Malam yang sangat mengerikan, hanya itulah yang bisa dia ungkapkan dengan perkataan. Sebuah insiden yang hanya tercipta dalam 1 jam mengubah kehidupannya. Naifola Meiga, bocah berusia 8 tahun ini secara tidak sadar bersumpah untuk mewujudkan kata-kata terakhir dari pak tua Son.
Sebuah kilatan cahaya terlihat di beberapa arah, itu adalah sebuah suar. Para ksatria kerajaan yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus pembantaian yang sebelumnya, baru saja tiba. Dengan gagah berani mereka menerjang kumpulan monster tersebut.
Setiap pedang yang dihunuskan diselimuti elemen suci, dengan ayunan yang anggun mereka menebas para makhluk jahat itu satu persatu. Bahkan sebuah lantunan mantra yang indah berhasil membumihanguskan mereka dalam sekejap.
Itu adalah pemandangan yang sangat menakjubkan bagi Meiga. Tapi tetap saja itu tidak mengubah fakta bahwa mereka terlambat dan membuat hampir semua penduduk desa tewas.
Disaat itu juga Meiga mulai membenci para ksatria kerajaan. Meiga berpikir bahwa mendapat sebuah keagungan adalah hal sia-sia jika melindungi hal yang kecil saja tidak bisa.
Beberapa waktu telah berlalu, para ksatria telah berhasil menumpas habis para monster itu. Tapi perasaan aman tetap tidak dapat muncul dalam hati para penduduk desa. Mungkin hari ini mereka masih hidup, tapi bagaimana dengan besok atau lusa. Banyak dari mereka yang tidak berdaya hanya karena memikirkan hal tersebut.
“Obati yang terluka. Tetap waspada area sekitar, kita belum memastikan berapa jumlah mereka sebenarnya. Tetap bersiap untuk kemungkinan terburuk!”
“Siap komandan.” Para ksatria kerajaan menjawab perintah komandannya dengan serempak.
Setelah para ksatria berpencar untuk menjalankan tugasnya, seorang gadis kecil mendatangi sang komandan, itu adalah Luna.
“Anu, apakah anda bertemu dengan anak laki-laki seumuranku?”
“Hmm, dari yang kutemui tidak ada yang seumuran nona kecil. Hanya sedikit diatas dan dibawahmu. Tapi aku tadi bertemu gadis seumuranmu.”
“Gadis, seumuranku?”
“Iya, dia ada ditenda nomor 8 dari sini.”
“kasih kasih komandan, aku pergi menemuinya dulu.”
“Berhati-hatilah jangan berlarian.” Ujar sang komandan agak khawatir.
Lalu sambil memandangi Luna yang pergi ke tenda dia pun bergumam.
“Hmm, gadis itu mungkin memiliki kemampuan yang menjanjikan. Kebanyakan anak
seumurannya tidak akan setenang dia dalam situasi seperti ini. Bukan seperti itu, bahkan orang dewasa tidak akan bisa setenang itu. Bagaimanapun caranya aku harus membuatnya berada di bawah agensiku.”
Luna sampai di tenda yang ditunjuk komandan ksatria. Dia membuka tenda untuk mengecek apakah Meiga benar-benar ada disana. Namun yang dia lihat adalah pemandangan yang mengerikan. Semua yang ada di dalam adalah para anak-anak desa. Tubuh mereka penuh luka dan memar, tatapan mereka yang kosong seakan telah kehilangan hal yang paling penting dalam hidupnya.
Luna melihat sekeliling dan menemukan anak seumurannya yang berambut pirang dan panjang. Anak itu meringkuk di pojok ruangan. Luna pun menghampiri dan mulai menyapanya.
“Apakah kau adalah Meiga?”
Anak itu mengangkat kepalanya. Dia menangis dan mulai memeluk Luna.
“Luna, aku takut sekali. Bagaimana hal ini bisa terjadi, tanpa kedua orang tuaku bagaimana aku bisa hidup.”
“Kau, Iris?”
Luna ikut menangis, perasaannya bercampur aduk. Dia masuk ke tenda untuk mencari Meiga, namun dia sama sekali tidak ada disana. Walaupun dia juga lega karena Iris, sepupu Meiga yang juga teman dekatnya selamat. Tapi entah kenapa kekhawatirannya semakin tak terbendung. Dia pun memberanikan dirinya untuk bertanya kepada Iris.
“Iris, dimana Meiga?”
“Aku tidak tahu. Dalam kondisi seperti itu aku yang tidak bisa memikirkan apapun, bagaimana bisa mengkhawatirkan orang lain. Menjaga diriku sendiri saja aku tidak bisa.”
“Kau tunggulah disini Iris, biar aku yang mencari Meiga di tenda lain.”
“Percuma Luna, tenda untuk anak-anak hanya disini.”
“Hah?” Luna sangat terkejut mendengar apa yang dikatakan Iris.
