...Hujan turun lagi, pagi itu aku berangkat ke sekolah lebih awal....
...Sampai di sekolah ternyata ada Irma yang sudah lebih dahulu sampai....
"Momo, tumben datang cepat" Tegur nya.
"Ya, aku cuma bosan di rumah jadi aku cepat cepat berangkat" Jawabku sambil melewatinya tanpa memalingkan wajah.
"Ehm! apa kau marah sama Zakia" Tanya Irma tiba tiba.
Sejenak aku terdiam lalu aku pun menjawab dengan tegas. "Untuk apa, aku gak perduli tuh."
"Yakin."
Irma pun menjelaskan, bahwa Zakia selalu bicara tentang aku, dari mulai gua rambut ku yang kuno, cara berpakaian ku yang tak rapi atau sifat ku yang pendiam.
Irma juga bercerita bahwa Zakia sering melihat mu saat di kelas, walaupun akhirnya dia berkata lain namun sepertinya Zakia peduli padamu.
Juga aku terlihat aneh menurut mereka, karena lebih senang sendirian dan juga tidur di kelas.
"Ya aku memang orang yang aneh." Ucapku lalu masuk kelas.
"Tapi dia ulang ulang itu terus, mungkin dia suka, tapi gengsi." Ucap Irma dengan yakin seolah-olah ia sudah begitu paham.
..."Aku gak perduli." Jawabku, lalu aku membuka jaket ku dan tidur....
...Tak ingin mengganggu, Irma pun diam dan perlahan lahan pergi menuju kantin sekolah yang sebenarnya belum buka karena masih terlalu pagi....
...Dalam hati aku bertanya, kenapa aku senang mendengar pernyataan irma....
...Bukankah hati ini sakit melihat sifatnya yang dingin dan kata katanya itu, tapi kenapa aku merasa memiliki celah untuk itu, seperti aku harus berubah agar mereka lebih melihat ke arah ku....
**
...Sepuluh menit berlalu bell berbunyi dan murid murid pun sudah berdatangan dan suasana kelas yang sunyi pun berubah menjadi rubut....
...Tapi karena hari masih hujan kami tidak melakukan apel pagi dan langsung masuk kelas....
...Pelajaran segera di mulai Guru sejarah masuk di les pertama dan mengarahkan murid untuk membacakan sejarah pulau sumatera....
...Sembari mendengarkan, aku melirik ke kursi kosong tempat ia biasa duduk....
...Mungkin karena hujan ia tidak berangkat sekolah....
Padahal aku ingin melihat wajah seram nya itu, dan tentu saja badan nya yang pendek dan cebol itu.
**
Hari pun berlalu dengan pelajaran dari para guru pembimbing hingga waktu menunjukan pukul sebelas,
...Karena ini jum'at kami pulang lebih awal....
...Seperti biasa aku pulang menuju rumahku dengan berjalan kaki, ya karena ayah tak punya cukup uang untuk membelikan ku sepeda motor....
...Dan sebagai anak aku tak mau merepotkan ayahku yang bekerja keras untuk kami anaknya....
...Di perjalanan aku bertemu sahabatku Andi, ia juga baru pulang sekolah....
...Andi satu tingkat dia atas ku dia saat ini sudah masuk bangku SMA....
"Cuy, ayok naik aku bonceng." Ucapnya yang saat itu berhenti di sebelah ku.
"Wah gas lah." Jawabku yang langsung naik tanpa berpikir.
"Tapi kita pangkasan dulu ya." Ajaknya.
"Okelah."
...Kami pun berangkat menuju ke tempat pangkas terdekat di daerah ini....
...Kebetulan antrian tidak ada, hanya seorang anak kecil yang di temani kakak perempuan nya saja yang ada di situ....
...Motor kami berhenti pelan, setelah di standard aku turun dari motor dan duduk di kursi berhadapan dengan seorang gadis yang sedang menunggu adiknya....
"Aku beli rokok dulu ya." Ucap Andi yang belum turun dari sepeda motor nya.
"Oke, jangan lama-lama." Jawabku.
"Aman itu."
