Creator

Creator

(Prolog) Dimulai dari Kebosanannya

Itu adalah sebuah tanah suci, tempat dimana sang maha kuasa bersemayam disinggasananya. Namun sampai saat ini belum ada siapapun yang pernah menginjakkan kaki ataupun mengetahui keberadaan tempat tersebut.

Sebuah keagungan tiada banding, kekuasaan tanpa pesaing, semua hal itu memang terdengar sangat hebat, tapi yang sebenarnya ada didalamnya hanyalah sebuah kehampaan. Karenanya, di zaman yang begitu lampau, sang kuasa mulai menciptakan sebuah dunia yang dipenuhi dengan kekuatan.

Berbagai ras tinggal ditempat tersebut. Iblis, malaikat, roh, raksasa, dan masih banyak yang lainnya. Mereka mulai membangun peradaban mereka masing-masing dengan begitu pesat. Namun suatu ketika, ada satu ras yang dengan sombongnya menghancurkan ketentraman sistem didunia tersebut.

Saat itu, tercetuslah sebuah perang besar pertama dalam sejarah dunia itu. Masing-masing dari mereka mulai saling menghancurkan. Yang lemah akan musnah, dan yang kuat akan berkuasa. Namun ras lain akhirnya menyadari, kalau ras pembuat kerusuhan tersebut memiliki potensi kekuatanyang sangat tidak masuk akal di dunia ini.

Waktu itulah para ras lain melakukan gencatan senjata dan bersatu untuk mengalahkan satu ras tersebut. Dengan waktu yang begitu lama, dan pengorbanan yang begitu besar, akhirnya mereka berhasil mengalahkan mereka dan menyegel mereka dengan menciptakan sebuah alam yang disebut dengan nama NERAKA.

Mulai saat itu masing-masing dari ras tersebut membagi dunia tempat tinggal mereka sebagai tempat kekuasaan masing-masing, untuk menjaga kestabilan dunia. Sejak saat itu mereka tidak pernah menampakkan wujud aslinya di dunia itu, dan akhirnya disebut dengan makhluk spiritual.

Sebuah perjuangan yang mengesankan bukan. Namun semua itu hanyalah skenario yang telah dibuat oleh sang kuasa untuk menutupi rasa bosannya. Untuk kali ini keinginannya adalah untuk melihat cerita dengan akhir yang bahagia, namun itu tidak memenuhi harapannya.

Karena itu sang kuasa mulai mempertimbangkan beberapa hal dan mulai membuat sebuah cerita yang baru untuk menghilangkan kehampaannya di tanah suci tersebut. "Sudah lama tidak ada sebuah cerita yang menarik di dunia yang telah kubuat. Semua perang yang dahsyat sudah lama terselesaikan. Entah kenapa rasa bosan sangat tidak bisa dihindari.

Kukira menyelesaikan cerita dengan akhir yang bahagia akan menjadi bahan hiburan yang menarik, tapi kurasa itu tidak benar. Dari awal dunia itu kuciptakan dengan kekuatan yang menjadi pusatnya, dan seharusnya kekuatan itu sendirilah yang akan menunjukkan akhir dari dunia itu. Ah, setelah kupikir memang seharusnya seperti itu ya. Hahahaha, mungkin sudah untuk melakukan itu ya."

**

Di malam yang sangat dingin, kegelapan pun merayap ke perbatasan dunia tengah. Benua Norless tepatnya, tempat paling barat dari bagian kerajaan Meeden. Diiringi puluhan burung gagak yang berterbangan sambil mengeluarkan suara khasnya. Mereka bergerak menuju ke desa-desa terpencil dan mulai melahap penduduk yang ada disana. Sinar rembulan yang dingin mengiringi kejadian bersimbah darah ini. Ratusan mayat penduduk tergeletak di sebuah lautan darah. Ini adalah awal dari malapetaka.

Pagi itu beberapa penduduk desa sedang berkumpul membicarakan tentang sebuah rumor yang beredar baru-baru ini.

