Hari itu adalah hari yang sudah dinanti-nantikan selama beberapa bulan oleh keluarga besar Himawan.
Oma Astari mempersiapkan segala sesuatunya dengan teliti untuk merayakan ulang tahun ke-18 Jerome Himawan,sang pewaris tunggal beberapa bisnis keluarga yang sudah berdiri selama tiga generasi.
Jerome adalah cucu tunggal dari keluarga Himawan yang terpandang.hari itu kediaman mewah milik keluarga Himawan dihias dengan kemegahan yang luar biasa.Puluhan lampu kristal bergemerlapan,menggantung di aula besar yang penuh dengan bunga-bunga langka dan mahal.
Setiap sudut ruangan dipenuhi dekorasi yang mencerminkan keanggunan dan kekayaan yang seakan tak terbatas.
Para tamu undangan mulai berdatangan sejak sore hari,datang dengan mobil-mobil mewah mereka.Mengenakan pakaian terbaik yang bisa mereka temukan.
Jerome berdiri di depan tangga besar, menyambut para tamu yang datang dengan senyum ramah dan mata berbinar.
Malam itu dia mengenakan setelan jas hitam klasik dengan aksen warna emas di dasi dan saputangannya,memberikan kesan yang tidak hanya tampan tetapi juga berwibawa.Meskipun usianya baru menginjak 18 tahun,aura kepemimpinannya sudah terlihat jelas.Setiap langkah yang dia ambil menunjukkan bahwa dia siap untuk mengambil alih kendali dari bisnis keluarga yang megah ini.
Di tengah pesta,sang oma,Ny.Astari naik ke atas panggung untuk memberikan pidato yang sudah disiapkan dengan hati-hati.
Beliau menceritakan bagaimana sang cucu tumbuh menjadi pemuda yang tidak hanya pintar tetapi juga memiliki hati yang besar,penuh perhatian kepada orang lain.
Dalam suaranya yang tegas namun penuh kasih, dia mengungkapkan harapannya agar Jerome dapat melanjutkan warisan keluarga dengan kebijaksanaan dan integritas.Tepuk tangan bergema di seluruh ruangan setelah pidato itu selesai dan Jerome yang dipanggil ke atas panggung menerima pelukan hangat dari sang oma.
Lampu-lampu di aula mulai meredup,tirai besar yang menutupi salah satu dinding ruangan ditarik perlahan.Di baliknya,terlihat sebuah kue raksasa berlapis empat,dihiasi dengan bunga gula yang dibuat dengan sangat detail dan patung miniatur wajah Jerome yang tersenyum di puncaknya.
Para tamu bersorak riuh saat Jerome meniup lilin berbentuk angka 18 yang menyala dengan terang di atas kue itu.Saat lilin padam,suara musik orkestra mengisi ruangan yang memberikan suasana yang lebih hidup dan menyenangkan.
Sementara pesta berlangsung,Jerome menyelinap keluar dari keramaian untuk sejenak menghirup udara malam yang sejuk di taman belakang.Di tengah kemeriahan dan kebahagiaan malam itu,dirinya merasa ada sesuatu yang kurang.
Meskipun dikelilingi oleh banyak orang yang memujanya,tetapi hatinya merasakan kesepian yang tak berkesudahan.Dia teringat pada mendiang Ayah dan Ibunya yang sudah meninggal sembilan tahun lalu.
..." Dindin andai kamu ada di sini." Batin Jerome....
Semua tamu yang hadir tengah menikmati suasana hangat dan kebahagiaan.Tapi tidak dengan Dinda,sedari tadi dirinya merasa cemas memikirkan kalimat apa yang akan Ia katakan pada Jerome nantinya.
Berulang kali Dinda berusaha melafalkan kalimat per kalimat yang dipelajarinya lewat internet sebelum Ia berangkat ke pesta ulang tahun bersama Carra,sahabatnya.
Tetapi seolah aneh kalimat yang sudah susah payah di hafalnya mendadak menjadi hilang dari otaknya.
" Din,gimana sudah siap."
" Carr,jujur Aku takut." Ucap Dinda sambil menghela napas panjang.
" Coba jelasin hal apa yang buat kamu takut."
"Aku takut setelah ini Jerome bakal menjauh." Ucap Dinda dengan tatapan serius.
" Din dengar,perasaan yang kamu pendam selama ini,itu berat banget.Bukannya lebih baik kamu jujur dan kasih tahu Jerome daripada kamu terus-menerus menyiksa diri sendiri?