Dia pun langsung melajukan motornya dengan sedikit atraksi yaitu menaikkan ban depan motornya (jemping).
" Mau pangkas ya bang?" Tegur gadis itu.
Suaranya yang lembut entah mengapa membuatku tergetar, perlahan aku melihat ke arah nya sambil menjawab.
..."Iya nih, rambut dah gondrong."...
...Seketika aku terkejut melihat senyum nya dan wajahnya yang begitu cantik, kulitnya yang putih seperti susu yang di tuang kedalam gelas....
"kenapa bang." tanya ia yang saat itu juga menatap ke arah ku dengan sedikit tawa di ujung bibirnya.
"Gak apa apa." jawabku terbata bata.
...Seketika aku menunduk dan tak berani menatapnya, Tapi tubuhku terus bergetar dan jantung ku rasa seperti mau copot....
...Ini hal yang sangat gila, hal yang belum pernah terjadi seumur hidupku....
"kita pernah bertemu ya" Tanya gadis itu.
"Tidak" Jawabku malu.
"Kayaknya aku pernah lihat Abang" Ucapnya meyakinkan.
...Aku pun melihatnya lagi, sambil mengingat ingat benahkah kami pernah bertemu....
...Tapi bukannya mengingat sesuatu, aku malah terpaut pada wajahnya yang begitu cantik....
...Benar benar seperti seorang bidadari, bidadari tak bersayap yang turun ke bumi....
"Ya aku ingat, di kampung tani kan." Ucapnya dengan yakin "Waktu itu hujan deras, kami pindah ke sana."
..."Aku tidak ingat." Jawabku bingung, sungguh sebenarnya aku tidak bisa berpikir sedikitpun saat ini, karena aku begitu takjub melihat senyum nya yang indah, wajahnya yang imut, rambut panjangnya dan suaranya khas....
"Abang di teras rumah nek Kasini, ngelihat kearah kami." ucapnya lagi dengan penuh rasa yakin.
mendengar nama Kasini, aku pun semakin terkejut, Benarkah yang terjadi padaku saat ini.
"Ka.. kamu gadis yang keluar dari mobil putih itu!" Ucapku sambil menunjuk nya.
"Nah iya, itu aku." Jawabnya sambil mengulurkan tangannya.
"Aku Dinda Claudia".
"Aa.. ku siapa!, Eh bukan." Jawabku dengan gugup dan konyol, aku semakin salah tingkah di hadapan nya.
Apalagi sekarang aku tahu bahwa dia adalah gadis kecil yang waktu itu aku lihat.
"Hahaha kamu lucu ya." Ujarnya sambil tertawa dan langsung menarik tanganku sembari berkata "Salam kenal ya."
"Oh iya, senang mengenalmu." Jawabku yang mulai bisa mengendalikan hatiku "Panggil saja aku Momo."
"Ya senang mengenalmu bang Momo" Ucapnya agak mendayu, lalu ia kembali tertawa.
"Apa kamu mau potong rambut, sini biar aku yang potongin."
"Hah?, emang bisa." Jawabku ragu.
"Ibu ku punya salon dan aku sering belajar loh." Ucapnya dengan yakin.
Pak tukang pangkas pun juga mengangguk seperti meyakinkan jika gadis ini bisa memangkas rambut.
Bahkan memberikan isyarat kode yang aneh kepadaku supaya aku yakin.
"Ah sepertinya gak usah deh, jadi repot nanti" Ujarku.
" Udah, yakin aja dia bisa kok, dia saudara iwak nya itu." sahut pak tukang pangkas.
Mendengar ha itu aku pun langsung duduk di kursi pangkas.
Lagi pula hari ini Jum'at, jika tidak buru buru nanti kami bisa tertinggal Jamaah Jum'at.
"Yang terjadi, terjadilah" kataku dengan pasrah.
Mendengar ucapan ku gadis itu sontak tertawa.
Pak tukang pangkas pun juga ikut tertawa hingga aku merasa di permainkan.
Aku jadi takut jika rambut ku di acak acak olehnya dan malah menjadi semakin buruk.
...Lalu gadis itu tersenyum dan memulai melakukan pekerjaannya, ia tampak riang dan tertawa kecil....
