya. Gadis itu langsung mengambil posisi siaga.

“Siapa disana?” Dia mulai berjalan perlahan menuju ke arah suara itu. Namun yang ditemukannya adalah seorang anak kecil berambut pirang panjang.

“Anak kecil, bagaimana mungkin?”

Gadis itu segera membawa anak itu ke gubuknya. Dia membaringkan anak itu diranjangnya, membersihkan tubuhnya dan merawat lukanya.

“Luka ini, monster roh jahat. Bagaimana anak ini bisa selamat sampai disini?” Gadis itu tertegun.

“Selain itu mengapa anak yang begitu cantik ini merupakan anak laki-laki. Oh tuhan apa ini akan menjadi hari kesialanku?” Gadis itu mengeluh.

Bagaimanapun juga ini bukanlah hal yang biasa. Melihat bahwa fakta yang ada menolak ekspektasinya sang gadis hanya bisa pasrah pada keadaan.

Beberapa saat telah berlalu. Merasakan rasa sakit yang ada ditubuhnya, bocah itu pun membuka matanya. Badannya yang penuh luka sulit digerakkan. Dia juga kebingungan, bagaimana dia bisa berada di tempat yang sama sekali tidak dikenalinya.

“Hah, kau sudah bangun.”

Bocah itu terhenti sejenak. Walaupun dia hanyalah bocah berusia 8 tahun, dia tahu bahwa itu adalah kecantikan yang sangat tidak biasa. Kulit putihnya yang tampak dingin dan halus, rambut hitam panjang, dan mata yang keemasan.

“Sungguh cantik sekali.” Secara tidak sengaja kata-kata itu diucapkan oleh bocah itu.

“Ah sial, aku keceplosan.” Ucapnya panik.

“Hahahaha, hei baru bangun sudah menggoda kakak ya.” Gadis itu tertawa melihat reaksi anak kecil itu.

“Ne, bagaimana aku bisa berada disini. Apakah kakak yang menolongku?”

“Hmm, kalau dibilang menolongmu saat kau mengalami suatu kejadian mungkin kurang tepat ya.”

“Lalu bagaimana aku bisa ada disini?”

“Aku memungutmu.”

“Eh, aku bukan anak kucing lo.” Bocah itu terkejut mendengar jawaban sang gadis.

“Yah, lebih tepatnya aku menemukanmu dibulan saat sedang mencari kayu bakar. Karena waktu itu kau sedang sekarat jadi aku menolongmu.” Jelas sang gadis panjang lebar.

“He, ngomong-ngomong kenapa kau bisa sampai dihutan ini.”

“Kenapa?”

“Iya kenapa. Jangan-jangan kau tidak tahu kalau ini adalah hutan terlarang?”

“Heh?” Bocah itu lagi-lagi dibuat terkejut.

Singkatnya begini, hutan Mori adalah hutan terlarang. Hutan yang ditinggali para monster, baik itu monster roh maupun monster biasa. Walaupun tetap ada para binatang liar di hutan ini, tapi memang bukanlah tempat untuk manusia berkeliaran dengan aman. Paling tidak mereka harus membawa rombongan berjumlah puluhan orang bersenjata lengkap jika ingin keluar masuk hutan dengan selamat.

“Berarti bisa dibilang aku bisa sampai disini adalah sebuah keberuntungan?”

“Yah lebih seperti itu.”

“Tapi entah kenapa aku tetap merasa aneh. Oh iya kenapa kakak bisa hidup ditempat ini jika yang kakak itu adalah kenyataan?”

“Eh, apa maksudmu?”

“Hmm, mencurigakan.”

“Apanya yang mencurigakan, eh?” Gadis itu bingung dengan maksud pertanyaan anak kecil itu.

“Hmm, kenapa kakak bisa tetap hidup jika hutan ini memang seberbahaya itu. Bukankah itu aneh, siapapun pasti akan bertanya-tanya bukan. Bagaimana hutan terlarang bisa dihuni oleh seorang gadis kecil. Bukankah begitu kan?”

“Ah kau benar, aku baru sadar karena pertanyaanmu. Karena sudah lama aku tidak berbincang dengan manusia, jadi aku mengira ini adalah hal yang wajar. Hahaha.”

Anak itu tercengang mendengar jawaban gadis itu.

“Hei, bagaimana kalau kau kita saling memperkenalkan diri. Bukankah itu akan lebih baik, karena kau juga akan tinggal disini sementara bukan?”

“Bukan hal yang buruk. Kalau begitu perkenalkan, aku Meiga, usia 8 tahun. Tanpa marga. Sekarang giliranmu!”

