Bab 4

...☘️ Reading book ☘️...

Setelah pelajaran selesai, semua siswa sudah siap untuk kembali ke rumahnya, begitu juga Tiara dan Ria.

Mereka berdua berjalan santai dengan tas yang disandang bahu dan saling mengobrol disepanjang jalan.

"Kamu tau nggak?" Terlihat wajah Ria yang begitu berseri-seri seakan ada kabar baik yang akan dibicarakan pada sahabatnya itu.

"Apaan sih ri! Jangan kayak orang gila deh, kamu tau nggak kamu tau nggak Itu terus yang kamu bilang" Tiara malah mengejek ucapan Ria yang selalu diucapkan.

"Yaelah, ini demi masa depan loh ra!" Kesal Ria dengan wajah yang cemberut.

"Iya deh iya, coba katakan apa yang tau nggak itu!" Ujar Tiara yang kembali meniru ucapan Ria.

Ria mendengus kesal, sahabat nya ini selalu saja tak mendengar curhatan nya itu. Padahal saat ini ia sedang sangat senang, namun harus bad mood kembali karena ejekan Tiara.

"Ululululu...ada yang ngambek, yaudah mau ngomong apa coba?" Tanya Tiara dengan memicit pipi tembem Ria.

"Males, punya sahabat nggak mau dengerin ucapan orang...huh!" Kesal Ria yang mempercepat jalannya.

Tiara hanya tersenyum melihat tingkah kekanak-kanakan sahabatnya itu. Namun saat ia ingin mengejar Ria, tangannya malah ditarik seseorang sehingga ia hampir ingin berteriak.

Suara yang siap untuk berteriak harus tercekat karena bungkaman dari seseorang yaitu Peter yang ntah sejak kapan berada disana.

Mereka berdua saling bertatapan, Tiara terus diam dengan menunduk sedangkan Peter terus diam memperhatikan wajah dan bibir Tiara yang mengerucut dengan senyum manisnya.

Peter memeriksa sakunya dan hal itu terus diperhatikan oleh Tiara yang memang terus menundukkan kepalanya.

Peter semakin dekat mengikis jarak diantara mereka dan Tiara semakin terpojok didinding sehingga ia tidak mampu bergerak bebas.

"Angkatlah kepalamu, apa kah dibawah terdapat wajah lelaki yang kau suka sehingga tak ingin menatapku!" Bisik Peter tepat ditelinga yang sudah merah itu.

Sungguh gadis ini begitu sensitif di bagian telinga padahal dirinya hanya sekedar berbisik.Peter menggigit dengan gemas telinga Tiara dan membuat gadis itu sedikit menggeliat.

" KTP mu sayang!" Ucapnya dengan suara s**i.

Peter langsung menjauhkan tubuhnya dan pergi meninggalkan Tiara yang termenung dengan KTP ditangannya.

Cukup lama dalam ketermenungan itu, Tiara pun kembali berjalan dengan sedikit berlari mencari sahabat nya yang mungkin juga mencarinya.

"Kamu disini Ra, astaga...aku udah keliling ini sekolah dan kamu disini, kemana aja kamu sih ra!" Kesal Ria dengan tangan yang dilipat didada.

"Itu tadi, lupa ambil buku di kelas!" Ucap Tiara yang sedikit gugup.

"Nggak bohong kan!" Ria memincingkan matanya, menatap dengan tajam kearah Tiara. Ia menggeleng mengatakan bahwa dirinya tidak berbohong.

"Yaudah yok!" Ucap Ria dengan menarik tangan Tiara.

Mereka berdua pun berjalan meninggalkan gedung sekolah menuju parkiran, dimana Ria dijemput oleh sopirnya dan Tiara menggunakan motornya yaitu Scoopy berwarna hitam.

"Naik sana, tu sopir sampek keriputan nungguin kamu!" Goda Tiara dengan candaan.

"Dia memang sudah tua Tiara...Huh,Menyebalkan!" Kesal Ria yang langsung naik kedalam mobil nya namun belum menutup pintunya.

"Hehehe...aku pergi ya!" Tiara berpamitan dengan Ria dan gadis itu hanya mengangguk menyetujuinya.

Mobil Ria pun mulai berjalan meninggalkan parkiran sekolah dan Tiara pun melakukan hal itu juga, ia juga pergi meninggalkan parkiran sekolah dengan motornya itu.

