Ruangan yang semula sepi nampak ramai dengan para tamu undangan yang berdatangan hanya untuk menyaksikan kejadian tak terduga itu.Bisikan-bisikan yang berisikan ejekan serta hinaan terdengar begitu pilu.
Terlihat Dinda sang penerima ejekan dan hinaan hanya diam tanpa suara,telapak tangannya mulai dingin karena gugup dan rasa malu bersarang menjadi satu dalam dadanya.
Jerome yang berdiri tepat di depan Dinda,melangkah maju.Ia meraih lengan gadis itu,kemudian meremasnya dengan sangat kuat lalu menghempaskan dengan kasar hingga membuat pemilik raga mungil itu terdorong mundur beberapa langkah.
"Kamu...."Bentak Jerome dengan keras.
Membuat Dinda ketakutan,sedangkan beberapa tamu undangan yang menonton hanya tersenyum mengejek.
"Hey kalian lihatlah gadis miskin yang tidak mempunyai harga diri ini." Teriak Jerome dengan lantang.
"Punya nyali juga kamu,menemuiku seperti ini,hanya untuk menyatakan perasaanmu itu!" Seru Jerome dengan berapi-api.
"A..a.kku h..haanya berusaha mengutarakan apa yang ada dalam hatiku."Jawab Dinda dengan terbata-bata.
"Aku bukannya tidak bersyukur ada seorang wanita yang tulus mencintaiku.Tetapi wanita seperti kamu,bukanlah wanita yang aku harapkan."Cecar Jerome dengan lantang.
Padahal Ia sudah menyiapkan mental untuk kemungkinan terburuk dalam hal ini,tetapi Ia tak menyangka bila reaksi Jerome akan seperti ini.
"Rupanya kamu adalah satu dari sekian banyak wanita miskin yang suka mencari pria-pria kaya untuk dijadikan mangsa."Lanjut Jerome.
"Oh bukankah kamu adalah salah satu siswi terpintar di sekolah kita,seharusnya kamu pergunakan kepintaran itu untuk berfikir.Apakah pantas gadis miskin seperti kamu bersanding dengan pria yang derajatnya jauh diatas kamu."
Hinaan dan umpatan yang terus dilontarkan Jerome membuat Dinda tertunduk dalam diam,mengutuki dirinya sendiri.Menyesali atas apa yang terjadi saat ini.
Ia berusaha menggenggam tangan Jerome.Ingin meminta maaf atas kejadian ini.
"Maaf,Jerome.A-a-kku minta maaf atas kekacauan ini.Maaf sudah buat kamu marah seperti ini."Ucap Dinda dengan suara lirih.
Gadis malang itu terus mengucapkan kata maaf,menyesali atas tindakan yang dilakukannya.
Jerome yang tidak terima langsung menghempaskan tangan Dinda dengan kasar,ia maju ke hadapan Dinda dan menekan kuat rahang gadis itu hingga membuatnya meringis sakit.
"Satu hal yang perlu kamu ingat,bahkan jika aku mengalami reinkarnasi sekalipun.Percayalah aku tidak akan pernah sudi mencintai dirimu."Bentak Jerome.
Membuat Dinda terperanjat kaget,tubuhnya bergetar.Ia tertunduk diam menatap kakinya yang semakin terasa kaku,meremas jemarinya dengan sangat kuat.Ia tak menyangka dirinya bisa mencintai secara sepihak laki-laki di hadapannya.
Laki-laki yang bahkan tidak mempunyai sedikit sisi kebaikan dalam hatinya.
..."Orang miskin? Bukankah orang miskin juga manusia,punya hak yang sama untuk mencintai dan dicintai.Apakah menjadi orang miskin adalah sesuatu yang hina....
Tuhan mengapa engkau hadirkan cinta dalam hatiku untuk seorang lelaki tak berhati seperti dia." Batin Dinda pedih.
"Jerome cukup Jerr."Bentak Dante berusaha menengahi.
"Kamu mau membela gadis miskin ini ? Lagian aku hanya ingin memberinya sedikit teguran,biar dia tahu di mana tempatnya."
"Tapi cara kamu menegur dia,itu berlebihan.Kamu justru mempermalukan dia."
"Gadis seperti dia memang pantas untuk menerima perlakuan seperti itu."Ucap Jerome dengan suara menggelegar.
"Tolong Jerr.Cukup dengan penghinaan ini,jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari atas apa yang kamu lakukan hari ini."Ujar Dante yang mulai tersulut emosi.
"STOP...."Teriak Oma Astari dengan sangat keras.
"Jerome cukup,oma bilang hentikan omong kosong ini."
"Tapi Oma."Jerome bersikukuh.
"Oma bilang cukup!!Hentikan kegilaan kamu sekarang juga."Bentak Oma.
Oma Astari berjalan perlahan mendekati Dinda kemudian memeluknya begitu erat.Wanita tua itu seperti menyadari bahwa Ia pernah bertemu dengan gadis itu sebelumnya.Tapi entah di mana.
Bulir-bulir kelemahan yang berusaha Ia simpan, akhirnya mengalir tanpa bisa di bendung.
Dinda berusaha melepaskan pelukan oma Astari, berbalik dan melangkah dengan cepat keluar dari ruangan itu,di susul Dante yang berusaha mengikutinya dari belakang.
Kakinya yang melangkah dengan cepat tiba-tiba kehilangan keseimbangan.Seketika tubuhnya terjatuh lemas dan tak sadarkan diri.
