Butuh waktu 5 jam perjalanan untuk Brianna dan ibunya sampai di kota A. Saat di perjalanan tidak terhitung berapa kali Brianna mengungkapkan rasa takjubnya terhadap gedung-gedung pencakar langit maupun arsitektur modern yang berdiri kokoh menampilkan keindahannya. Ini pertama kalinya Brianna datang ke ibu kota negaranya. Jadi jangan heran jika gadis cantik itu tampak terlihat kampungan, karena dirinya hanyalah gadis desa yang jauh dari modernisasi.
Seperti saat ini gadis itu sama sekali tidak bisa berkata apa-apa saat melihat rumah besar yang berdiri angkuh di depannya. Rumah mewah ala eropa yang pertama kali ia lihat sepanjang hidupnya. Apakah ini yang dimaksud rumah majikan ibunya?
"mama yakin ini rumahnya?" Tanya Brianna memastikan, ia takut mereka salah alamat. Bagaimana jika rumah besar tersebut adalah rumah seorang Presiden?
"Benar sayang ini memang rumahnya. Ayo kita masuk"
Setelah meminta izin pada beberapa security yang berjaga akhirnya mereka diizinkan untuk masuk. Penjagaan disana sangatlah ketat bahkan dari gerbang sampai pintu rumah utama Yasmine dan Brianna harus diawasi oleh dua security. Melihat penampilan Yasmine dan Brianna saja mereka terlihat ragu akan kedatangan kedua wanita berbeda usia itu. Bahkan ada yang menyangka jika mereka hanyalah orang miskin yang meminta sumbangan. Benar-benar menyebalkan. Namun Yasmine segera menjelaskan, jika dirinya akan bekerja di rumah tersebut.
*
"Silahkan duduk, saya akan memanggil kepala pelayan rumah ini" salah satu pelayan mempersilahkan Yasmine dan Brianna untuk duduk. Mereka berdua tidak langsung di bawa ke rumah utama, melainkan sebuah paviliun tempat para pelayan berkumpul dan beristirahat.
Paviliun itu sengaja di bangun agar si pemilik rumah tidak merasa terganggu dengan banyaknya pelayan di rumahnya. Mereka akan masuk ke rumah utama di jam-jam tertentu sesuai dengan pekerjaan yang mereka pegang.
Tak lama kemudian seorang wanita berumur sekitar 50 tahunnan datang menghampiri mereka berdua. Wajahnya tampak tegas dan berwibawa. Beliau adalah Emily, seorang kepala pelayan yang mengorganisir setiap para pelayan disana.
"salam nyonya" sapa Yasmine hormat.
Wanita itu membalasnya dengan senyuman tipis lalu duduk di hadapan mereka. Wanita itu cukup ramah ternyata.
"Tolong perkenalkan diri, dan apa tujuan kalian kemari." Ucap wanita itu to the point.
Yasmine langsung memperkenalkan dirinya dan juga Brianna, serta tujuan apa mereka datang kesini.
"Jadi kau datang kesini membawa putrimu?" Tanya emily
"Ya, aku tidak tega meninggalkannya sendiri di rumah. Jadi aku memutuskan untuk membawanya. Apa kau keberatan nyonya?"
"Kau seorang single parent?"
Yasmine mengangguk meng-iyakan. Sebenarnya wanita itu merasa gugup di wawancara seperti ini, apalagi mengenai putrinya ia takut kepala pelayan itu melarangnya membawa Brianna tinggal bersama.
"Sayangnya aturan disini tidak diperbolehkan untuk membawa anak, kecuali..."
"Aku akan ikut bekerja disini Nyonya" potong Brianna cepat. Hal tersebut membuat Yasmine terkejut.
"Brianna apa yang kau katakan?"
"Tidak apa-apa ma, lagipula umurku sudah 16 tahun bukan bayi 6 bulan" lanjut Brianna membuat emily tersenyum dalam diam.
"Bolehkan nyonya? Aku bisa menyapu, mengepel, memasak air, mencuci piring ah... Memberi makan kucing aku juga bisa" jelas Brianna dengan ekspresi polosnya. Tak disangka ucapan Brianna tersebut membuat emily terkekeh pelan. Ia suka melihat semangat gadis belia di hadapannya ini.
"Bagaimana dengan sekolahmu?"
"Aku tidak sekolah nyonya, mama ingin bekerja disini karena ingin mengumpulkan uang untuk biaya sekolahku nanti" Brianna menatap ibunya, kemudian menggenggam tangannya dengan erat.
emily tampak terenyuh melihat interaksi ibu dan anak itu. Seketika ia merindukan putrinya yang sudah lama meninggal, mungkin jika putrinya masih hidup akan seumuran dengan Brianna.
"Baiklah... Kalian boleh bekerja disini. Tapi ingat ikuti peraturan disini."
"Benarkah?? Terimakasih Nyonya, terimakasih banyak."
"Aku akan menjelaskan peraturannya dan kalian berdua ikuti aku" emily beranjak dari tempatnya dengan cepat diikuti oleh Yasmine dan Brianna yang tampak bahagia.
emily membawa Brianna dan ibunya untuk berkeliling melihat besarnya rumah tersebut. Brianna menatap takjub interior rumah bergaya eropa itu. Ini adalah rumah termegah yang pernah Brianna lihat, terlihat seperti sebuah istana yang ada di negeri dongeng.
Kini mereka tengah berada di rumah utama, lebih tepatnya di ruang tengah. Begitu mereka masuk sebuah pigura besar membingkai seorang pria tampan yang tengah berdiri dengan gagahnya.
"Perkenalkan ini adalah majikan kalian namanya tuan Marvin Xavier, beliau adalah pewaris tunggal Xavier Group. Kalian jangan sampai mengecewakannya, karena jika sampai itu terjadi beliau tidak akan segan-segan untuk menendang kalian dari rumah ini. Kesalahan kecil saja akan menjadi fatal." Jelas emily penuh keseriusan.
Brianna terdiam menatap foto tersebut dengan lekat, sepertinya wajah itu tidak asing di mata gadis itu. Sepertinya ia pernah melihat pria itu, tapi dimana,,?
"Brianna, ayo sayang" Yasmine segera memanggilnya, membuat lamunan gadis itu buyar.
"Ah iya ma"
Setelah berkeliling di lantai pertama kini mereka berada di lantai dua, dimana di lantai tersebut terdapat beberapa kamar salah satunya kamar Tuan mereka, Marvin Xavier.
"Ini adalah kamar tuan Marvin, dan sebelahnya adalah ruang perpustakaan sekaligus ruang kerjanya. Kalian tidak boleh masuk sembarangan kecuali jika beliau sendiri yang memintanya. Sampai disini ada yang ingin ditanyakan?"
"Tidak nyonya sudah cukup"
"Baiklah setelah ini kalian bisa istirahat di paviliun. Besok pagi kalian mulai bekerja"
"Baik Nyonya terimakasih banyak, mohon bimbingannya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
мєσωzα
kepolosan brianna bikin orang senyum-senyum sendiri 🤭
2022-12-28
0
𝐈𝐬𝐭𝐲
tak perlu mencari Marvin, Briana sudah datang sendiri.. 🤭😂😂
2022-11-10
0