Dina Pov
Aku sangat kaget apa yang dilakukan pria itu kepada pria yang bren***k itu. Aku tidak mengenalnya sama sekali. Aku tidak menyangka masih ada orang baik yang mau membela ku. Ketika mata kami saling bertemu, aku merasakan jantungku seperti lari maraton. Aku bingung perasaan apa ini?
Aku melihat dari matanya kemarahan yang besar.
Disaat dia mau memukul pria itu lagi, aku berlari dari tempat itu. Aku ingin sekali mengucap trimakasih kepadanya. Tapi, karena aku melihat tatapan orang yang disekeliling ku, aku mengurungkan niat ku. Aku mengambil tas ku dan akull langsung pergi jauh. Aku terus berlari sambil menangis, yang dipikiran ku hanya aku ingin pergi jauh dari tempat itu.
Karena aku mengangis terus, aku tidak melihat jalan. Aku akhirnya jatuh karena tersandung.
"Ah, batu sialan!" teriak ku dengan kesal, sambil menangis.
Aku melihat sekelilingku, ternyata tidak ada satupun orang yang lewat. Aku tidak sadar aku sudah terlalu jauh berlari. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang ke rumahku. Aku merasa lega ternyata masih ada taxi yang lewat jam 12 malam di jalan ini.
Didalam taxi, aku meratapi hidupku. Aku berpikir, kenapa hidupku seperti ini. Aku menangis terus tanpa henti. Supir taxinya terus melihat ku dari kaca spion nya. Bapak tua itu binggung melihat ku karena menangis. Karena dia melihat ku tidak berhenti menangis, dia mengatakan sesuatu padaku.
"Nak, sudah jangan menangis lagi. Setiap masalah yang kita hadapi pasti akan ada kebahagian yang kita terima. Ambil saja pelajaran dari masalah hidup kita. Ingat nak, seperti pepatah sehabis hujan pasti ada pelangi. Jangan sampai putus asa karena masalah" ucap bapak itu dengan tersenyum yang bisa ku lihat dari kaca spionnya.
"Terimakasih pak"jawabku dengan tersenyum. Tak terasa air mataku berhenti mendengar nasehat darinya.
Akhirnya aku sampai di rumahku. Aku langsung merebahkan tubuh diatas tempat tidur ku.
***
Gio POV
Aku tidak tahu kenapa, disaat mata kami bertemu jantung ku seperti lari maraton dan disaat aku melihat air matanya keluar aku sangat marah sekali dengan pria bren***k itu yang telah membuatnya menangis.
Untung saja Joni datang, kalau tidak pria itu sudah habis babak belur aku buat. Disaat aku ingin menghampirinya, gadis itu sudah tidak ada. Aku mencarinya di setiap sudut tempat itu tapi juga tidak menemukannya.
Aku berlari keluar, berharap dia belum pergi jauh. Ternyata tidak ada juga. Aku sangat kesal. Teman ku Joni bertanya kenapa dengan diriku, tapi aku tidak menjawabnya aku hanya meminta data pegawainya. Aku mencari data perempuan itu, akhirnya aku menemukannya. Tanpa terasa bibir ku tersenyum. Mereka bingung dengan ku yang tersenyum dengan cepat, mereka mengambil map yang aku baca. Akhirnya aku tahu nama wanita itu, aku sangat bahagia. Namanya Dina, nama yang cantik bagiku. Ternyata dia seorang mahasiswi. Ketika aku membaca nama kampusnya, aku terkejut ternyata dia kuliah dikampus punya keluarga ku.
Aku mengajak temanku untuk pulang. Didalam perjalanan pulang, kami hanya diam saja. Aku tahu Toni dan Tasya terus memandang ku disaat kami dalam mobil.
"Kenapa kalian terus memandangku?" tanya aku.
" Apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Tasya padaku.
"lihat saja nanti" ucapku.
Setelah beberapa jam kami sampai dirumah kami masing-masing. Didalam kamar aku kepikiran terus dengan Dina. Aku berpikir apakah dia sudah sampai rumah? Apakah dia sudah makan? itulah yang aku pikirkan.
"Baiklah besok aku ingin melihatnya dikampus" ucapku sendiri. Aku langsung merebahkan menutup mataku.
Author
Tampak matahari telah terbit dari sela jendela kamar Dina. Din, terbangun karena bunyi alarm jamnya yang dikamar. Dina merasakan tubuhnya yang sangat lemas, matanya kelihatan sangat bengkak. Tapi dia harus tetap semangat untuk kuliahnya.