Tiara menggunakan motornya dengan santai, ia menikmati jalanan yang mulai padat karena sekarang sudah jam 5 sore.

Ia sengaja berlama-lama mengendarai motornya, kenapa? Ya karena dirumah tidak ada seseorang yang memperhatikan nya selain pembantu rumah.

Mempunyai ayah yang begitu sibuk membuat dirinya sama sekali tidak mendapatkan kasih sayang dari sang ayah, dirinya selalu berdiam diri untuk membuat dirinya baik-baik saja.

Sang ayah hanya berpikir, jika memberikan semua kemewahan dan keinginan dirinya, maka hal itu sudah mengatakan bahwa telah memberi kasih sayang.

Namun hal itu malah membuat Tiara semakin tertutup dan pendiam dengan segala hal, termasuk ulang tahunnya yang terlupakan.

Ayahnya bernama Rahman Ferdinand, seorang pengusaha di bidang periklanan dan perfilman, selain itu Rahman juga masuk menjadi seorang sutradara sehingga membuat pria itu selalu sibuk dan lupa dengan anaknya. Umurnya yang sudah kepala lima, membuatnya menjadi seseorang yang datar, dingin dan bahkan terlalu berkerja keras.

Alasan yang tepat adalah wajah Tiara yang begitu mirip dengan mantan istrinya membuat Rahman menjadi sangat marah dan bahkan benci akan hal itu, sehingga ia selalu tidak pulang dan sesekali pulang di jam setelah sang anak tidur.

*Tiiinnn...tiiinnn*

Tiara langsung sadar dari lamunannya, ia terkejut dengan klason mobil yang begitu kuat. Ia menatap orang yang telah melakukan hal itu dengan tajam.

"Hay gadis nakal!" Teriak Peter yang berada di dalam mobil dengan tersenyum, kepalanya sedikit keluar agar Tiara mendengarnya.

Tiara hanya acuh, ia segera mempercepat laju motornya dengan tatapan yang memandang kedepan. Peter tak ingin tinggal diam, ia langsung menyusul Tiara dan menyetarakan motor dan mobil nya agar bisa menggoda Tiara.

Terlihat Tiara yang menghela nafas kasar, namun terus melaju kan motornya dan menatap kedepan.

Peter terus mengikuti Tiara, sampai akhirnya gadis itu memasuki gang dan Peter berhenti di depan gang itu.

"Aku hanya mengantarmu sampai sini, sampai jumpa gadis nakal!" Teriak Peter dan kembali melajukan mobilnya meninggalkan gang itu.

Tiara berhenti, menatap kepergian mobil Peter dan ternyata Peter hanya mengantar dirinya saja.

Sebenarnya Peter terus mengikuti Tiara sampai keluar per-karangan sekolah, ia mengikuti motor Tiara yang tampak berjalan lamban.

Dari kejauhan, kecepatan motor Tiara semakin tak beraturan, terlihat gadis itu termenung diatas motor yang berjalan dan membuat Peter harus menyadarkan gadis itu.

Tiara pun melanjutkan perjalanannya, rumahnya sudah cukup dekat karena memang rumahnya berada masuk gang.

Sesampainya dirumah, Tiara memarkirkan motornya di pelantaran rumah dan masuk segera kedalam rumah.

Ia berjalan dengan lunglai menaiki tangga kamarnya tanpa memperhatikan sekitarnya.

"Jam berapa ini!" Ucap seseorang yang menggema dengan suara baritonnya.

Mengapa dijam segini sang ayah sudah pulang, bukankah biasanya pulangnya tengah malam.

Tiara berputar badan dan langsung menunduk, ia tidak berani menatap langsung mata sang ayah yang mungkin saat ini sedang marah.

"Kamu seorang gadis pulang jam segini, kau sekolah atau kelayapan!" Bentak pria itu dan membuat Tiara semakin menundukkan kepalanya takut.

Tubuhnya gemetar hebat dan kepalanya sedikit pusing karena trauma nya sedikit kambuh.

"Apa aku harus menyediakan bodyguard agar kau dapat pulang tepat waktu!" Ucap Rahman yang mengisi seisi ruangan.

Tiara terus menunduk, rasa sakit dikepala nya semakin berdenyut dan membuat dirinya sangat ingin menarik rambutnya.

Tiara langsung berlari dengan air matanya yang memang sudah mengalir dari tadi. Ia menaiki tangga dengan cepat meninggalkan sang ayah yang terus berteriak memanggil dirinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!