“Hmm, mulai sekarang aku akan memanggilmu Mei, oke."

"Tidak masalah."

"Sekarang giliranku, mulai darimana ya. Ah, namaku Rose, margaku Isla. Untuk usia, aku sudah melupakannya.”

“Hah, melupakannya. Bagaimana mungkin?”

“Tentu saja mungkin, lagipula aku bukanlah manusia.” Perkataan itu membuat Meiga terhenti sejenak.

“Bukan manusia, apa maksudmu?”

“Hmm, lebih tepatnya aku adalah mantan manusia.” Rose pun mulai menjelaskan.

Pada intinya jika manusia sudah berada di puncak batas kekuatannya, maka cara untuk melampaui batas itu adalah dengan berevolusi ke ranah yang lebih tinggi yaitu menjadi seorang Saint. Jika manusia sudah menjadi seorang Saint maka kekuatannya akan meningkat secara signifikan. Dia menjadi tidak terikat dengan kekuatan fisik, tidak perlu makan, bahkan dalam penampilannya saja akan tetap seperti itu. Bisa dikatakan itu adalah wujud keabadian bagi manusia, namun yang bisa mencapai tahap itu bisa dihitung dengan jari.

“Dengan kata lain kak Rose adalah orang yang sangat hebat ya.”

“Hahaha tentu saja, tapi terkadang menjadi orang hebat saja tidaklah cukup. Karena bagaimanapun juga masih banyak misteri yang belum terpecahkan didunia ini.”

“Apa maksudnya itu?”

“Suatu saat kau pasti akan mengerti apa maksudnya itu. Jadi untuk sekarang kau harus tumbuh dulu menjadi kuat.” Setelah mengatakan itu Rose mengambil seporsi makanan untuk diberikan kepada Meiga.

“Wah, ini kelihatannya enak.” Meiga menyantap makanan itu dengan lahapnya.

“Makanlah dengan pelan jangan terburu-buru seperti itu, nanti kau bisa tersedak loh.”

“Emm, aku harus tumbuh menjadi kuat agar bisa membalas mereka.”

Rose tersenyum mendengar kata-kata tersebut. Dalam hatinya dia berharap bahwa anak yang ada didepannya suatu saat akan bisa membawa perubahan pada dunia yang busuk ini. Kegagalannya dimasa lalu ingin dia tebus dengan menjadikan Meiga sebagai perantaranya.

Waktu telah berlalu, luka Meiga saat insiden itu juga telah sembuh total. Rose pun berencana untuk memberikannya pelatihan khusus untuk masa depan anak itu.

“Mei, mungkin sekarang sudah saatnya untuk memberimu pelatihan bukan. Apa kau sudah siap untuk itu?”

“Tentu saja aku siap. Bagaimanapun juga aku harus menjadi kuat secepat mungkin.”

“Secepat mungkin ya. Baiklah sekarang kita mulai dari pencocokan elemen.”

Rose mengeluarkan sebuah bola kristal untuk pencocokan elemen.

“Letakkan tanganmu diatas bola ini.”

Meiga menuruti apa yang dikatakan oleh Rose.

Dia meletakkan tangannya diatas bola itu. Bola itu mulai mengeluarkan berbagai warna dan berakhir dengan warna ungu dan merah.

“Hee, penguasa 2 elemen ya, tidak buruk juga.”

“Kakak, bagaimana hasilnya?”

“Kau memiliki 2 elemen yang langka, petir dan api. Untuk elemen petir aku hanya akan mengajarimu dasar-dasar penggunaan elemen. Lalu karena kau juga memiliki elemen api yang sama denganku, maka akan kuajarkan semua yang kumiliki.”

“Mantap.”

“Tapi!” Rose memotong perkataan Meiga.

“Tapi apa?”

“Saat kau sudah meninggalkan tempat ini, kau tidak boleh sembarangan menggunakan elemen ini, apalagi menggunakan skill yang akan kuajarkan padamu didepan umum. Semua ini demi keselamatanmu. Karena itu kau harus bisa mengerti pengendalian elemen dengan baik, dan mengembangkan sendiri skill dari elemen petirmu. Mengerti!”

Meiga menjawabnya dengan anggukan. Mulai saat itu Rose mengajarkan kepada Meiga apa yang pernah ia pelajari.

“Semua kelalaianku di masa lalu, kuharap kau akan menjadi orang yang bisa memperbaikinya Meiga.”

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

marga Isla,,, bernama Rose,, 🌷

2022-12-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!