...☘️Reading book☘️...
Tiara dan Ria duduk menunggu pesanan, dikantin yang ntah kenapa tak begitu ramai membuat mereka mudah untuk memesan makanan.
"Eh Tiara, kamu tau nggak..." Ucap antusias Ria.
"Nggak!" Acuh Tiara yang sibuk dengan bukunya.
"yaelah, maka nya dengerin jangan asal ngomong!" Kesal Ria dengan muka masamnya.
"Hehehe...dasar mudah ngambek, yaudah katakan mau ngomong apa!" Ucap lembut Tiara menatap sahabatnya itu.
"Itu loh, tadi aku kan browser berita di handphone, terus aku lihat keluarga Coldas sangat kaya dan itu adalah nama dari murid baru di kelas kita loh!" Ujar Ria dengan semangat menceritakan.
Tiara langsung terbayang dengan kejadian tadi, ia berpikir kenapa pria itu mengatakan dirinya adalah Amora dan bahkan tak mau mendengar penjelasan.
"Tiara! Tiara, malah bengong!" Cemberut Ria karena sahabat nya itu selalu bengong dan bersikap aneh.
"Eh iya!" Ucap Tiara yang sadar dari lamunannya.
Dua mangkok bakso pun datang dan mereka dengan segera meracik bumbu tambahan untuk menambahkan rasa lebih enak pada makanan mereka.
"Jangan terlalu banyak makan pedas, ingat bulan kemarin baru masuk rumah sakit!" ucap Tiara yang mengingatkan sahabat nya itu.
Ria memang suka dengan pedas, terlebih saat makan bakso begini, pasti gadis itu menuangkan separoh cabe dari mangkoknya dan bahkan hampir seluruhnya sehingga baksonya itu bukanlah lagi berkuah bumbu tetapi berkuah cabe.
"Iya iya aku tau, tapi kan sudah seminggu nggak makan yang pedes-pedes loh!" Ucap Ria dengan wajah memelas nya.
"Baru seminggu loh Ria bukan setahun, astaga!" Ujar Tiara yang tak habis pikir dengan sikap sahabatnya itu.
Ria hanya menyengir kuda, namun pandangannya beralih pada lapangan basket dari balik kaca. Terlihat beberapa siswa berkumpul disana dan bahkan berteriak.
"Eh lihat deh Ra, kenapa ya?" Bingung Ria yang menunjuk kearah lapangan basket.
"Biarlah, cepat habisin makanan mu!" Acuh Tiara yang tak ingin peduli dengan sekitarnya.
"Yaudah deh, tapi setelah makan kesana ya!" Ucap Ria dengan wajah memelas nya.
"Oke!"
Dengan segera Ria memakan bakso lautan cabe itu, Tiara hanya meringis melihat sahabatnya makan bakso cabe itu dengan santai dengan keringat nya yang keluar.
"Udah, yok cepet kesana!" Ajak Ria yang sudah kepo dengan keadaan disana.
"Makanan ku belum siap Ria!" Ujar Tiara yang melihat mangkok baksonya yang masih berisi banyak.
"Cepet ah, kalo gak biar aku aja yang bayar dan nanti kita sambung lagi!" Ucap Ria yang begitu tergesa-gesa tak ingin kehilangan berita dari segerombolan orang itu.
"Huh...baiklah!" Pasrah Tiara yang memasukkan satu buah bakso kedalam mulutnya.
Ria langsung berlari membayar makanannya dan juga Tiara, setelah melakukan itu Ria langsung menarik Tiara menuju lapangan basket untuk menghilangkan ke kepoannya itu.
"Pelan-pelan lah sedikit Ria, mereka tidak akan hilang begitu saja" Gerutu Tiara yang saat ini terus ditarik oleh Ria.
Namun Ria tak mendengarkan nya, ia malah terus menarik Tiara dan akhirnya berhenti dengan nafas yang ngos-ngosan.
"Cuman orang main basket saja, mengapa begitu banget sih Ria!" Gerutu Tiara pada Ria.
"Eh lihat deh, itu anak baru loh yang main!" Ucap Ria dengan mata yang berbinar-binar.
"Udahlah, cuman main doang segitu amat!" Acuh Tiara yang akan beranjak dari sana, namun Ria malah menahan tangannya.
"Jangan terlalu cuek ah, yok lihat!" Ajak Ria yang langsung menarik Tiara membelah kerumunan orang-orang.
Semua orang tampak kesal karena ulah Ria, namun karena Peter mencetak skor kembali membuat mereka melupakan ulah Ria dan Tiara.
"Udah ah, males banget kesini aku belum menyelesaikan membaca buku!" Ucap Tiara memperlihatkan bukunya pada Ria.
"Setiap hari buku yang dibaca, sudahlah sesekali memperhatikan para cogan!" Ujar Ria sambil berteriak memberikan semangat.
