4. Rindu

Pukul empat sore, Arkan sudah menginjakkan kakinya ke rumah.

Dia melangkah masuk kedalam rumah namun mendapati suasana rumah yang begitu hening dan sepi.

"Dimana ibu?" Tanya Arkan pada salah satu pelayan.

"Nyonya baru saja pergi arisan tuan," Jawabnya.

"Oh baiklah," Kata Arkan lalu melenggang pergi menuju ke kamarnya.

Dikamar Arkan langsung saja melepas jam tangan dan kemejanya. Dia lalu melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di bawah guran shower, Arkan tersenyum kecut tak kala mengingat ucapan ibu dan ayahnya saat sarapan tadi pagi.

Hanya karena mereka ingin cepat menggendong cucu, mereka memaksa Arkan untuk segera mempunyai anak.

Arkan yang sama sekali tidak mencintai istrinya pun mulai berpikir keras. Mana mungkin dia mempunyai seorang anak dari orang yang tidak ia cintai. Sedangkan selama enam bulan menikah, Arkan sama sekali belum pernah berhubungan intim dengan Alice.

Keluar dari kamar mandi membuat pikiran Arkan jauh lebih tenang. Guyuran air dingin tadi langsung mendinginkan isi kepala Arkan yang sempat panas.

Tak terasa hari sudah malam.

Seperti biasanya keluarga di rumah ini akan makan malam bersama.

Saat Arkan menuruni anak tangga, ia sudah melihat ada ibu dan ayahnya yang sedang duduk terlebih dahulu di meja makan.

"Arkan....kemari lah nak!" Panggil Siska saat melihat Arkan.

Arkan lalu melangkah menuju ke arah meja makan. Dia menarik kursi lalu duduk menikmati makan malamnya.

Selesai makan malam, Siska tiba-tiba membuka suara.

"Apa kau sudah tahu?" Tanya Siska.

"Tahu apa?" Tanya balik Arkan.

"Alice istrimu besok akan pulang!" Jawab Siska.

Hampir saja Arkan tersedak minuman, begitu mendengar penuturan dari ibunya.

"Hah, apa? dia akan pulang?"

"Kau itu bagaimana Arkan, istri sendiri akan pulang malah tidak tahu." Sambung Haris.

"Memangnya Alice tidak memberitahumu tentang kepulangannya?" Tanya Siska.

Arkan tertegun, dia sama sekali tak menghiraukan pertanyaan dari ibunya.

Tanpa bicara sepatah katapun, Arkan bangun dari duduknya dan langsung melangkah pergi.

"Arkan.....mau kemana kau?" panggil Siska namun Arkan tak menggubris.

"Sudahlah biarkan saja!" Kata Haris.

Arkan kembali ke kamarnya. Dia meraih ponselnya yang berada di atas nakas lalu mencoba menghubungi Alice.

Sudah berapa kali Arkan menghubungi Alice namun tidak ada jawabannya. Arkan sendiri hanya ingin memastikan saja apakah Alice akan benar-benar pulang.

Tidak ambil pusing, Arkan langsung saja meraih kunci mobil nya yang berada diatas meja lalu melangkah ke luar kamar.

"Arkan mau kemana kau?" Tanya Siska yang sedang duduk santai di ruang tengah bersama Haris.

"Aku ada urusan sebentar!" Jawab Arkan lalu berlalu begitu saja.

Arkan masuk ke dalam mobil dan langsung memacu mobilnya menuju ke rumah Alina. Ya, entah kenapa dia sangat ingin sekali bertemu dengan Alina malam ini.

Tidak butuh waktu lama, Arkan pun telah sampai di depan kontrakan Alina. Dia mengetuk pintu namun tak ada jawaban sama sekali. Sampai ketukan yang ketiga kali barulah terdengar suara sahutan dari dalam rumah.

Alina begitu tercengang ketika membuka pintu.

"Arkan....kau?" Tanya Alina sambil

menatap heran.

"Alina....." Lirih Arkan dengan wajah sendu. Lalu Arkan langsung saja memeluk erat tubuh Alina.

Alina begitu kaget saat Arkan memeluk dirinya.

"Arkan....ada apa denganmu?" Tanya Alina tapi Arkan tak mengindahkan.

"Jangan disini Arkan, bagaimana jika ada orang yang melihat kita? ayo lebih baik kita masuk saja ke dalam." Kata Alina.

Akhirnya Alina dan Arkan pun masuk ke dalam rumah.

Arkan duduk di sofa lalu Alina yang duduk disampingnya pun langsung saja menanyainya.

"Arkan apa yang terjadi padamu? kenapa kau tiba-tiba datang malam-malam begini?" Tanya Alina.

Arkan menegakkan pandanganya dan menatap Alina dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Aku hanya rindu saja, Alina." Jawab Arkan dengan mata yang berkaca-berkaca.