"Rilek aja bang, jangan kaku gitu." Ucapnya sembari tertawa, ia terus tertawa setiap kali bicara atau menatapku di cermin.
"Ku usahakan, tapi gak janji." Jawabku menggeletar.
...Hal itu sungguh membuat semakin tidak karuan....
...Rasanya jantungku sesak tapi aku tetap berusaha tenang seolah tidak terjadi apapun....
"Sabar ya bang Momo, bentar aja kok ini." Ucapnya yang mulai serius.
"Kau apain rambutku." Tanyaku bingung.
"Oh ini lagi aku putusin rambutnya yang kaku, lalu aku sasak sedikit bagian atas supaya lebih rapi." Ucapnya menjelaskan.
"Apa itu bakalan bagus, aku gak pernah pangkas lain selain cepak loh." Ucapku polos.
"Wah itu terlalu jujur, kalau begitu akan aku buat yang berbeda."Ucapnya tersenyum sambil mengikat bagian depan rambut ku dengan karet.
"Tenang aja, Abang bakalan jadi lebih ganteng hehehe." Ucapnya menutupi mulutnya, ia benar benar periang.
Tak beberapa lama Andi pun kembali sembari membawa makanan ringan, ia yang baru masuk terkejut melihatku di pangkas oleh seorang wanita.
"Loh eh!!, kok gini nih" Ucap Andi kaget.
"Kenapa? Angek kau ya" sahut pak tukang pangkas.
"Kok ada bidadari jadi tukang pangkas pak." Tanya Andi.
Gadis itu cuma tersenyum tanpa menjawab sepatah katapun.
" Oh dia itu kenamaan ku." Jelas pak Harto si tukang pangkas lalu menjelaskan tentang gadis cantik ini.
"Wah bisakah aku di pangkas dia juga." Tanya Andi.
Gadis itu hanya diam membisu dan hanya fokus pada apa yang ia kerjakan.
Sesekali ia melihat cermin sambil tersenyum tapi ia mulai tak banyak bicara.
"Nah siap!" ucap pak Harto setelah selesai memangkas.
"Sini naik kau." Ucap pak Harto kepada Andi.
Namun Andi menolak karena ingin di pangkas oleh wanita ini.
"Aku sama Adek ini aja pak" Ucap Andi.
Gadis itu pun menoleh, lalu ia menggeleng kepala nya seolah menolak keinginan Andi.
"Kenapa dek?" Tanya Andi bingung dan juga kecewa.
"Maaf ya bang, aku gak bisa." Ucap nya pelan.
"Alamak, iri pulak aku sama si Momo." ucap Andi dengan gaya lucunya.
Lalu Andi pun naik ke kursi pak Harto dan berkata "Biasa pak, pangkas gaya jamet."
Tak menyerah, Andi berusaha untuk mengajak gadis itu bicara dengan bertanya tentang asal usulnya.
"Adek tinggal di mana?" tanya Andi.
"Kampung tani." jawabnya pelan.
"Loh kok Abang gak pernah lihat, padahal sering kali kesana."
"Baru pindah." Jawab gadis itu dengan singkat dan cuek.
Andi pun sedikit kesal karena merasa seperti tak di anggap, namun tetap mencoba untuk bertanya.
"Oh, udah punya pacar." Tanya Andi lagi dengan raut wajahnya yang semangat.
"Enggak" Jawab nya singkat.
"Mantap, boleh dong Abang datang malam Minggu."
"Enggak".
"Kenapa, katanya gak punya pacar?" Ucap Andi kecewa.
"Gak apa-apa!"
"Masak perempuan secantik kamu gak punya pacar" ucapku memotong percakapan mereka.
"Memang enggak, Abang mau datang." Jawabnya padaku sambil memajukan wajahnya kedepan.
aku yang malu pun jadi salah tingkah lagi.
"Lah, kok bukan aku yang di suruh." Ucap Andi.
"Kalau Abang mau datang, Bawak bang Momo ya." Ucapnya sambil membersihan sisa sisa rambut yang ia potong.