Tiara hanya menghela nafas pasrah, ia pun menonton permainan bola basket itu meski dengan wajah bosannya.
Tiara memang seperti itu orangnya, selain acuh dengan sekitar ia tidak suka dengan segerombolan orang seperti ini apalagi berteriak dengan hal yang bodoh seperti itu menurutnya.
Menurut Tiara lebih bagus membaca buku, selain menambah ilmu ia juga dapat menghilangkan bosannya dari tatapan orang sekitar terhadapnya.
Untuk ponsel, ia memiliki dua dan benda itu menurutnya sangat menarik namun juga memiliki dampak yang begitu negatif untuknya, selain begitu banyak aplikasi yang memikat hati, tetapi dapat membuat waktunya terbuang dengan sia-sia.
Ponsel itu bukanlah dirinya yang beli tetapi ayahnya satu dan ibunya satu sebagai barang peninggalan mungkin.
Tak jauh dari tempat, Peter melihat keberadaan Tiara yang menatap acuh kearah lapangan, ia pun tersenyum kearah Tiara namun bukan Tiara yang terpesona tetapi malah segerombolan gadis yang berada di dekat Tiara.
Tiara yang sudah sangat bosan dengan keadaan saat ini, ia memilih keluar dari segerombolan orang itu meninggalkan Ria yang sibuk berteriak.
Tiara pergi kembali ke kelasnya, ia tidak ingin membuang waktunya dengan kegiatan yang tak berfaedah dari membaca buku.
"Hay kenapa sendirian, mana Ria?" Tanya Bastian yang menghampiri Tiara.
"Dilapangan!" Acuh Tiara yang tetap terus berjalan.
"Yaudah aku temenin ya..." Ucap Bastian yang terus tersenyum pada Tiara.
"Nggak perlu!" Acuh Tiara yang menolak.
"Tapi aku ingin menemanimu!" Ujar Bastian yang berjalan menyetarakan langkah kaki Tiara.
"Terserah..." Acuhnya tak ingin mengambil pusing.
Bastian terus mengikuti Tiara, namun mereka tak menyadari bahwa seseorang memperhatikan mereka dan akan melaporkan pada bosnya.
Tiara terus berjalan sampai mereka sampai di depan kelas Tiara, Tiara menatap kearah Bastian dengan tatapan bingung.
"Kenapa?" Tanya Bastian yang juga bingung dengan tatapan Tiara.
"Kau tak kembali ke kelasmu?" Tanya Tiara dengan wajah bingung.
"Aku menemanimu, bukankah saat ini semua orang berada di lapangan!" Ucap Bastian menunjuk ke segala arah dan benar dengan ucapan Bastian.
"Baiklah, bukankah biasanya ketua OSIS itu memiliki begitu sedikit waktu!" Ucap Tiara yang langsung duduk di kursi bersantai di luar kelas.
"Sepertinya waktuku begitu banyak deh untukmu, sehingga aku berada disini!" Ucapnya yang terus menatap wajah Tiara yang terus menunduk.
"Bagaimana kamu pecahkan teka teki ini!" Tunjuknya pada sebuah teka teki dalam buku yang ia baca.
"Cukup sulit, tapi sepertinya ini berhubungan dengan perasaan!" Ucap Bastian yang berpikir sambil menatap buku yang dipegang Tiara.
Jarak antara mereka berdua cukup dekat, hingga beberapa saat Peter datang dengan berlari dan langsung menarik Tiara menjauh dari Bastian.
"Awwww..." Ringis Tiara saat tangannya dengan kasar ditarik oleh Peter.
"Eh jangan kasar deh sama cewek!" Bentak Bastian yang langsung menarik Tiara.
Peter menatap dengan tajam kearah Bastian, ia memperhatikan tangan Bastian yang menyentuh pinggang Tiara dengan cukup erat.
Peter tersenyum miring, ia menatap remeh kearah Bastian yang berani menyentuh wanitanya secara terus terang.
"Sebaiknya kau lebih berhati-hati untuk pulang nanti!" Ucap Peter dengan senyum smriknya, ia langsung berjalan meninggalkan ketermenungan Tiara dan tatapan tajam Bastian.
"Ah itu, lepaskan!" Gugup Tiara yang langsung melepaskan dekapan Bastian.
"Baiklah, maaf soal tadi!" Ucap Bastian dengan menggaruk-garuk tekuknya.
"Tidak masalah, namun lain kali aku akan marah!" Ujar Tiara yang langsung berjalan meninggalkan Bastian.
Beberapa siswa pun segera masuk ke kelasnya, mereka datang setelah pertandingan selesai dan Peter yang tiba-tiba hilang dari lapangan.
Namun mereka menatap terkejut karena saat ini Peter berada di kelas dengan Tiara yang sibuk dengan bukunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments