04

Hari yang sudah ditunggu akhirnya datang. Tepat Hari ini keluarga Haikal akan kembali lagi untuk melamar Matahari untuk yang kedua kalinya. Segala persiapan sudah mulai dilakukan oleh keluarga Matahari. Mulai dari jamuan untuk sang calon besan dan sebagainya.

Kini Matahari sedang dihias oleh Naura dikamarnya. Agar anak gadisnya itu terlihat lebih cerah dari biasanya. yang biasanya hanya pakai alas bedak dilapisu bedak tabur my beby. Sekarang Naura menyulap Matahari bak permaisuri turun dari kayangan.

Sebelumnya Naura memberikan gaun biru muda serta hijab pasmina yang senada pada putrinya. Ada nada protes dari Matahari tapi tidak ditanggapi Naura. Karena putrinya itu sudah sangat cantik hari ini.

"Ahh, akhirnya selesai juga," Naura meregangkan otot-otot tangannya ke atas setelah menghias wajah putrinya dengan make-up tipis. Meski demikian Matahari terlihat lebih cantik. "Nah lihatlah Sayang, wajah kamu sangat cantik bukan? Tak sia-sia bunda dulu belajar make-up waktu SMA," Naura menepuk dadanya bangga.

"Alahhh, ini saja Bunda sudah bangga. Bahkan Bunda masih kalah sama make-up artis," cibir Matahari.

"Hey meskipun bunda masih kalah sama make-up artis yang terpenting bunda orang pertama yang makein kamu make-up loh," ujar Naura tak terima.

"Mana ada Bun, Bahkan dulu waktu ata perpisahan SMP orang lain tuh yang makein make-up ata?" Matahari mengingatkan sang bunda kalau bukan dialah yang pertama.

"Itu sudah 3 tahun yang lalu. Tapi sekarang kan bunda yang makein pertama," jawabnya tak mau kalah.

"Yang jelas intinya bukan Bunda yang pertama jadi Bunda nggak usah nyari alasan lagi." Matahari menatap Bundanya sedikit sinis karena Naura tak mau mengalah.

"Iya deh iya bukan bunda yang pertama," jawabnya pada akhir.

"Yaudah bunda ke kamar dulu mau ganti baju, sebentar lagi calon besan bunda akan datang," Naura melangkah meninggalkan anaknya yang sedang duduk di depan meja rias.

Matahari menatap wajahnya dalam pantulan cermin meja rias. Wajah yang biasa hanya dipoles dengan bedak bayi kink ditambah dengan polesan make-up natural ciptaan Bundanya. Percayalah hati Matahari sekarang tidak baik-baik saja. Dia hanya akan ceria di depan semua orang dan disaat sendirianlah ia bisa melampiaskan rasa sedihnya. Sedih karena masa remajanya akan hilang sebentar lagi, sedih karena begitu cepat menjadi istri orang. Intinya sedih, sedih, dan sedih.

Tak mungkin pula Matahari pergi dari rumahnya untuk menghindari perjodohan ini. Sejauh apapun ia kabur Matahari sangat yakin Ayahnya pasti bisa menemukannya. Dan lagian kemana ia akan pergi? Meninggalkan orang tua yang sudah susah payah membesarkannya dengan penuh kasih sayang dan cinta. Tak mungkin itu Matahari lakukan. Mungkin memang benar kata abangnya kemaren, jika kita ikhlas pasti semuanya berjalan dengan lancar.

"Bismillahirrahmanirrahim," Matahari menghembuskan nafasnya dengan kasar untuk menghilangkan kegundahan yang ia rasakan.

***

Bel rumah berbunyi petanda ada tamu yang datang. Seorang wanita paruh baya yang bertugas sebagai pembantu datang dengan tergopoh-gopoh menuju pintu masuk. Dibukanya pintu tersebut melihat siapa yang datang. Setelahnya menyuruh mereka untuk masuk karena ia merupakan tamu terpenting tuannya.

"Silahkan masuk Tuan, Nyonya," Bik Muni mempersilahkan keluarga Haikal untuk masuk setelah ia bergeser ke samping untuk memberi jalan.

"Terima kasih, Bik," jawab Haikal lalu melangkah masuk diiringi keluarganya.

Sekarang keluarga itu sudah duduk sofa ruang tamu. Minuman serta cemilan sudah tersedia disana karena Bik Muni sudah menyiapkannya sedari tadi.

"Maaf kami lama Kal," sapa Tuan rumah tak enak hati.

"Iya tidak apa-apa Ji," balas Haikal dengan senyum tipis.

Bintang tampak melihat ke sekeliling rumah untuk mengetahui keberadaan calon istrinya.

"Matahari masih di kamar Nak Bintang sebentar lagi mungkin turun bersama Bundanya," jawab Panji saat melihat Bintang melihat kesana kemari.

"Heheh Iya nggak apa-apa Om," balasnya malu karena kepergok sama calon mertua.

Gelak tawa terdengar disana saat Bintang merasa malu karena perbuatannya sendiri. Bintang hanya mengaruk kepalanya yang tak gatal.

Tak lama setelah itu terdengar langkah kaki yang bersahutan menuruni anak tangga. Terlihat seorang wanita paruh baya serta seorang gadis yang sangat cantik. Bahkan Bintang tak berkedip melihat Matahari tampak begitu cantik dari kemaren saat ia datang ke rumah ini. Nyatanya kecantikan Matahari menurut dari sang bunda.

"Itu ilermu keluar Kak," Bulan menutup mulut Kakanya dengan sebelah tangan.

"Isss mana ada," jawabnya malu.

Matahari dan Naura sekarang sudah duduk disofa yang berada disana.

"Baiklah saya akan ulangi lagi ucapan saya kemaren. Kedatangan kami kesini untuk melamar ulang Matahari sebagai menantu dan istri untuk putra saya Bintang Bersinar. Apakah dari pihak perempuan menerima lamaran kami?" Haikal langsung to the point.

"Bagaiman Sayang?" Panji menatap putrinya sebagai jawaban.

Anggukan kepala Matahari membuat mereka yang ada disana mengucap kata syukur. Terlebih itu Bintang, ia sangat bersyukur akhrinya gadis yang sedari dulu ia sukai secara diam-diam kini sudah mau menjadi istrinya. Meski tak seorang pun yang tau kalau ia menyukai, bahkan mungkin mencintai Matahari. Ia sudah kenal lama dengan keluarga Panji, Meski tak pernah terlihat dekat dengan Matahari jangankan dekat mungkin berkekalan saja tidak pernah. Maka dari itu Matahari menganggap baru pertama kali bertemu dengan Bintang. Tapi tidak dengan Laki-laki itu, ia Bahkan sering ngintip Matahari saat berangkat ke sekolah bahkan saat pulang sekolah sekalipun. Bintang memang mengetahui Matahari anak dari Panji, karena pernah suatu hari Panji membawa keluarga kecilnya itu untuk makan malam disebuah restoran, dan saat itu Bintang juga berada di sana.

"Baiklah sekarang anak saya, Bintang akan memberikan sebuah cincin untuk memikat Matahari, dan saya berkeinginan pernikahan mereka akan diadakan bulan depan. Bagaimana dengan pendapat kamu, Panji?" Haikal kembali membuka suarnya.

"Iya itu lebih baik. Karena lebih cepat maka akan lebih baik," jawab Panji menyetujui.

"Tapi ini terlalu cepat, Yah! " protes Matahari tak terima.

"Lalu mau kamu kapan, Sayang?" Naura bertanya pada putrinya.

"Kepada tidak 3 bulan lagi Bun? ata masih mau men--"

"Itu terlalu lama Nak, lagian sekarang umur kamu sudah genap 18 tahun Sayang," Panji berusaha mengingatkan sang putri.

"Yaudah terserah Ayah saja," ujarnya pasrah.