“Kalian sudah mendengar desas-desusnya kan.”

“Iya, sungguh kondisi yang mengerikan.”

“Tidak ada yang menyangka kalau hal ini akan terjadi, bagaimana mungkin 4 desa lenyap dalam satu malam.”

“Memangnya apa yang sedang dipikirkan oleh para bangsawan kerajaan itu disaat seperti ini.”

“Entahlah, memangnya rakyat kecil seperti kita ada harganya bagi mereka.” Sebuah insiden mengerikan yang telah terjadi membuat para penduduk dipenuhi rasa resah.

Apa ya, yang sedang dibicarakan orang-orang dewasa.

Seorang anak kecil berusia 8 tahun sedang penasaran dengan suasana desa yang berbeda dari biasanya, diapun mulai bertanya kepada orang dewasa yang melintas didepannya.

“Paman, apa sebenarnya yang sedang terjadi. Kenapa para penduduk desa terlihat sangat resah.” Tanya seorang anak bernama Meiga kepada pamannya.

“Meiga, ini adalah urusan kami para orang dewasa. Kalian para anak-anak tidak seharusnya ikut campur. Cukup ikuti saja apa yang kami perintahkan, itu semua demi keselamatan kalian.”

“Tapi paman...”

“Sebaiknya kau bersiap untuk ujian masuk ke akademi bukan. Apa kau sudah memutuskan untuk role yang kau pilih?” Sela sang paman.

“Emm, baiklah jika itu yang paman inginkan.”

“Hmm, kau memang anak yang pengertian. Sana pergilah berlatih dengan luna, dia ada di tempat kepala desa.”

Meiga menuruti apa yang diperintahkan pamannya dan segera menuju ke kediaman kepala desa.

“Kakek Ji, apa Luna sedang berlatih disini?” Meiga bertanya kepada kepala desa.

Kepala desa atau yang disebut Meiga dengan kakek Ji mengangguk dan memberi tahu bahwa Luna ada di halaman belakang rumahnya.

“Luna, kerja bagus.”

“Hah, ada Meiga.” Gadis itu segera menghampiri Meiga dengan ekspresi gembira.

“Hoh, kau terlihat sangat senang. Apa ada hal baik yang sedang terjadi?”

“Bocah Mei, ini bukan hanya hal baik. Luna berhasil mengendalikan elemen suci, bahkan sebelum dia masuk ke akademi. Bahkan diluar sana tidak ada banyak anak diumur kalian yang bisa melakukannya lo.”

“Wah, Luna kau benar-benar jenius ya. Dan juga pak tua Son bukankah sudah kubilang jangan memanggilku seperti itu kan!”

“Hahaha, yah mau bagaimana lagi. Walaupun kau anak laki-laki, tapi dengan tampangmu yang seperti itu pasti membuat seseorang berfikir bahwa kau adalah anak perempuan.” Pak tua Son mencoba menggoda Meiga, dan dibalas dengan muka cemberut oleh meiga.

“Sudahlah Meiga, pak tua Son hanya ingin menggodamu saja.”

“Hmm?” Meiga yang agak kebingungan melirik ke arah pak tua Son.

“Hahaha, kelihatannya Luna kecil ini lebih dewasa darimu ya bocah Mei.”

Meiga merasa sedikit terpukul karena kata-kata itu. Bagaimanapun dia lebih tua beberapa hari dari Luna.

“Pak tua Son sudah cukup bukan. Jika kau masih terus menggodanya aku akan benar-benar memarahimu lo.”

“Ah, haha. Baiklah aku akan berhenti.” Pak tua Son merasa agak malu karena ditegur oleh Luna.

“Pak tua Son, bisakah kau ceritakan seperti apa akademi. Kenapa kami para anak-anak harus masuk kesana, sedangkan kalian para orangtua juga hanya bekerja seperti ini di rumah.”

