Pukul 02:30 wib mereka meninggalkan lokasi taman.Dalam perjalanan pulang menyusuri beberapa ruas jalan,hanya alunan musik pelan yang menemani.Tak ada yang berbicara.
"Dante,terima kasih."Ucap Dinda memecah keheningan.
"Terima kasih,untuk apa?"
"Untuk hari ini,setidaknya Aku bisa melewati malam yang begitu berat dalam hidupku.Berkat Kamu." Ucap Dinda sembari mengelus lembut pundak Dante.
Mobil Dante terus melaju menyusuri jalan yang sepi,suasana malam yang semakin dingin menemani perjalanan mereka.
Sesekali terdengar suara gemerincing daun-daun yang diterpa angin.
Sementara di rumah,terlihat Ibu Diana tengah cemas menunggu kepulangan putrinya.Matanya yang sayu menatap jam di dinding berkali-kali,detik demi detik berlalu semakin meningkatkan kekhawatirannya.
Dia berjalan mondar-mandir.Sambil sesekali melirik ke arah pintu,berharap mendengar suara kunci yang berputar dan pintu yang terbuka.
"Dinda di mana kamu nak,kenapa telepon dari Ibu tidak di angkat-angkat dari tadi."Gumam Ibu Diana dalam hati.
Tiba-tiba terdengar suara kunci berputar,Ibu Diana segera berlari ke pintu.Hatinya langsung berubah lega saat melihat putri semata wayangnya berdiri di ambang pintu.
Segera Ia memeluk putrinya dengan erat,menciumi pipinya berulang kali sambil sesekali mengelus lembut kepala putrinya.
"Kamu dari mana saja nak,Ibu khawatir." Ucap Ibu Diana dengan nada suara bergetar.
Dinda hanya bisa memandangi Ibunya dengan tatapan kosong.
"Maaf Bu,sudah buat Ibu khawatir." Bisik Dinda lirih.
Ibu Diana mengangguk pelan.
"Oh iya Bu kenalin ini Dante,teman Dinda." Ucap Dinda memperkenalkan Dante.
" Ibu."Ucap Dante sambil mencium tangan Ibu Diana.
" Nak Dante terima kasih sudah mau mengantarkan Dinda pulang."
" Sama-sama Bu."
" Dinda ajak Dante duduk,biar Ibu buatkan minum dulu."
" Tidak perlu repot-repot Bu,Saya mau langsung pamit saja."
" Kenapa buru-buru nak."
" Sudah hampir pagi,lain kali Saya pasti mampir ke sini."
" Yah sudah hati-hati di jalan nak."
" Ibu,Dinda antar Dante ke depan yah."
" Din,Aku pamit yah.Kamu harus kuat,yang terjadi biarlah terjadi.Tidak perlu di sesalkan." Ucap Dante sambil menepuk lembut pundak Dinda.
" Sekali lagi terima kasih untuk hari ini."
Dante berjalan menuju mobilnya dan berkendara meninggalkan rumah Dinda.
****
Setelah duduk bersama di ruang tamu,sang Ibu memandangi putrinya dengan cemas.
" Nak,kamu bisa jelaskan kenapa pulang terlambat?" Tanya Ibu Diana dengan suara yang terdengar tegas namun penuh kekhawatiran.
Dinda menarik napas panjang,mencoba menenangkan dirinya sebelum menjawab.
" Maaf,Bu.Tadi acara ulang tahunnya rame dan seru sekali sampai waktu tidak terasa sudah malam dan ponsel Dinda kehabisan batrei jadi Dinda tidak bisa memberitahu Ibu," Ucap Dinda dengan nada menyesal.
Sang ibu menghela napas sedikit lega tapi masih terlihat gelisah."
" Kamu tahu kan,Ibu sangat khawatir.Pulang terlambat tanpa kabar itu membuat Ibu membayangkan hal-hal buruk,Ibu cuma ingin memastikan anak Ibu baik-baik saja."
Katanya sambil menatap putrinya dengan mata lembut.Ia tidak ingin membuat putrinya merasa bersalah,tetapi ingin putrinya memahami betapa pentingnya memberi kabar.
Dinda mengangguk pelan, menyadari kesalahan yang ia buat.
" Dinda mengerti Bu.Maaf sudah membuat Ibu khawatir,tapi aku baik-baik saja,sungguh.Aku hanya lupa waktu dan lagi tidak ada yang terjadi. Lain kali, aku akan lebih berhati-hati dan memastikan Ibu tidak perlu cemas seperti ini lagi." Jawab Dinda berusaha meyakinkan sang ibu.
Sang ibu tersenyum tipis lalu meraih tangan putrinya.
"Baiklah,Ibu percaya padamu.Tapi jangan lupa selalu kabari Ibu yah,tidak peduli seberapa sibuknya kamu." Ucapnya Ibu Diana lembut.
Ibu Diana meraih putri semata wayang dalam pelukannya,memeluk dengan sangat erat seakan tak mau melepaskan.
" Kamu sudah makan nak ?" Tanya Ibu Diana penasaran.
" Sudah Bu."
" Kalau begitu sekarang kamu istirahat yah nak." Bisik Ibu Diana lembut,sembari melepaskan pelukannya.
" Iya Bu,Dinda ke kamar yah." Ucap Dinda sambil berlalu menuju kamarnya.
Setelah di kamar,Dinda langsung duduk di kursi yang biasa di gunakannya untuk belajar.Dengan pelan Ia mulai mengeluarkan foto Jerome dari laci meja belajar,ditatapnya foto itu dengan seksama.
Pikirannya melayang ke mana-mana,dalam hatinya Ia mulai bertanya-tanya mengapa Kamu berubah begitu jauh Jerome.Tidakkah kamu mengenaliku,tidakkah Kamu menyadari bahwa Aku adalah sahabat masa kecil Kamu.
Dinda menangis sejadi-jadinya.Salah satu tangannya membekap mulutnya dengan sangat kuat agar suara tangisannya tidak terdengar oleh sang Ibu.Ia merasa seperti ditusuk oleh seribu belati,setiap denyut jantungnya seolah memompa rasa sakit yang tak tertahankan.
Dinda merasakan luka yang mendalam serta kehancuran bagai dunia yang runtuh dan menimpanya.Ia masih bisa merasakan bagaimana denyut jantungnya yang berpacu kencang saat Ia berusaha mengungkapkan perasaannya pada Jerome,pria yang menjadi penghuni hatinya selama hampir tiga tahun terakhir.
"Andai saja dulu orangtuaku tidak berpisah tentu Ia dan Ibunya tidak akan meninggalkan kota Bandung,tidak juga meninggalkan Kamu.Andai kita masih bersama tentu sekarang aku adalah salah satu orang yang paling bahagia."Batin Dinda pilu.
Dinda menghabiskan sisa malam dengan menangis sampai akhirnya dirinya tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
hanzee
semangat thor, jangan lupa mampir yaaa💪🥰
2024-12-16
1
Tomat _ merah
Semangatt thor, jika berkenan mmpir juga ke ceritaku yg Terpaksa dijodohkan
2025-01-11
0
Diyan Sasi
sedih y ko bisa pindah ke sy yang baca.... wkwkkwwk.....
2024-11-20
1