"Jadi keputusan sudah tepat ya Ji, bulan depan anak-anak kita akan melangsungkan pernikahan," kata Haikal.

Panji menganggukkan kepalanya. "Iya,"

Setelah itu Bintang menyematkan sebuah cincin berlian ke jari manis Matahari tanda saat ini ia bukan lagi seroang gadis yang bisa pergi seenaknya lagi. Meski belum sah menjadi seorang istri tetap saja Matahari sudah diikat menjadi calon istri dari Bintang Bersinar.

Setelah kepergian keluarga Haikal, Langit sebagai anak sulung keluarga Panji pun izin keluar sebentar karena ia ada perlu.

Matahari menganti bajunya dengan baju rumahan dan mencuci wajahnya untuk membersihkan make-up yang menempel menggunakan sabun cuci wajah. Setelah semunya siap Matahari kembali ke kamar memakai bedak bayi pada pipi chubbynya lalu duduk di atas ranjang.

Tok...

Tok...

Tok...

"Ata boleh abang masuk?" Terdengar suara Lagit dari luar kamar.

"Masuk saja Bang,"

Langit membuka pintu kamar Matahari dengan membawa dua buah es boba ditangannya. Lalu memberikan pada Matahari. Matahari menerima dengan mata berbinar, akhirnya es yang ia inginkan sudah ada didepan matanya.

"Makasih Bang," ujar Matahari sambil menyedot es boba dengan pipet.

"Sama-sama Dek," jawab Langit. "yaudah abang ke kamar dulu ya mau ganti baju, lagian abang juga mau pergi ke kantor Ayah setelah ini," sambungnya.

"Iya Bang, nanti beliin ata martabak saat pulang ya, Bang?" pinta Matahari dengan mulut berisi es boba.

"Aasiyapp," jawab Langit memberikan jempolnya.

"Iss Abang lebay,"

"Biarin wleee," Matahari melempar bantal yang ada disampingnya pada sang abang tapi nasnya Langit bisa menghindar lebih dahulu dengan berlari keluar dari kamar Matahari.

HAI SEMUA APA Hari yang sudah ditunggu akhirnya datang. Tepat Hari ini keluarga Haikal akan kembali lagi untuk melamar Matahari untuk yang kedua kalinya. Segala persiapan sudah mulai dilakukan oleh keluarga Matahari. Mulai dari jamuan untuk sang calon besan dan sebagainya.

Kini Matahari sedang dihias oleh Naura dikamarnya. Agar anak gadisnya itu terlihat lebih cerah dari biasanya. yang biasanya hanya pakai alas bedak dilapisu bedak tabur my beby. Sekarang Naura menyulap Matahari bak permaisuri turun dari kayangan.

Sebelumnya Naura memberikan gaun biru muda serta hijab pasmina yang senada pada putrinya. Ada nada protes dari Matahari tapi tidak ditanggapi Naura. Karena putrinya itu sudah sangat cantik hari ini.

"Ahh, akhirnya selesai juga," Naura meregangkan otot-otot tangannya ke atas setelah menghias wajah putrinya dengan make-up tipis. Meski demikian Matahari terlihat lebih cantik. "Nah lihatlah Sayang, wajah kamu sangat cantik bukan? Tak sia-sia bunda dulu belajar make-up waktu SMA," Naura menepuk dadanya bangga.

"Alahhh, ini saja Bunda sudah bangga. Bahkan Bunda masih kalah sama make-up artis," cibir Matahari.

"Hey meskipun bunda masih kalah sama make-up artis yang terpenting bunda orang pertama yang makein kamu make-up loh," ujar Naura tak terima.

"Mana ada Bun, Bahkan dulu waktu ata perpisahan SMP orang lain tuh yang makein make-up ata?" Matahari mengingatkan sang bunda kalau bukan dialah yang pertama.

"Itu sudah 3 tahun yang lalu. Tapi sekarang kan bunda yang makein pertama," jawabnya tak mau kalah.

"Yang jelas intinya bukan Bunda yang pertama jadi Bunda nggak usah nyari alasan lagi." Matahari menatap Bundanya sedikit sinis karena Naura tak mau mengalah.

