8 Tahun kemudian
Seorang pria berjalan menuruni anak tangga rumahnya dengan langkah cepat, wajahnya tampak di tekuk saat seorang wanita terus berbicara dibelakangnya dan terus mengikutinya. Pria itu adalah Marvin Xavier, sosok pria rupawan berusia 27 tahun yang berprofesi sebagai pengusaha muda kaya raya. Wajahnya yang nyaris sempurna begitu digilai wanita. Sorot matanya yang tajam, garis wajah yang tegas, serta bibir tebal yang tampak seksi membuat para wanita di luar sana begitu mendambakan sosok pria tersebut.
"Sudah ku bilang berhenti mencari wanita untukku mah, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau dijodohkan dengan siapapun kecuali gadis pilihanku sendiri!" Marvin menatap wanita di belakangnya dengan garang, telinganya sudah panas mendengar ocehan wanita yang berstatus sebagai mama kandungnya sendiri.
"Lantas mau sampai kapan kau akan melajang Marvin! Ingat berapa tahun usiamu sekarang hah! mama ingin segera menimang cucu darimu" Livy Xavier menatap Marvin frustasi. Wanita itu menuntut Marvin untuk mengenalkan calon menantu padanya. Sampai saat ini Marvin belum pernah membawa wanita satupun untuk dikenalkan padanya dalam waktu 8 tahun terakhir. Itulah yang membuat wanita paruh baya itu begitu cerewet.
Sebelumnya Marvin pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita, namun hubungannya kandas begitu saja karena sang kekasih yang begitu ia cintai mengkhianatinya.
"Pokoknya mama tidak mau tahu tahun depan kau harus sudah menikah. Jika tidak maka dengan terpaksa kau harus di jodohkan!" Tegas Livy Xavier, lalu berlalu meninggalkan kediaman Marvin.
Jangan berharap anak dan mama itu tinggal bersama, karena pada faktanya mereka tidak tinggal dalam satu atap. Marvin memilih untuk tinggal sendiri di rumah megah hasil kerja kerasnya menjadi seorang pemimpin perusahaan yang sebelumnya dipimpin oleh mendiang ayahnya. Marvin adalah pewaris tunggal dari Xavier Group yang selama ini menjadi perusahaan tekstil terbesar di Negaranya.
Lantas dimana Livy tinggal?
Wanita itu tinggal di Singapura. Semenjak suaminya meninggal 8 tahun yang lalu, Livy memilih meneruskan bisnis kulinernya disana dan menikah lagi dengan seorang pengusaha asal negara tersebut.
Marvin menatap kepergian mamanya dengan geram, bukan sekali dua kali sang mama menyuruhnya untuk segera menikah. Telinganya bahkan sudah kebas mendengar ocehan Livy yang selalu menuntutnya. Bukannya dia tidak mau menikah, hanya saja sampai saat ini belum ada satupun wanita yang pas di hatinya. Kecuali satu gadis yang selalu menganggu pikirannya selama 8 tahun terakhir ini, seorang gadis kecil yang menjadi malaikat penolongnya dan sialnya ia tidak tahu dimana keberadaannya sekarang.
Marvin mengeluarkan ponselnya guna menghubungi seseorang, tak butuh waktu lama teleponnya sudah dijawab oleh seorang pria di seberang sana.
"James.. Bagaimana? apakah ada perkembangan?"
Pria yang Marvin panggil tersebut adalah salah satu pengawal setianya sekaligus kaki tangannya. James ditugaskan untuk mencari keberdaan malaikat penolongnya yang sampai saat ini belum di temukan.
"Kami sudah mencarinya ke beberapa daerah Tuan, tapi kami belum bisa menemukan keberadan nona Brianna Carissa" balasnya.
"Baiklah, cari lagi ke tempat lain hingga dapat. Jika perlu kau telusuri seluruh kota di negara ini"
Marvin langsung menutup telponnya secara sepihak. Helaan nafas berat terdengar dari mulutnya, bahkan ini sudah 8 tahun lamanya ia mencari namun tidak ada titik terang.