Dia punya hak untuk tahu kalau ada seseorang yang tulus mencintainya dan terlebih lagi seseorang itu sahabat masa kecilnya."
"Tapi aku nggak tahu harus memulai dari mana,setiap kali aku mengumpulkan keberanian selalu rasanya ada sesuatu yang mengganjal di hatiku." Ucap Dinda dengan mata berkaca-kaca
" Aku paham Din,kadang ketakutan kita itu terasa lebih besar daripada kenyataan yang sebenarnya. Tapi coba pikirkan ini,kalau kamu tidak pernah mengatakannya tentu kamu nggak akan pernah tahu.Kamu akan selalu bertanya-tanya.
Bagaimana kalau dia ternyata juga suka sama kamu atau bahkan selama ini dia juga mencari kamu. " Ucap Carra,berusaha menyakinkan.
Dinda yang tak kuasa menahan tangisnya akhirnya meraih Carra dalam pelukannya,memeluk erat sambil terus menerus mengucapkan kata terima kasih kepada sahabatnya Carra.
Seolah tak ingin membuang waktu,Carra langsung melepaskan pelukan Dinda lalu berlari kecil mencari Dante,sahabat Jerome.
Tidak butuh waktu lama akhirnya Carra berhasil menemukan Dante di tengah keramaian para tamu undangan.
"Permisi,bisa kita bicara sebentar." Tanya Carra tanpa berbasa-basi.
"Hallo kamu Carra kan ?." Tanya Dante memastikan.
"Hhmm...yah."Jawab Carra singkat.
"Aku ingin bertemu Jerome,ada hal penting yang ingin di sampaikan.Apa kamu bisa bantu ?." Tanya Carra penasaran.
"Oh yah tentu."
"Kamu tunggu di sini sebentar."
****
"Jer ada yang nyariin lu tuh."
"Siapa."
"Ada deh,ayo ikut gue."
Dante dengan sigap menarik tangan Jerome untuk segera menemui Carra.Sesampainya di sana Carra langsung mengajak Jerome bertemu dengan Dinda yang sudah menunggu sedari tadi.
Dinda yang kaget dengan kedatangan Jerome secara tiba-tiba,cepat-cepat menoleh dan berusaha mengatur napasnya.
Ehemm..Ada yang bisa Saya bantu."Tanya Jerome dengan suara berat.
Deg...
Jantungnya seolah copot dari tempatnya,tangannya mulai dingin dan berkeringat melihat pria yang di cintainya berada di hadapannya yang tidak lain adalah sahabat masa kecilnya.
Mata mereka saling bertemu,Dinda tertegun menyadari betapa indah mata milik pria yang berada di hadapannya.
Sementara Jerome memandang Dinda dengan tatapan menilai lalu tersenyum tipis sebelum memulai pembicaraan.
"Kamu siapa yah." Tanya Jerome dengan mata mendelik.
Sebelum Dinda sempat menjawab namun dengan cepat Jerome memotong pembicaraan Dinda.
"Ah yah kamu siswi yang mendapat predikat lulusan terbaik itu kan."
"Ii..i.iyaa."Jawab Dinda terbata-bata.
"Ada hal penting apa sehingga kamu ingin menemuiku secara pribadi."
"A-aa-kku ingin bilang sesuatu,sebenarnya sudah lama aku jatuh cinta sama kamu." Jawab Dinda dengan cepat tanpa basa-basi.
"Ha ha hah ha,apa kamu sedang mabuk."Ucap Jerome dengan tatapan mengejek.
"Sebenarnya aku adalah..." Belum sempat Dinda menyelesaikan ucapannya.
Tiba-tiba Jerome melangkah maju beberapa langkah lalu meninju sebuah kaca yang ada di dalam ruangan itu.
DDUUAARRR....
Terlihat buku tangan Jerome mulai berdarah.
Dinda yang kaget tiba-tiba menangis melihat kejadian tak terduga itu.
"Biar Aku selesaikan ucapanmu,sebenarnya kamu adalah perempuan miskin dan tidak tahu malu yang berharap bisa memacari anak orang kaya." Umpat Jerome.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Carmenita🌴 [HIATUS, JGN BACA!]
Halooo kak 😍 aku udh mampir. Temenan yukkk
2024-12-27
0
kayla
aku mampirr nih kak ❣️❣️ semangat terussss
2024-11-12
2