...Sabtu pagi, hari ini sangatlah cerah mentari yang terbit dari upuk timur memancarkan cahaya merah jingga yang mengubah awan awan dengan pancaran cahayanya yang hangat....
...aku pun dengan riang berangkat ke sekolah di pagi itu, tak lupa aku memakai topi karena aku masih belum pede dengan rambutku, ya seperti biasa aku selalu berjalan kaki karena tak memiliki motor seperti teman sebayaku....
...Meski begitu aku tetap bersyukur dengan keadaan....
...Baru beberapa meter langkahku, di ujung jalan terlihat terlihat Zakia berdiri di atas jembatan yang menghubungkan antara desaku dan sekolah....
...Biasanya ia selalu di antar oleh ayahnya sekolah, entah mengapa hari ini berbeda....
...Dia kian termenung dan tampak menunggu seseorang, aku pun enggan melewatinya jadi ku putuskan untuk berhenti sejenak,...
...Namun ia tak kunjung beranjak dari tempatnya....
...bosan menunggu aku pun akhirnya memutuskan untuk melewati nya....
...Perlahan-lahan aku melangkah dan begitu kami berpapasan dia pun melihatku dengan raut sedih, namun aku pura pura tak melihatnya dan berjalan mulai mengencangkan langkahku....
...Ia tampak seperti ingin menegurku, namun ada sesuatu yang menghentikan niatnya yaitu rasa gengsi....
...Entah apa yang ia pikirkan, ia tampak merenung sambil berjalan di belakang ku....
"Ah mungkin ia di marahi ibunya." Ujarku di dalam hati.
...Berusaha tenang dan tidak perduli mungkin bukanlah sifat ku, namun itulah yang aku lakukan saat ini agar aku tak menyakiti hatiku dan hatinya....
...mungkin inilah yang terbaik, aku harus diam dan menjauh karena ia sendiri yang berkata jijik padaku, maka aku semakin kencang melangkah meninggalkan dia....
...Langkahku semakin jauh hingga ia tak terlihat lagi oleh pandangan mata, saat itulah aku mulai menurunkan kecepatan langkahku sembari melihat jauh ke belakang....
Dalam hatiku aku berkata
"Semoga engkau baik baik saja wahai pujaan ku,
Maafkan aku bersikap bodoh, aku hanya tak ingin mengganggu hidup mu."
Waktu pun berlalu pelajaran les ke empat, di mulai setelah jam istirahat selesai, banyak dari murid murid yang melihat kearah ku.
Mungkin heran melihat aku mengenakan topi dari pagi sampai sekarang, yang biasanya tak pernah sekalipun hingga buk Della selaku guru pun menegurku.
"Momo, dilarang pakai topi di kelas." Ujar buk Della.
banyak pasangan mata pun menuju arahku, aku pun mulai takut, namun enggan melepasnya.
"Momo buka topi mu itu."
"Anu buk, ada yang salah dengan pangkas rambutku jadi aku malu membukanya." Ujarku menjelaskan.
"kenapa?" tanya buk Della.
"Itu, pangkas nya kelewatan, jadi rambutnya botak sebelah." Ujarku memberi alasan yang aku karang.
...Namun hal itu malah membuat seisi kelas mentertawakan ku, dan juga membuat mereka menjadi penasaran....
...Aku pun semakin gugup, apalagi Dede, Cici, Selvia dan Zakia melihat ke arahku, mereka adalah pasukan paling cantik di kelas....
...Hal itu juga yang membuatku semakin merasa malu....
...Hingga akhirnya salah seorang temanku menarik topiku dari belakang hingga topinya terjatuh dan membuat yang lain semakin tertawa....
...Saat ini aku merasa jadi bahan lawakan di kelas, aku mulai marah pada gadis yang semalam memotong rambut ku dan menjadikan eksperimen....
...Namun hal itu di patahkan buk Della yang langsung memujiku dengan mengatakan hal baik tentang rambutku....
"Waw bagus nih!, kok malah gak pede." Kata buk Della.
Hal itupun langsung di sambut oleh Selvia dengan kata-kata yang manis.
"Wah Momo makin ganteng aja."
sementara yang lain tertawa tapi juga memujiku, Zakia hanya diam menatap ku.
...Tak lama kemudian kami pun melanjutkan pelajaran, buk Della yang mengeluarkan tas besar pun memulai pelajaran nya yaitu seni budaya....
Kami pun sangat antusias belajar walaupun ada beberapa yang main main, pelajaran tetap berlanjut dengan lancar.
Dan anehnya mata teman teman perempuan ini selalu mengarah ke aku, sambil berbisik-bisik mereka menatap ku dengan pandangan tak biasa.
"Oke kali ini kita akan belajar tangga nada gitar." ucap buk Della menjelaskan.
"Di sini ada yang bisa main gitar."
"Enggak buk!" Jawab kami serempak.
Namun teman sebelah kursi ku, mengangkat tangan dan memecah perhatian.
Dalam hatiku, kagum pada keberanian nya menunjuk diri dan berkata jujur.
"Buk saya." Ucap Syahfrinal Efendy atau yang lebih akrab dipanggil Final.
"Ya Final, kamu bisa." Sambut buk Della.