"Sebenarnya kau dimana Brianna Carissa?"
Ya Marvin sudah tahu nama malaikat penolongnya. Sehari setelah Marvin mengalami kecelakaan ia langsung menyuruh James untuk mencari tahu nama gadis itu. Namun pada saat ia ingin menemui gadis kecil itu kembali, wilayah tempat tinggal gadis itu mengalami bencana yakni longsor yang cukup parah akibat curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini, sehingga seluruh warga disana termasuk gadis itu harus mengungsi ke tempat lain. Tidak ada korban jiwa dalam bencana itu, sehingga Marvin begitu yakin jika Brianna masih hidup.
#
Sementara itu di salah satu rumah sederhana di sebuah desa terpencil. Seorang gadis cantik terlihat murung melihat sang mama memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper. Brianna Carissa, begitulah namanya. Wajahnya begitu cantik dan polos, usianya masih 16 tahun. Ia hidup bersama sang mama di sebuah desa yang cukup jauh dari pusat kota.
"mama kenapa kita harus pindah lagi?" Tanya Brianna ketika sang mama sudah selesai membereskan pakaiannya. Yasmine terlihat menghela nafasnya kemudian menghampiri putri semata wayangnya.
"Kita harus merubah nasib kita menjadi lebih baik lagi sayang."
"Apa hidup di Jakarta bisa membuat kita menjadi kaya?" Tanya Brianna dengan polos. Yasmine tersenyum mendengarnya, lalu mengelus kepala Brianna penuh sayang.
"Brianna ingin melanjutkan sekolah?" Bukannya menjawab sang ibu justru melontarkan pertanyaan.
"Tentu saja mah, aku ingin sekolah lagi seperti teman-temanku yang lain. Apa aku akan melanjutkan sekolah disana?" Brianna tampak bersemangat, membuat Yasmine merasa bersalah karena himpitan ekonomi sekolah putrinya harus terhenti.
Semenjak suaminya meninggal, keadaan ekonomi mereka tidak sebaik dulu. Keluarganya bukanlah dari kalangan konglomerat, suaminya dulu bekerja sebagai seorang security. Penghasilannya mungkin tidak sebesar pekerja kantoran, namun itu cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dan bisa menyekolahkan Brianna hingga sekolah menengah pertama.
"mama akan bekerja di kota, dan bibi Emma bilang penghasilan disana sangat besar kebetulan putrinya juga bekerja disana. Jadi mama bisa mengumpulkan uang dengan cepat untuk biaya sekolahmu nanti."
"Benarkah? Memangnya mama akan bekerja sebagai apa?"
"Pelayan"
"Pelayan?"
"Ya, mama akan bekerja dengan seorang pengusaha kaya raya disana. Rumahnya sangat besar sehingga membutuhkan banyak karyawan dan Samantha juga bekerja disana".
Samantha adalah salah satu putri dari tetangganya yang sempat merekomendasikan pekerjaan tersebut kepada Yasmine. Ini adalah salah satu peluang baginya untuk merubah nasib. Selama ini ia harus bekerja serabutan untuk menghidupi dirinya dan juga putri cantiknya. Ia tidak bisa hidup dalam garis kemiskinan terus menerus terutama untuk putrinya, setidaknya kehidupan Brianna harus lebih cerah dengan melanjutkan sekolahnya setinggi mungkin agar kelak bisa mengangkat derajat keluarganya.
"Kau tidak keberatan kan?" Tanya Yasmine memastikan.
"Jika ini memang terbaik untuk kita kenapa tidak? Lagipula aku tidak bisa jauh-jauh dari mama"
Yasmine tersenyum puas mendengar jawaban putrinya. Dipeluknya tubuh gadis kecilnya itu kedalam dekapan hangatnya. Brianna adalah satu-satunya harta yang ia miliki sekarang, ia akan melakukan apapun demi kebahagiaan putrinya.
"Sekarang tidurlah, besok pagi kita berangkat"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
𝐈𝐬𝐭𝐲
menarik...
2022-11-10
0