Dikampus
Dina memasuki lorongan kampus dengan wajah yang tampak pucat. Dia langsung memasuki ruangan kelasnya. Sahabatnya Nayla melihatnya dengan wajah yang pucat.
"Din, apa kau sedang sakit?" tanya Nayla dengan cemas.
"Aku ngak apa-apa. Mungkin hanya kecapean saja. Nay, apa kau ada lowongan kerja untuk ku?" ucap Dina dengan wajah yang memelas.
"Memang tempat kerja mu kemarin kenapa?" tanya nya lagi.
" Aku memutuskan keluar dari situ"jawabnya dengan lemas.
"Ya, sudah nanti kita bicarakan. Dosen sudah datang" Kata Nayla.
Setelah mata kuliahnya selesai Dina dan Nayla ke kantin untuk makan sambil membicarakan untuk pekerjaan Dina. Mereka pesan bakso yang di kantin. Setelah beberapa menit akhirnya, baksonya juga datang. Mereka makan saling ngobrol.
"Din, aku pernah baca ada lowongan di restoran, tidak jauh dari tempat ini. Kamu kenapa tidak coba saja. Mana tahu mereka mau menerima seorang mahasiswa"kata Nayla.
"Baiklah, nanti aku coba kesana. Tapi nanti temani aku kesana ya." kata Dina.
"Oke. Pasti aku temani." jawab Nayla dengan senyum.
Dikantor Gio
Esok hari setelah kejadian hari itu, Gio menyuruh Toni untuk memberi tahu kalau dia akan datang ke kampus siang hari ini.
"Pagi, pak." sapa Toni melalui telepon
"Ya, selamat pagi. Maaf, pak Toni apa ada yang bisa saya bantu?" balas pria yang sudah kelihatan tua, yang dikenal sebagi dekan dikampus Dina.
"Saya ingin memberi tahu bahwa siang hari ini pak Gio akan berkunjung ke kampus. Pak Gio ingin melihat situasi kampus" kata Toni menjelaskan kepada dekan kampus.
"Baik, pak".
Dikampus.
Di waktu yang sudah ditentukan, Gio dan Toni sudah sampai dikampus Nusantara tempat Dina kuliah. Didepan kampus dekan yang berhubungan dengan Toni ditelepon menyambut kedatangan mereka. Setelah dia memasuki daerah kampus, seluruh siswa perempuan yang yang melihat ketampanan mereka, langsung terpesona.
"Siang,pak. Saya senang bapak datang berkunjung ke kampus ini" ucap dekan kepada Gio dan Toni sambil berjalan.
"Saya ingin keliling kampus dulu karena saya mau lihat situasi kampus." kata Gio.
"Baik,pak. Saya akan menemani bapak untuk berkeliling" jawab pak dekan.
Didalam kantin, Dina dan Nayla sedang asyik menikmati bakso mereka. Disaat mereka makan, seorang pria yang bernama Bram menghampiri mereka.
Bram teman jurusan mereka, Sebenarnya Bram sangat menyukai Dina. Dina adalah mahasiswi yang sangat cantik dikampus mereka, makanya banyak perempuan yang dikampus tidak suka dengan nya, mereka sangat itu dengan Dina. Karena banyak pria yang ingin berdekatan dengan Dina.
"Hai, Din boleh duduk disini?" tanya Bram kepada Dina sambil membawa baksonya.
"Boleh" jawab Dina.
"Kalian serius banget ngobrolnya?" kata Bram.
Dina hanya tersenyum saja.
"Bram, Kamu tahu tempat yang lagi menerima lowongan kerja? Tapi yang bisa untuk anak kuliah" tanya Nayla.
"Memang siapa yang mau kerja?" tanyanya balik.
"Aku, Bram. Kamu tahu ngak?" sambung Dina.
"Aku punya cafe, kalau mau kamu kerja dikafe aku saja" kata Bram
"Mau." jawab Dina dengan semangat dan tersenyum. Nayla juga sangat senang melihat wajah sahabatnya tersenyum, kembali.
Begitu juga dengan Bram, melihat Dina tersenyum dia merasakan jantungnya berdetak dengan cepat. Dia merasakan kebahagian, karena dia berpikir dia bisa terus dekat dengan Dina.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata melihat mereka dengan sinis. Seorang gadis yang sedang duduk bersama temannya, yang sambil menahan amarahnya.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Thanks buat teman-teman yang sudah mau membaca karya saya. Maaf jika ada kesalahan typo. Mohon berikan komentarnya, apa yang perlu saya perbaiki dan mohon dukungannya, trimakasih🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Retno Marsudi
jng marah sm dina lo ya,,, itu bukn slah dia hehe
2020-08-24
3