“Haha, pertanyaan yang cukup menarik. Tapi kurasa akan sangat menarik jika kau melihatnya dengan matamu sendiri nanti.” Ucapan Pak tua Son ditanggapi dengan ekspresi cemberut dari Luna dan Meiga.

Sang surya telah tertidur, kegelapan pun mulai bergerak menelan bumi. Salah seorang penduduk desa Rakau membunyikan bel tanda darurat.

Tong Tong Tong !!!

“Semua bangun mereka datang, ada serangan!”

“Para pria amankan anak-anak dan para perempuan!”

“Siapapun yang bisa bertarung cepat kemari!”

Suasana dalam sekejab menjadi hiruk pikuk. Para wanita dan anak-anak sangat ketakutan lalu mulai menangis menyadari nasib yang menunggu mereka. Sebagian pasrah menunggu ajal, sedangkan yang bertekad tetap lari sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri mereka sendiri.

Disisi lain para pria tetap berjuang sekuat tenaga untuk melawan mereka meskipun usaha itu hanyalah dianggap sebagai setor nyawa. Memakai barang apapun untuk menjadikannya senjata, mereka tetap percaya bahwa dengan menghambat mereka pasti akan ada yang selamat. Bagaimanapun juga penduduk biasa seperti mereka tidak akan bisa mengalahkan kawanan monster seperti mereka. Jangankan mengalahkan mereka, membunuh satu dari mereka saja merupakan wujud dari kemustahilan.

Karena itu mereka hanya bisa menyibukkan para monster itu dengan diri mereka. Sayatan yang merobek kulit, gigitan yang mengoyak daging, hantaman yang meremukkan tulang, itulah rasa sakit yang mereka rasakan. Yang lemah hanya pasrah, dan yang kuat hanya berjuang sia-sia dihadapan mereka.

Di tengah pemandangan itu terlihat seorang anak kecil yang tidak bisa berbuat apa-apa. Dia menangis dengan suara yang sama sekali tidak bisa keluar karena dikuasai rasa takut dan putus asa. Tidak perlu dijelaskan lagi, bahwa dia tidak akan pernah bisa melupakan semua kejadian ini jika dia selamat. Tapi seorang pak tua yang ada disana berpikir bahwa jika bocah itu bisa selamat akan lahir 2 kemungkinan. Jika dia lemah maka jiwanya akan hancur, tapi jika dia kuat pasti dua akan menjadi orang hebat.

Dengan luka disekujur tubuhnya, pak tua itu menghampiri si bocah.

“Bocah Mei, jika kau masih ingin hidup maka selamatkan dirimu. Kami para orang tua hanya bisa sampai disini, tetapi tidak denganmu.”

“Apa yang kau katakan pak tua Son. Jika kalian para orang dewasa saja hanya menjadi bahan makanan bagi mereka maka membunuh bocah sepertiku pasti sangat gampang bukan?”

“Bocah Mei, jika kau membenciku maka jangan sampai kau berakhir sepertiku. Jika kau mati disini apa yang akan Luna katakan padaku nanti. Kau menyukainya bukan?”

Bocah itu mengangguk sambil mengusap air matanya.

“Luna pasti masih berjuang demi keselamatannya, kau juga berjuanglah bocah Mei!”

“baik.” Jawabnya sambil terisak-isak.

“Lalu ingatlah ini, didunia ini ada 2 kekuatan yang paling kuat, itu adalah cinta dan kebencian. Keduanya adalah hal yang berhubungan. Jika kau memiliki keduanya pasti kau bisa menjadi orang hebat. Sekarang pergilah, larilah sekuat tenaga selamatkan dirimu!”

Dengan air mata yang bercucuran, bocah itu berlari sekuat tenaga.

“Jangan pernah melupakan malam ini Meiga. Kau harus selalu mengingatnya. Bencilah mereka, dan balaskan dendam kami yang menjadi korban mereka.”

Setelah kata-kata itu diucapkan, pak tua Son sudah tidak ada lagi di dunia ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!