"Iya deh iya bukan bunda yang pertama," jawabnya pada akhir.

"Yaudah bunda ke kamar dulu mau ganti baju, sebentar lagi calon besan bunda akan datang," Naura melangkah meninggalkan anaknya yang sedang duduk di depan meja rias.

Matahari menatap wajahnya dalam pantulan cermin meja rias. Wajah yang biasa hanya dipoles dengan bedak bayi kink ditambah dengan polesan make-up natural ciptaan Bundanya. Percayalah hati Matahari sekarang tidak baik-baik saja. Dia hanya akan ceria di depan semua orang dan disaat sendirianlah ia bisa melampiaskan rasa sedihnya. Sedih karena masa remajanya akan hilang sebentar lagi, sedih karena begitu cepat menjadi istri orang. Intinya sedih, sedih, dan sedih.

Tak mungkin pula Matahari pergi dari rumahnya untuk menghindari perjodohan ini. Sejauh apapun ia kabur Matahari sangat yakin Ayahnya pasti bisa menemukannya. Dan lagian kemana ia akan pergi? Meninggalkan orang tua yang sudah susah payah membesarkannya dengan penuh kasih sayang dan cinta. Tak mungkin itu Matahari lakukan. Mungkin memang benar kata abangnya kemaren, jika kita ikhlas pasti semuanya berjalan dengan lancar.

"Bismillahirrahmanirrahim," Matahari menghembuskan nafasnya dengan kasar untuk menghilangkan kegundahan yang ia rasakan.

***

Bel rumah berbunyi petanda ada tamu yang datang. Seorang wanita paruh baya yang bertugas sebagai pembantu datang dengan tergopoh-gopoh menuju pintu masuk. Dibukanya pintu tersebut melihat siapa yang datang. Setelahnya menyuruh mereka untuk masuk karena ia merupakan tamu terpenting tuannya.

"Silahkan masuk Tuan, Nyonya," Bik Muni mempersilahkan keluarga Haikal untuk masuk setelah ia bergeser ke samping untuk memberi jalan.

"Terima kasih, Bik," jawab Haikal lalu melangkah masuk diiringi keluarganya.

Sekarang keluarga itu sudah duduk sofa ruang tamu. Minuman serta cemilan sudah tersedia disana karena Bik Muni sudah menyiapkannya sedari tadi.

"Maaf kami lama Kal," sapa Tuan rumah tak enak hati.

"Iya tidak apa-apa Ji," balas Haikal dengan senyum tipis.

Bintang tampak melihat ke sekeliling rumah untuk mengetahui keberadaan calon istrinya.

"Matahari masih di kamar Nak Bintang sebentar lagi mungkin turun bersama Bundanya," jawab Panji saat melihat Bintang melihat kesana kemari.

"Heheh Iya nggak apa-apa Om," balasnya malu karena kepergok sama calon mertua.

Gelak tawa terdengar disana saat Bintang merasa malu karena perbuatannya sendiri. Bintang hanya mengaruk kepalanya yang tak gatal.

Tak lama setelah itu terdengar langkah kaki yang bersahutan menuruni anak tangga. Terlihat seorang wanita paruh baya serta seorang gadis yang sangat cantik. Bahkan Bintang tak berkedip melihat Matahari tampak begitu cantik dari kemaren saat ia datang ke rumah ini. Nyatanya kecantikan Matahari menurut dari sang bunda.

"Itu ilermu keluar Kak," Bulan menutup mulut Kakanya dengan sebelah tangan.

"Isss mana ada," jawabnya malu.

Matahari dan Naura sekarang sudah duduk disofa yang berada disana.

"Baiklah saya akan ulangi lagi ucapan saya kemaren. Kedatangan kami kesini untuk melamar ulang Matahari sebagai menantu dan istri untuk putra saya Bintang Bersinar. Apakah dari pihak perempuan menerima lamaran kami?" Haikal langsung to the point.

"Bagaiman Sayang?" Panji menatap putrinya sebagai jawaban.

Anggukan kepala Matahari membuat mereka yang ada disana mengucap kata syukur. Terlebih itu Bintang, ia sangat bersyukur akhrinya gadis yang sedari dulu ia sukai secara diam-diam kini sudah mau menjadi istrinya. Meski tak seorang pun yang tau kalau ia menyukai, bahkan mungkin mencintai Matahari. Ia sudah kenal lama dengan keluarga Panji, Meski tak pernah terlihat dekat dengan Matahari jangankan dekat mungkin berkekalan saja tidak pernah. Maka dari itu Matahari menganggap baru pertama kali bertemu dengan Bintang. Tapi tidak dengan Laki-laki itu, ia Bahkan sering ngintip Matahari saat berangkat ke sekolah bahkan saat pulang sekolah sekalipun. Bintang memang mengetahui Matahari anak dari Panji, karena pernah suatu hari Panji membawa keluarga kecilnya itu untuk makan malam disebuah restoran, dan saat itu Bintang juga berada di sana.

"Baiklah sekarang anak saya, Bintang akan memberikan sebuah cincin untuk memikat Matahari, dan saya berkeinginan pernikahan mereka akan diadakan bulan depan. Bagaimana dengan pendapat kamu, Panji?" Haikal kembali membuka suarnya.

"Iya itu lebih baik. Karena lebih cepat maka akan lebih baik," jawab Panji menyetujui.

"Tapi ini terlalu cepat, Yah! " protes Matahari tak terima.

"Lalu mau kamu kapan, Sayang?" Naura bertanya pada putrinya.

"Kepada tidak 3 bulan lagi Bun? ata masih mau men--"

"Itu terlalu lama Nak, lagian sekarang umur kamu sudah genap 18 tahun Sayang," Panji berusaha mengingatkan sang putri.

"Yaudah terserah Ayah saja," ujarnya pasrah.

"Jadi keputusan sudah tepat ya Ji, bulan depan anak-anak kita akan melangsungkan pernikahan," kata Haikal.

Panji menganggukkan kepalanya. "Iya,"

Setelah itu Bintang menyematkan sebuah cincin berlian ke jari manis Matahari tanda saat ini ia bukan lagi seroang gadis yang bisa pergi seenaknya lagi. Meski belum sah menjadi seorang istri tetap saja Matahari sudah diikat menjadi calon istri dari Bintang Bersinar.

Setelah kepergian keluarga Haikal, Langit sebagai anak sulung keluarga Panji pun izin keluar sebentar karena ia ada perlu.

Matahari menganti bajunya dengan baju rumahan dan mencuci wajahnya untuk membersihkan make-up yang menempel menggunakan sabun cuci wajah. Setelah semunya siap Matahari kembali ke kamar memakai bedak bayi pada pipi chubbynya lalu duduk di atas ranjang.

Tok...

Tok...

Tok...

"Ata boleh abang masuk?" Terdengar suara Lagit dari luar kamar.

"Masuk saja Bang,"

Langit membuka pintu kamar Matahari dengan membawa dua buah es boba ditangannya. Lalu memberikan pada Matahari. Matahari menerima dengan mata berbinar, akhirnya es yang ia inginkan sudah ada didepan matanya.

"Makasih Bang," ujar Matahari sambil menyedot es boba dengan pipet.

"Sama-sama Dek," jawab Langit. "yaudah abang ke kamar dulu ya mau ganti baju, lagian abang juga mau pergi ke kantor Ayah setelah ini," sambungnya.

"Iya Bang, nanti beliin ata martabak saat pulang ya, Bang?" pinta Matahari dengan mulut berisi es boba.

"Aasiyapp," jawab Langit memberikan jempolnya.

"Iss Abang lebay,"

"Biarin wleee," Matahari melempar bantal yang ada disampingnya pada sang abang tapi nasnya Langit bisa menghindar lebih dahulu dengan berlari keluar dari kamar Matahari.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!