“Iris apa maksudmu anak-anak hanya ada di tenda ini?”
“Semua anak-anak yang selamat telah dikumpulkan di tenda ini, tenda lain hanya ada para orang dewasa yang selamat, para ksatria, lalu tempat persediaan mereka.”
“Itu mustahil bukan. Meiga pasti masih hidup, aku akan mencarinya.”
Luna mulai pergi mencari Meiga ke berbagai tempat yang telah didirikan para ksatria, sedangkan Iris tidak mau mengatakan apapun hal yang mungkin bisa menyakiti perasaan Luna.
Dia berlarian ditemani rasa khawatir.
Meneriakkan nama Meiga agar Meiga tahu bahwa dia sedang mencarinya, namun semua itu sia-sia. Seluruh tempat telah dilihat olehnya namun sosok Meiga sama sekali tidak ada disana.
Tubuhnya gemetaran, keringat yang dingin mulai bercucuran, pandangannya mulai kosong. Luna pun ambruk karena tidak kuat menghadapi kenyataan yang pahit ini. Secara terus menerus dia menanamkan pikiran bahwa Meiga tidak mungkin mati disana, dia pasti selamat. Tapi melihat keadaan disisi lain sangat bertolak belakang dengan keinginannya. Kenyataannya jika para orang dewasa mati semudah itu, lantas bagaimana dengan anak-anak.
Sebuah langkah kaki terdengar mendekati Luna. Itu adalah sang komandan. Dia menghampiri Luna untuk menenangkannya.
“Nona kecil, mungkin sangatlah tidak pantas untuk mengatakan hal ini kepada anak seumuranmu. Tapi akan tetap kukatakan, karena aku percaya bahwa kau berbeda dengan yang lainnya.”
Mendengar hal itu Luna mengusap air matanya dan menoleh ke arah komandan ksatria.
“Entah temanmu itu masih hidup atau tidak kau hanya memiliki satu pilihan, bergabunglah dengan ksatria suci kerajaan. Jika temanmu masih hidup suatu saat kalian pasti akan bertemu, tapi jika temanmu sudah mati, maka jangan biarkan orang lain mengalami hal yang sama denganmu. Berdirilah, jadilah yang terkuat untuk menumpas habis mereka. Aku ada disini untuk membimbingmu, aku percaya bahwa suatu saat individu sepertimu yang akan membawa perubahan pada dunia ini.”
Tangisan Luna terhenti. Dia membuka lebar matanya dan membulatkan tekadnya.
Sang komandan mengulurkan tangannya untuk membantu Luna berdiri, Luna pun menerimanya dengan senang hati.
“Komandan anda benar-benar akan melatihku untuk menjadi kuat bukan?”
“Tentu, aku melihat bahwa dirimu dipenuhi oleh potensi. Jika hanya untuk melampaui diriku mungkin tidak membutuhkan waktu lama bagimu.”
“Kalau begitu mulai sekarang mohon bantuannya guru.”
“Hmm, guru ya. Bukan panggilan yang buruk untukku.”
“Oh iya perkenalkan guru, aku Luna, Luna Luminaries. Bisakah anda memberi tahu nama anda guru?”
“Luna ya, aku komandan ksatria suci kerajaan Raven. Mulai sekarang aku akan melatihmu secara pribadi.”
Ditengah pembicaraan mereka seorang gadis berambut pirang itu datang, dia adalah Iris.
“Komandan apakah aku juga bisa menjadi muridmu?”
Raven terkejut, baru kali ini dia menemui kasus seperti ini. Dari beberapa kejadian yang sama tidak pernah ada penduduk yang masih memiliki tekad seperti kedua anak ini setelah mengalami insiden seperti itu. Tanpa dipikir panjang Raven menghampiri Iris dan mengelus kepalanya, dan mengatakan tentu saja boleh nona kecil. Iris pun tersenyum sambil menikmati kehangatan tangan Raven.
"Namamu?"
"Iris."
Raven mengangguk dan membawa mereka berdua pergi ke tenda untuk beristirahat.
Pagi telah tiba, para ksatria mengantarkan para korban ketempat aman yang ada dikerajaan. Sedangkan Luna dan Iris dibawa ke pangkalan ksatria suci kerajaan untuk mendapat pelatihan dari Raven.
Disisi lain terlihat seorang bocah berjalan sempoyongan dengan badan penuh luka dan memar. Dia berjalan sekuat tenaga sambil mengutuk hal yang membuatnya seperti ini. Kebencian yang kuat mulai melekat dalam hati kecilnya, sebuah kekuatan untuk bertahan dalam situasi apapun pasti akan didapatnya. Dia pun terjatuh dan tak sadarkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Drag
ahh aku suka orang seperti ini,mudah di tipu dengan sedikit bumbu di dalam hidupnya
2023-08-11
0
anggita
mampir 👍 like saja.
2022-12-02
1