...Setelah merapikan rambut, ia pun mengatakan padaku bahwa ia sudah selesai memotong rambut ku dan menyuruhku untuk memberikan nilai....
...aku pun bangkit dan melihat berulang ulang kearah cermin dan sesekali aku melihat Andi yang tertawa melihat aku....
"Kok jadi gini" Ucap ku.
"Kenapa?" jawabnya.
"kok rambutku naik gini, ada poninya lagi."
"Itu keren loh, kayak cowok Koream" Ucapnya.
Andi pun terus tertawa hingga membuatku tidak Pede, aku merasa aneh pada kepalaku.
"Yakin deh, Abang jadi lebih keren loh."
"Tapi kok aku ngerasa aneh." Jawabku.
"Ini keren tau, yakin aja." Ucapnya sambil mengemasi barang barangnya.
...Ia pun segera pergi meninggalkan kami, namun ia sempat berkata sebelum pergi....
"Jangan lupa, kalau nanti kesana mampir ke rumah aku ya."
Mendengar kata-kata itu, perasaan ku pun campur aduk.
Dia menyuruhku kerumahnya, dia memangkas rambut ku dan menyuruh aku datang kerumahnya.
Ini benar-benar di luar bayanganku.
Aku seperti bermimpi di siang hari.
**
...Singkat cerita kami pun pulang, tak lupa mampir ke mesjid untuk menunaikan shalat Jum'at bersama....
...Di perjalanan pulang Andi terus memuji penampilanku, meski tadi iya tertawa....
...Bahkan Andi memberi pandangan baik tentang Dinda si gadis imut itu....
...Andi bilang mungkin ia suka padaku bahkan Andi memberi semangat padaku agar aku mendekati gadis itu....
Namun aku terpaku pada suatu hal,
dalam hatiku mungkin aku tidak cocok untuknya.
Aku sadar siapalah aku ini, sangat tidak pantas orang kampung sepertiku jatuh hati pada bidadari yang kian bersinar.
dan juga mungkin aku memikirkan Zakia dan masih menaruh harapan meski hanya sekecil kerikil jalanan.
Namun Andi memukul ku dan berkata bahwa aku sangat bodoh.
Ia juga menjelaskan bahwa kesempatan hanya datang satu kali dan tidak akan terjadi lagi.
Ia juga menjelaskan bahwa lebih baik datang pada Dinda yang memberikan harapan dan kesempatan yang jelas ketimbang menunggu Zakia yang bahkan tidak pernah ada gambaran akan hatinya untuk ku.
Dan Andi benar soal hal itu, Zakia memang seperti tak pernah melihat dan merasakan perasaanku.
Padahal aku sering memberikan sesuatu kepada dirinya, seperti membelikan makanan atau hal yang lain nya.
Andi adalah sahabat ku yang baik, kami berteman sejak kecil hingga sekarang.
Dan menurut ku dia adalah seorang yang jujur, dia seperti seorang Abang bagiku karena ia sering memberikan nasihat yang baik, mentraktir aku makan dan main PS.
Aku juga senang bersama sama dengan dia dan tak ragu cerita tentang Zakia kepadanya.
Sehingga ia tau betul bagaimana perasaan ku pada Zakia saat ini.
Akhirnya kami habiskan waktu sore kami dengan main PS di rental dekat rumahku.
Ya walaupun aku harus mengerjakan tugas di rumah terlebih dahulu, karena ibuku akan murka jika pekerjaan ku tidak selesai.
Lucunya Andi sering membantu agar pekerjaan lebih cepat selesai dan kami bisa ke rental.
Dia juga sering makan di rumahku dan bermain sampai senja hari.
Kami main sampai 3 jam dan itu adalah game Mortal kombat Shaolin monkey.
kalian yang hidup di jaman itu pasti tau.
setelah selesai main PS aku pun kembali kerumah dan membantu ayahku di ladang menanam timun.
Ayahku dan ibuku adalah seorang petani, mereka menanam sayur dan menjualnya ke agen agar mendapatkan uang untuk keperluan dapur.
Ini adalah pekerjaan yang membosankan karena harus setiap hari rawat sedang kan untuk masa panennya hanya sebentar.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments