5. Alice Pulang

Lagi, Arkan tiba-tiba memeluk Alina kembali dengan eratnya seperti orang yang tak mau kehilangan.

"Aku harap kita bisa bersama sampai kapanpun." Bisik Arkan di telinga Alina.

Alina tersenyum, wanita itu lalu membalas pelukan dari Arkan.

"Ya, aku juga berharap kita bersama terus." Ucap Alina.

Arkan melepaskan pelukannya, lalu dia menatap Alina dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

Alina tertegun dan sedikit kaget ketika Arkan tiba-tiba mencium dirinya. Arkan memagut bibir merah Cherry itu dengan penuh nafsu.

Bibir Alina terasa sangat lembut dan harum. Membuat Arkan semakin ingin lebih menikmatinya. Sedangkan Alina merasa bingung harus bersikap bagaimana? haruskah ia membalasnya atau mengabaikannya saja. Sementara otaknya berpikir, Alina hanya memejamkan matanya.

Ciuman dari Arkan sungguh membuat Alina melayang bahagia. Rasa bahagia itu muncul dengan sendirinya dari dalam hati Alina. Tanpa ia bisa kontrol, bibirnya pun perlahan membalas ciuman dari bibir Arkan.

Kedua kelopak mata Arkan seketika terbuka kala merasa ciumannya di balas oleh Alina. Dan disaat itu Arkan melihat Alina menikmati ciuman itu Arkan kembali memagut bibir Alina dengan rakusnya. Memagut bibir yang terasa candu itu.

Kedua lawan jenis itu di penuhi oleh hasrat yang menggebu-gebu.

Setelah di rasa puas menjelajahi bibir Alina, bibir Arkan pun perlahan turun menciumi leher jenjang milik Alina.

Satu tangannya sibuk memainkan gundukan besar dan kenyal milik Alina. Alina sendiri pun mulai merasakan rangsangan yang begitu nikmatnya tak kala Arkan mulai menghisap gundukan kenyal miliknya.

Hingga pada akhirnya mereka pun kembali bercocok tanam lagi. Diruang tamu tepatnya diatas sofa yang berukuran sedang, mereka saling melepaskan hasrat bira*inya.

"Arkh.....arkh....." Ringisan Alina saat dinding pertahanannya dicoblos kembali oleh Arkan.

Tanpa kata ampun, meskipun Alina terus meringis Arkan terus saja menghujam benda pusaka nya sedalam mungkin ke lembah milik Alina.

Entah berapa kali Arkan terus mencoblos lembah Alina sehingga tetesan-tetesan keringat cinta membasahi tubuh mereka.

Sampai beberapa saat kemudian, tenaga mereka pun sudah habis dan saking lelahnya Arkan dan Alina pun tertidur bersama tanpa mengenakan sehelai benang.

Tengah malam tepatnya pukul dua belas. Arkan tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Dia melirik ke samping dan mendapati Alina sedang tertidur pulas.

Arkan tersenyum lalu membelai wajah Alina yang begitu cantik dan natural.

"Aku mencintaimu, tapi maafkan aku...." Lirih Arkan.

Arkan lalu bangun dari duduknya dan langsung meraih pakaiannya yang berserakan di lantai.

Setelah mengenakan pakaiannya kembali, Arkan pergi ke kamar untuk mengambil selimut. Dia menyelimuti Alina, lalu kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Alina.

Pagi harinya, Alina terbangun dari tidurnya. Dia mengerjapkan matanya berulang kali, demi menyesuaikan pandangan yang terasa kabur.

Alina mengedarkan pandangannya ke segala sudut-sudut ruangan, tapi ia tak mendapati adanya Arkan.

"Dimana dia?" Tanya Alina pada diri sendiri. Dia lalu bangun dari tidurnya dan berdiri mencari-cari Arkan di ruangan lainya.

"Sepertinya dia sudah pulang duluan. Tapi kenapa tidak memberitahuku dulu?" Ucap Alina lalu menghela nafas panjang.

Jam sudah menunjukan pukul tujuh. Alina pun bergegas untuk siap-siap berangkat kerja.

Sementara saat ini mobil mewah yang dikendarai Alice baru saja terparkir sempurna di halaman rumah Arkan. Dia begitu sumringah saat keluar dari mobil tersebut. Beberapa pelayan menyambut kedatangannya termasuk orangtua Arkan sendiri yang nampak bahagia atas kepulangan menantu kesayangannya.

"Pelayan, tolong bawakan koperku." Titah Alice sambil melepas kaca mata hitam yang sejak tadi bertengger di hidung mancungnya.

"Ibu, apa kabar?" Tanya Alice sambil berpelukan melepas rasa rindu.

"Ibu baik-baik saja sayang," Jawab Siska.

"Ah....aku tidak melihat Arkan, kemana dia?" Tanya Alice.

"Arkan ada tadi, sudah ibu suruh turun kebawah tapi dia hanya diam saja." Jawab lagi Siska.

Mendengar itu Alice pun hanya bisa tersenyum sambil menghela nafasnya.

"Kalau begitu Alice mau menemui Arkan dulu, Bu!" Ujar Alice.

"Baiklah, siapkan nak!"

Mereka kemudian melangkah masuk ke dalam rumah. Dan tentunya Alice langsung saja menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.

Alice memutar knop pintu, lalu perlahan melangkah masuk sambil melipat kedua tangan di dada. Dikamar dia mendapati Arkan yang sedang berdiri termenung di balkon kamar.

"Ehem....." Alice berdehem. Tapi Arkan sama sekali tak mengindahkannya. Arkan sudah tahu bahwa itu adalah Alice.

"Apa kabar denganmu?" Tanya Alice menghampiri tepat di samping Arkan.

Arkan lalu menoleh ke arah Alice.

"Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau akan pulang?" Tanya balik Arkan.

"Katakan, apa alasanmu kenapa aku harus memberitahumu?"

Arkan menghembuskan nafas kasarnya. "Aku merasa lebih tenang saat kau tidak ada. Seharusnya kau lebih lama lagi disana. Atau tidak kau tidak usah pulang lagi." Jelas Arkan tanpa menatap Alice.

Alice menatap tajam wajah Arkan, ia tak menyangka jika suaminya akan berkata seperti itu. Rasa kesal dan sakit hati pun kini mulai membuncah dalam dirinya.

"Arkan, dengarkan aku. Meskipun kita menikah karena di jodohkan tapi tidak sepantasnya kau berkata seperti itu." Ucap Alice geram.

"Bukankah kau yang meminta alasanku tadi?" Tanya Arkan.

"Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah mencintaimu." Ujar Arkan dengan wajah datar.

Alice tersenyum kecut mendengar penuturan dari Arkan.

"Aku tidak perduli, lagi pula aku juga sama sekali tidak mengharapkan cintamu." Kata Alice.

"Baguslah kalau begitu, aku lega mendengarnya." Ucap Arkan.

Tiba-tiba di tengah perbincangan mereka terdengar suara pintu yang terbuka, seorang pelayan datang menghampiri mereka.

"Maaf, saya di perintahkan nyonya Siska untuk memanggil tuan dan nyonya untuk sarapan bersama sekarang. Kalau begitu saya permisi dulu!" Ucap pelayan tersebut lalu melangkah pergi.

Arkan hanya diam, ia masih menatap datar Alice. Pria itu kemudian berbalik badan lalu berlalu begitu saja meninggalkan Alice sendirian.

Alice membuang nafas kasarnya. Dia lalu mengekor di belakang Arkan.

Di ruang makan sudah ada Siska dan Haris yang duduk duluan. Melihat anak dan menantunya datang, Siska langsung saja menyuruh mereka untuk duduk menikmati makanan yang telah di sajikan.

Siska begitu sangat menyayangi Alice menantunya. Menurutnya Alice adalah wanita baik dan cantik yang sudah tuhan takdir kan untuk Arkan.

Meskipun tak saling cinta, Arkan dan Alice selalu bisa menunjukan sikap yang biasa saja layaknya sepasang suami istri. Itupun hanya didepan orangtuanya saja.

Terpopuler

Comments

Noor Sukabumi

Noor Sukabumi

enak bnget ya arkan pusing m Alice dilampiasin ke alina udah dpt ena2 ditinggalin busyet dah bnr2 noh cowo

2022-11-13

0

Benazier Jasmine

Benazier Jasmine

si alina pake dicoblos segala thooor😂😂😂😂

2022-11-09

1

kholifah ifah

kholifah ifah

lho tenan bercocok tanam lagi 😤😤 Bar ngono ditinggal,di klempraho 🤦‍♀️🤦‍♀️

2022-11-08

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!