Keesokan harinya.
Hari ini adalah hari pertama Yasmine dan Brianna bekerja. Yasmine sudah siap dengan seragam maidnya yang wajib ia kenakan selama bekerja. Sedangkan Brianna? Gadis itu masih terlelap di alam mimpi, tidak sulit untuk membangunkan Brianna, karena ia sudah terbiasa bangun pagi untuk membantu mamanya memasak.
"Sayang ayo bangun"
"Engggh... Ini jam berapa ma?" Tanya Brianna dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Sudah pukul setengah lima, kita harus cepat bangun untuk membantu pelayan yang lain sayang"
"Hmmm baiklah" Brianna segera bangun lalu berjalan menuju kamar mandi dengan mata setengah terpejam. Yasmine merasa tidak tega membangunkan anaknya sepagi ini, tapi apa boleh buat kepala pelayan Emily sudah menyetujui Brianna untuk bekerja.
*
"Whoaaa mama lihat! bajunya lucu sekali, apa semua pelayan menggunakan baju seperti ini?"
"Ya sayang, semua pelayan wajib mengenakan seragam ini. Apa kau suka?" Tanya sang mama sambil membenarkan bandana di kepala putrinya. Brianna terlihat manis saat mengenakannya dengan rambut kuncir dua.
"Tentu saja aku suka mama, aku semakin semangat bekerja. Tapi kenapa baju mama terlihat berbeda?"
"Seragam ini di sesuaikan dengan usia sayang, mana mungkin mama memakai seragam yang sama sepertimu itu sedikit tidak pantas" Yasmine terkekeh pelan, seragam yang ia pakai memang lebih tertutup di banding putrinya.
"Baiklah ayo kita bekerja. Ingat jangan lakukan pekerjaan yang memberatkan dirimu sendiri, lakukan yang sekiranya kau mampu. Mengerti?"
"Siap laksanakan!"
Semua pelayan memiliki bagiannya masing-masing, ada yang bekerja di dapur untuk memasak, membersihkan toilet, membereskan kamar, dan yang lainnya. Seperti halnya Yasmine wanita itu bekerja di dapur membantu para chef disana. Di rumah tersebut memang memiliki chef khusus, jangan tanya berapa gaji chef tersebut karena Marvin pasti mampu membayarnya.
"Sayang pergilah ke ruang makan, bantu Mia disana membereskan meja makan." Titah Yasmine sebelum memasuki ruang dapur.
"Baik, ma"
Tidak sulit untuk Brianna berbaur dengan pelayan yang lain, buktinya ia sudah memiliki teman dekat yang bernama Mia. Wanita itu masih muda, usianya baru 23 tahun dan baru bekerja 3 bulan yang lalu. Kebetulan sekali mereka berada dalam kamar yang sama, itu sebabnya mereka sudah akrab. Brianna banyak mengobrol dengan Mia semalaman.
Lalu dimana gadis bernama Samantha? Sayangnya Brianna tidak terlalu menyukai wanita itu, menurutnya Samantha sangatlah judes berbeda sekali dengan Mia. Saat di desa wanita itu selalu berbicara angkuh padanya dan itu membuat Brianna malas berbicara dengan wanita itu. Untung saja mereka tidak ditempatkan dalam satu kamar.
"kakak, ada yang bisa aku bantu?"
"Ah Brianna kemarilah, bantu aku menyusun gelas ini"
"Ah baiklah" Brianna mulai membantu Mia di ruang makan, gadis itu senang bekerja disana. Terbukti dengan sikap Brianna yang begitu bersemangat dan ceria hingga para pelayan yang lain pun menyukainya.
"Kak, jam berapa tuan Marvin sarapan?" Tanya Brianna penasaran.
"Emmm biasanya pukul 7 pagi dia sudah siap, tapi terkadang ia memilih sarapan di kamarnya"
"Kenapa seperti itu?"
"Entahlah aku pun tidak tahu, ah iya apa kau sudah melihat tuan Marvin secara langsung?" Tanya Mia dan di balas gelengan kecil oleh Brianna.
"Ah aku jamin kau akan meleleh melihat wajah tampannya, dia terlihat seperti pangeran" seru Mia semangat dengan mata berbinar. Sebagai wanita yang masih lajang, Mia begitu terpikat dengan majikan tampannya, Marvin sudah menjadi idolanya semenjak ia bekerja di rumah tersebut.
"Benarkah aku akan meleleh? Tapi aku bukan lilin kak" ucap Brianna begitu polosnya.
