Kehilangan hak istimewa

"Livia ini udah jam tiga sore, buruan antar bunga nya," Titah Mita sambil memberikan buket bunga nya.

"iya kak, tapi kak aku gak bisa bawa mobil," tutur Livia.

"Emang siapa yang nyuruh lo bawa mobil," ketus Mita.

"Terus naik apa dong," tanya Livia penasaran.

"Ya bawa Sepeda itu lah," Mita pun menunjuk ke arah sepeda ontel ya terparkir di depan Toko.

"Ya ampun yang bener aja kak, Bisa bertelur betis saya nanti," Protes Livia.

"Oh jadi lebih baik jalan kaki," pekik Mita ,lalu meninggalkan Livia.

"Eh iya iya kak aku bawa sepeda aja," Umpat Livia, ia terpaksa mengalah pada Mita.

"Tunggu aja bakal gue bales nanti," Gumam Livia sambil mengangkat buket bunga yang akan di antar ke Hotel.

Ia pun mulai mengayuh sepeda nya, Mita yang melihat Livia pergi menggunakan Sepeda langsung tertawa sangat puas, Tak sangka Livia akan menuruti perkataannya.

"Mampus lo, Bertelur Bertelur dah tuh Betis" Mita pun kembali mengerjakan tugasnya untuk memeriksa bunga bunga yang sudah harus di ganti.

"Duh dimana sih Hotel nya, udah pegel banget ini kaki," Ucap Livia sambil menyeka keringat nya.

"Permisi pak, bapak tau Hotel Garden Gold ada di mana ya," Livia pun akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada salah satu bapak bapak yang sedang duduk di trotoar .

"Oh itu ada di sana neng, Terus aja nanti juga keliatan ko Hotel nya," Jelas bapak itu sambil menunjuk ke arah Timur.

"Oh, terima kasih banyak ya oak," Livia pun langsung mengayuh sepeda nya dengan semangat.

Setelah 20 menit Livia mengayuh sepeda akhirnya tiba juga di hotel yang ia cari, Livia pun langsung memarkirkan sepeda nya di depan hotel tersebut, lalu masuk ke dalam hotel.

"Permisi pak, saya adalah karyawan toko bunga Sweet Flowers, saya di tugaskan untuk mengantar buket bunga ini," Livia memberanikan diri untuk mengkonfirmasi kedatangannya pada Security yang sedang berdiri di depan pintu masuk hotel.

"Siapa nama pemesan bunga nya," tanya Scurity untuk memastikan.

"Azka ananta,", jelas Livia

"Baik, mari ikuti saya," Scurity itu pun langsung mengantar Livia untuk pergi menuju kamar pemesan tersebut.

"sudah sampai, saya permisi dulu," Scurity itu pun langsung meninggalkan Livia sendirian.

tok tok tok...

"Permisi, Saya dari Toko Bunga Sweet Flowers ingin mengantarkan buket bunga pesanan anda," Livia pun mengetuk pintu kamar hotel itu

Tak lama kemudian Pintunya terbuka dan keluar seorang pria tampan..

"Maaf Pak ini bunga nya," Livia memberikan buket bunga kepada laki laki itu.

"Nama kamu siapa," tanya Pria itu, bukannya menerima bunga malah menanyakan nama Livia.

"Saya Livia Yumna pak," tutur Livia.

"Kayaknya ini orang lagi mabuk deh," gumam Livia dalam hati.

Livia pikir Pria itu mau mengambil bunga nya, tapi tak di sangka Livia malah di tarik masuk ke dalam kamar, Livia pun sangat panik dan berupaya untuk melepaskan genggaman pria itu.tapi apalah daya tubuh Livia yang mungil tak cukup kuat untuk memberontak.

"Tolong lepasin saya, anda mau apa," Pekik Livia, ia semakin panik saat wajah pria itu mulai mendekati Wajah Livia.

"Lepasin saya, dasar pria cabul," Livia yang masih berusaha memberontak langsung di Bopong oleh pria itu lalu di lempar ke tempat tidur.

"Kamu mau kemana, saya sudah cukup sabar menunggu kamu selama beberapa tahun ini Joana," Ucap pria itu dengan nafas yang memburu,

"Saya bukan Joana, saya Livia, anda sedang mabuk lepasin saya," pinta Livia sambil berusaha menghindar dari pria itu.