"Enggak buk, hehehe." Jawabnya tertawa yang di barengi tawa teman teman lain.
"Jadi ngapain kamu berdiri." ucap buk Della agak sedikit marah.
"Maksud saya si Momo yang pintar buk main gitar." Jawab Final menunjuk kearah ku.
"Si any***, kenapa malah nyodorin aku." Ucap ku dalam hati.
"Dia anggota Band buk, Nampaknya aja kalem gini tapi dia pro." Ucap Final nyeletus tanpa arah.
"Bener Momo." Tanya buk Della.
Semua murid langsung menatap ku, dengan beragam ekspresi ada yang tersenyum, ada yang tertawa dan juga datar.
"Enggak buk!" Jawabku singkat, dan menunduk menutup wajahku dengan buku.
"Eh artis baru sini maju kedepan." Tunjuk buk Della kearahku.
"Sono lu di panggil." Ucap Final padaku sambil menarik buku.
"Lu ban**** ya, main sodorin aja." Jawabku padanya, namun ia hanya tertawa.
...Mungkin Final ingin mempermalukan ku atau ingin memberiku kesempatan agar lebih menonjol di kelas, aku tak tau niatnya, namun yang aku tau tak pernah ada seorangpun di kelas yang tahu jika aku bisa bermain gitar....
"Momo maju sini cepat, kalau kamu bisa main satu lagu, ibuk traktir kamu mie Ayam spesial di kantin!" Ucap buk Della menantang.
"Tapi aku gak bisa buk." Ucapku.
..."Kalau bohong nanti sholat mu gak di terima tuhan loh." Kata buk Della menakut nakuti....
..."Iya deh!"ucapku sambil melangkah kedepan. Mereka pun bersorak-sorai dan membuat aku jadi down, karena kali pertama main gitar di sekolah dan di saksikan seisi kelas....
Zakia tampak tersenyum dan meletakkan tangannya di pipi dan tampak serius melihat.
Aku pun duduk, menghela nafas dan mengatur tubuhku yang gemetaran.
"Rilek aja." Ucap buk Della.
"Iya buk." Jawab ku pelan.
..."Oke anak anak dengar kan ibuk ya, kita akan mulai dengan kunci C." ucap buk Della sambil menjelaskan kunci kunci dasar dalam bermain gitar dan aku sebagai subjek yang membunyikan dan memetik tiap nada....
...Setelah selesai dengan semua kunci, buk Della memintaku memainkan sebuah lagu sebagai penutup les terakhir ini, karena waktu sudah menunjuk ke angka 12:20....
lagu itu berjudul
Sebelum cahaya
by Letto.
Aku pun memulainya dengan lirik pertama.
"Ku teringat hati"
"Yang bertabur mimpi"
"kemana kau pergi cinta"
masih di awal bait suasana pun rujuk dengan sorak-sorai dan tepuk tangan hingga buk Della menghentikan ku sembari berkata.
"Anak anak tenang dulu, kita dengerin lagunya biar tenang"
"Iya buk" jawab anak perempuan.
"nanti setelah selesai baru kita beri tepuk tangan" ucap buk Della menjelaskan arahan nya.
Murid-murid pun setuju, dan buk Della pindah ke kursi ku agar dapat menyaksikan juga, tak lupa ia merekap dengan kamera kanon miliknya.
Setelah suasana lebih tertib, aku kembali memulai memetik gitar dan kemudian bernyanyi.
Kamera yang aktif, pasang mata yang terpokus ke arahku, dan senyuman yang manis tampak di wajah para anak perempuan sedang anak laki-laki ada sebagiantak begitu perduli.
SEBELUM CAHAYA
BY LETTO
Teringat hati..
yang bertabur mimpi
Ke mana kau pergi, cinta?
Perjalanan sunyi
yang kau tempuh sendiri
Kuatkanlah hati, cinta
Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra
Yang 'kan membelaimu, cinta
Kekuatan hati
yang berpegang janji
Genggamlah tanganku, cinta
Ku tak akan pergi
meninggalkanmu sendiri
Temani hatimu, cinta
Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra
Yang 'kan membelaimu, cinta
Ku teringat hati..
yang bertabur mimpi
Ke mana kau pergi, cinta?
Perjalanan sunyi
yang kau tempuh sendiri
Kuatkanlah hati, cinta
Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra
Yang 'kan membelaimu, cinta
Ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja
Yang menemanimu sebelum cahaya
Ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra
Yang 'kan membelaimu, cinta
'Kan membelaimu, cinta
Dan begitulah hari ini berlalu dengan sebuah lagu dan curahan hatiku.
Yang mengingatkanku tentang hujan di siang itu, di mana aku dan kau berjalan bersama menempuh derasnya hujan,
kita terawa bersama, bercerita tentang akan jadi apa di masa depan nanti dan juga tentang menjadi dewasa.
saat itu kau masih bersama ku dalam hatimu yang tak memiliki gengsi atas aku yang bodoh ini.
hujan itu adalah hal yang mungkin terindah, dimana kau marah padaku karena menyiram rok mu dengan air lumpur kau tampak lucu,
sangat lucu ketika kau mengatakan akan mengadukan ku pada ayahmu
ya begitulah hari itu terjadi.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Karina Anatasya Wijaya
ceritanya seru
2022-12-02
0