"Haha benar juga, itu hanya perumpamaan saja Brianna"
"Brianna Carissa!!" Seorang pelayan memanggil nya dari arah dapur, dengan cepat Brianna pun menghampirinya.
"Ya ada apa bi?"
"tuan Marvin akan sarapan dikamarnya. Bisakah kau antarkan makanan ini ke kamarnya?"
Brianna menatap makanan itu dengan ragu, apakah boleh ia yang mengantarkannya?
"Tidak perlu takut, kau hanya perlu menyimpannya di meja kamarnya"
"Ah baiklah bi"
*
Brianna menatap pintu kamar Marvin dengan ragu, entah kenapa ia takut masuk ke kamar tersebut. Ini pertama kalinya ia akan bertemu dengan majikannya. Brianna mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu, namun tidak di sahutan dari dalam.
"Apa aku masuk saja?"
Dengan memantapkan hati Brianna mulai membuka pintu tersebut. Bunyi gemericik air terdengar dari arah kamar mandi, pantas saja tidak sahutan rupanya sang pemilik kamar tengah mandi.
Brianna menatap takjub interior kamar Marvin, terlihat begitu elegan dan maskulin. Wangi mint langsung tercium oleh hidungnya ketika ia memasuki kamar tersebut. Brianna berjalan menuju meja sofa lalu meletakkan sarapan Marvin disana.
"Whooaa!!! Kamarnya luas sekali" gumam Brianna takjub. Matanya kini tertarik pada sebuah jendela besar yang menghubungkannya ke balkon. Brianna berjalan menuju balkon tersebut yang kebetulan sudah terbuka.
Semilir angin pagi langsung menerpa wajahnya begitu ia memijaki balkon tersebut. Pemandangan di luar begitu indah jika dilihat dari arah kamar Marvin. Untuk beberapa saat Brianna terdiam menikmati pemandangan disana, terasa begitu nyaman dan sayang untuk di lewatkan.
"Apa yang kau lakukan disana?" Suara tegas terdengar mengintrupsi Brianna, tubuhnya seketika menegang karena tertangkap basah oleh majikannya. Seharusnya ia langsung pergi dari kamar ini, bukan malah menikmati pemandangan luar yang tidak penting.
Brianna menelan ludahnya gugup saat suara derap langkah kaki mendekatinya. Dengan perlahan Brianna pun membalikkan tubuhnya dan saat itu juga tubuhnya berhadapan langsung dengan sosok pria yang berdiri angkuh di hadapannya. Rupanya Marvin sudah siap dengan pakaian kerjanya.
Yang membuat Brianna semakin terkejut adalah jarak mereka cukup dekat, mungkin sekitar 1 meter sehingga ia bisa mencium aroma sabun dari tubuh tersebut.
Tidak hanya Brianna saja yang terkejut, Marvin pun memberikan reaksi yang sama. Brianna mendongakan wajahnya menatap Marvin, pria itu terdiam seribu bahasa merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang. Kedua mata mereka saling berpandangan untuk beberapa saat.
"Tidak mungkin" gumam Marvin tidak percaya
"Ma.. maaf jika saya lancang Tuan, saya akan segera pergi" Brianna segera memutuskan kontak mata mereka lalu membungkuk meminta maaf, dengan cepat ia keluar dari kamar Marvin.
Marvin tersadar dari rasa terkejutnya begitu suara pintu tertutup. Ini benar-benar terasa mimpi baginya. Gadis kecil yang selama ini ia cari berdiri di hadapannya?
"Ya Tuhan, apa aku berhalusinasi?" Marvin mengusap wajahnya kasar, ia berbalik menatap pintu kamarnya yang kini sudah tertutup kembali.
Walaupun 8 tahun telah berlalu Ia masih hafal betul bagaimana garis wajah gadis kecil yang menjadi malaikat penolongnya kala itu, wajah polos nan manis itu masih tersimpan rapi di memori ingatannya. Dan baru saja ia melihat seorang pelayan memiliki wajah yang mirip dengan gadis kecilnya. Bedanya wajah pelayan itu terlihat lebih dewasa.
"Brianna Carissa, apakah benar itu kau?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
aria kenneth
seru
2024-05-10
0
мєσωzα
sepertinya samantha nanti jadi salah satu saingan brianna, atau orang yg iri gak suka dengan brianna
2022-12-28
0
𝐈𝐬𝐭𝐲
yeeey akhirnya ketemu🤭
2022-11-10
1