Pria itu pun langsung ******* Bibir Livia, lalu tangannya Menggerayang ke tubuh Livia, Livia hanya bisa menangis sejadi jadi nya, ia tak bisa melawan karna tenaga laki laki itu jauh lebih kuat dari nya.

Pria itu tak henti nya menciumi bibir, leher, bahkan sampai pusar Livia ia jelajahi, hingga akhirnya Sampai ke harta paling berharga milik Livia, Pria itu pun menghiraukan jeritan demi jeritan yang keluar dari mulut Livia.

Tak lama kemudian setelah pria itu bermain main dengan tubuh Livia, ia langsung menghujamkan senjatanya ke harta berharga Livia. Livia kaget saat merasakan hal itu, ia langsung merintih dan memohon kepada pria itu untuk melepaskannya.

"Tolong lepaskan saya," Lirih Livia.

Pria itu pun tak menggubris permohonan Livia, ia tetap melakukan tindakan nya dan saat hasratnya mulai memuncak pria itu Mempercepat gerakannya dan akhirnya ia pun terkulai melemas di atas tubuh Livia.

Setelah beberapa menit efek alkohol di tubuh pria itu pun hilang, dan ia menyadari apa yg sudah ia lakukan terhadap wanita yang sedang menangis di sampingnya.

"Astaga Azka, apa yang udah kamu lakuin terhadap wanita ini," Gumam pria itu dalam hati sambil melirik ke arah Livia.

Pria itu ternyata Azka Anantha Pengusaha sukses yang sedang ramai di beritakan di Tv, Siapa yang tak kenal dengannya, Orang yang handal dalam Berbisnis.

Hanya Livia yang tidak mengetahui identitas Azka.

"Maafkan saya" Ucap Azka sambil berbalik badan menghadap Livia.

Livia hanya menatap dengan penuh tatapan kosong, ia tak menggubris ucapan Azka, yang ada di dalam pikiran Livia adalah Dirinya sekarang sudah benar benar hancur, Ia sudah mengecewakan ibu nya di kampung, sudah mematahkan harapan ibu nya agar Livia bisa menjadi orang sukses.

Ia pun mengingat saat ibu nya memberi nasihat.

"Liv, jika suatu saat nanti kamu tinggal di kota, jaga diri kamu baik baik, jangan sampai kamu lengah, orang orang di kota berbeda dengan orang di desa, kamu paham kan maksud ibu,"

"Iya bu, Livia janji bakal ngejaga diri Livia dengan baik, ibu jangan khawatir, saat Livia sudah di Kota nanti, Livia akan bekerja keras supaya bisa sukses dan membawa ibu pindah ke kota, jadi ibu gak akan di Pukul bapak lagi"

Masih Banyak impian Livia yang masih belum terwujud tapi kini sudah di hancurkan oleh Azka, kini Livia sangat merasa jijik kepada tubuhnya sendiri, ia bingung harus bagai mana menjalani hidup kedepannya.

Azka merasa kasihan pada Livia yang sedang meringkuk sambil menangis tanpa suara, Jika Azka tidak mabuk mungkin hal ini tidak akan terjadi pada mereka.

"saya harap kamu bisa memaafkan saya, saya khilaf, Tolong beri saya jawaban, saya harus berbuat apa sekarang," Tanya Azka, ia bingung harus bagai mana lagi. dari tadi Livia hanya menangis tak mengeluarkan sepatah kata pun.

Saat Azka beranjak dari tempat tidur Livia meraih tangan Azka, kemudian Azka pun kembali duduk di tepi ranjang.

"Ada apa?" Tanya Azka dengan suara lembut.

"Tolong Antar saya pulang ke kampung," pinta Livia dengan suara yg gemetar.

"Baik saya akan antar kamu pulang, apa saya boleh tau siapa nama kamu,," Tanya Azka ragu ragu.

"Livia," Lirih nya sambil melepaskan pegangan tangannya dengan Azka.

Livia tak bisa marah lagi karna menurutnya percuma semua sudah terjadi, walaupun dia marah tak akan ada gunanya lagi, hidup nya sekarang sudah ia pasrah kan pada takdir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!