Dengan sigap Dante meraih tubuh mungil itu,memapahnya menuju mobil.Berkendara dengan laju meninggalkan kediaman keluarga Himawan.
Sementara itu oma yang memahami keadaan sedang tidak baik-baik saja,segera memberi isyarat pada asisten pribadinya Wisnu untuk mengatasinya.
Dengan cepat asisten Wisnu segera mengumumkan pada para tamu undangan bahwa pesta harus dibubarkan.
Para tamu undangan pulang dengan hati yang penuh tanda tanya.
Sang oma yang masih bingung dengan kejadian yang tak terduga itu memilih pergi menenangkan dirinya di kamar.
Tersisa Jerome sendiri di ruangan itu,merenung tentang kejadian yang baru saja terjadi.Ia bingung mengapa dirinya bisa semarah itu pada Dinda.Padahal yang gadis malang itu lakukan hanya mengutarakan perasaannya.Tidak lebih,lalu apakah pantas dirinya memperlakukan Dinda seperti itu.
Jerome terus menerka-nerka perasaannya mencari tahu alasan dirinya bersikap seperti itu,tetapi semakin dalam dia berusaha,rasa sesak semakin menghimpit hatinya.
***
Mereka duduk di dalam mobil yang sudah terparkir di salah satu ruas jalan,tak jauh dari situ ada sebuah taman yang menyuguhkan pemandangan yang begitu indah.
Dinda mencoba membuka matanya yang masih terasa berat,ditatapnya kaca mobil dengan berusaha mengingat apa yang baru saja terjadi.
Tangisnya pecah ketika ingatannya mulai kembali mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
Dinda meraung sejadi-jadinya,kemudian memukul-mukul pahanya dengan sangat keras.
Dante yang tidak tega melihat kejadian itu langsung memeluk Dinda dengan erat,mengelus-elus kepalanya dengan lembut agar gadis itu tidak melukai dirinya sendiri.
Semua kejadian di pesta ulang tahun itu seakan terus menari-nari di kepalanya.Kata-kata pilu bak tertancap tombak terus bernyanyi di telinganya.
Ia masih tak menyangka,pria yang selama ini menjadi penghuni hatinya dalam diam ternyata tidak memiliki rasa belas kasih.
Tidak ada kata yang mampu mewakili perasaan Dinda saat ini.Khayalan manis tentang cinta yang selalu Ia dambakan,hancur karna penolakan dan penghinaan yang Jerome berikan.Dirinya tak menyangka sahabat masa kecilnya bisa berubah sejauh ini.
Perlahan Dante melonggarkan pelukannya lalu merangkum wajah Dinda dengan kedua tangan. Berusaha menghapus tetesan-tetesan airmata yang mengalir di pipi Dinda.
"Dante,apa menurutmu aku adalah wanita yang hina,murahan atau wanita miskin yang suka mencari pria kaya untuk dijadikan mangsa.Seperti yang Jerome katakan." Ucap Dinda dengan suara bergetar.
"Hey lihat dan dengarkan aku,lupakan ucapannya.Semua yang di ucapkannya itu tidak benar."
"Dia tidak mengenali siapa diri kamu,jadi dia tidak berhak berbicara seperti itu tentang kamu."
"Aku tidak ada maksud lain,hanya ingin mengutarakan apa yang ada dalam hatiku." Ujar Dinda dengan suara terisak.
"Aku percaya kamu bukanlah wanita seperti yang Jerome tuduhkan.
Mendengar Dante yang berusah memberi kalimat penghiburan,membuat airmata Dinda semakin deras mengalir membasahi pipi.
Ia malu dengan Dante,pria yang kini duduk di sampingnya.
Seorang pria yang dengan suka rela menyelamatkan dirinya dari sebuah penghinaan.
"Jangan menangis.Aku di sini akan selalu ada buat kamu di saat suka maupun duka.Ucap Dante dengan lembut.
"Mau keluar."Ajak Dante tiba-tiba.
"Ke mana."
"Udah,ayo."
Dinda yang ragu akhirnya turun dari mobil.Menuju taman di seberang jalan,bersama Dante.
Cahaya lampu-lampu taman yang bersinar terang membuat Dinda menghembuskan napas lelahnya.Melepas duka yang baru saja menghampirinya.
Dante berdiri tepat di depan Dinda.Mengambil setangkai bunga lalu menyelipkannya di telinga Dinda dengan lembut.
"Jadi apa rencana Kamu setelah ini?"
"Mungkin bekerja."
"Tidak ingin melanjutkan pendidikan kamu."Tanya Dante dengan serius.
"Punya uang dari mana."Jawab Dinda dengan nada suara yang kurang bersemangat.
"Bukankah sekolah kita menyediakan beasiswa untuk siswi berprestasi seperti Kamu?"
"Aku tidak yakin soal itu."
"Kenapa."
"Aku hanya tinggal berdua bersama Ibuku,kalau Aku pergi.Siapa yang akan menemaninya."
"Kalau hanya itu permasalahannya.Percayalah,Aku bisa membantumu."
"Maksud Kamu?" Tanya Dinda dengan penasaran.
"Nanti Kamu juga akan tahu.Sekarang Aku antar kamu pulang,Ibumu pasti cemas mengkhawatirkan Kamu." Ucap Dante mengakhiri percakapan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
💫0m@~ga0eL🔱
don't be sad, cari yg lain aja /Facepalm/
2024-11-30
0
💫0m@~ga0eL🔱
y udah, jodohin sama dante aja
2024-11-30
0
💫0m@~ga0eL🔱
dengerin Oma y, 🤗
2024-11-30
0