"Akh, sempit sekali," gumam laki-laki itu dengan pelan, merasakan milik Lyla yang sangat aneh karena sangat sulit sekali untuk dia masuki.
"Lepaskan aku, Brengs*k!" teriak Lyla lagi menahan seluruh kesakitan yang ada pada dirinya. Laki-laki itu tidak mendengarkan, telinganya seakan telah ditutup oleh makhluk tak kasat mata. Yang dia tahu sekarang ini hanyalah ingin segera menuntaskan hasratnya yang telah menggebu akibat melihat dada mulus Lyla tadi. Dia terus bergerak dan juga bergerak sampai akhirnya ....
"Aakkh!" teriakan Lyla menggema di ruangan kamar yang sangat luas saat merasakan muliknya robek dengan tak berperasaan.
A-apa ini? Kenapa ...?
Laki-laki itu terdiam, tatkala merasakan sesuatu pada ujung miliknya yang telah berhasil menembus milik Lyla. Menyadari jika dia baru saja merobek sesuatu yang sangat aneh untuknya, selama pengalaman dirinya bermain dengan semua kekasihnya tidak pernah dia merasakan sakit pada miliknya dan juga menembus penghalang di dalam tubuh inti perempuan.
Lyla menangis tersedu. Sakit. Bukan hanya tubuhnya, tapi juga hatinya.
Pria itu masih saja diam menatap Lyla, tapi pinggulnya bergerak perlahan naik dan turun, merasakan rongga di bawah sana menjepit miliknya dan membuat rasa yang sangat berbeda dan juga memberikan sensasi yang sangat nikmat.
"Tolong lepaskan aku," ucap Lyla menghiba dengan suara yang sangat serak. Laki-laki yang tengah bergerak di atas tubuhnya itu tidak bereaksi, tidak menampakkan perubahan raut wajah sama sekali. Dia hanya menatap wajah Lyla yang telah basah oleh air mata. Terlambat untuk memohon, karena keadaan dirinya sudah tidak akan sama lagi.
Merasakan kenikmatan yang tidak pernah dia rasakan, membuat laki-laki itu kini menggerakkan tubuhnya semakin kencang, dia tidak peduli dengan tangisan Lyla yang memohon dan juga meminta dilepaskan. Semakin kencang dan juga kencang membuat Lyla menjerit akan pengalaman pertama yang sangat menyakitkan ini.
Laki-laki itu telah selesai memuaskan hasratnya, bahkan berjuta benih miliknya telah ditampung di dalam rahim Lyla.
"Bunuh saja aku sekarang! Kamu telah selesai denganku, kan?" teriak Lyla dengan geram, memaksakan diri untuk duduk meski rasanya sangat menyakitkan sekali pada inti tubuhnya tersebut. Dia menatap laki-laki yang baru saja menodainya dengan amarah yang menggebu. Dia dengan tenang mengambil pakaiannya.
Tanpa banyak berbicara, laki-laki itu melemparkan selimut pada tubuh Lyla yang polos dan pergi dari ruangan tersebut setelah memakai celananya.
Apa yang telah aku lakukan? Apa dia masih perawan? gumam laki-laki itu sedikit frustrasi.
***
"Apa yang kalian maksud? Bukan dia orangnya?" Tatapan tajam laki-laki itu membuat beberapa orang yang ada di depannya menunduk dalam, tidak berani sama sekali menatap atasan mereka yang merupakan seorang wakil CEO dari perusahaan Castanov Corp.
Morgan Castanov, seorang laki-laki mapan, anak pertama dari keluarga Castanov, pemilik dari beberapa perusahaan besar ternama di Kota X dan juga pemilik beberapa hotel terkenal yang ada di beberapa kota, melemparkan kertas yang merupakan keterangan asal usul dari wanita yang ada di kamarnya tadi. Kertas-kertas itu berhamburan di udara dan kini berserakan di lantai.
"Apa maksud kalian! Dasar bod*h!" teriak Morgan sambil berdiri dan menggebrak meja dengan kasar. Dadanya naik turun menahan emosi, anak buah yang selama ini dia andalkan dan dia percayai kali ini melakukan kesalahan yang sangat fatal sekali.
"Maafkan kami, Tuan. Kami salah dan baru menemukan fakta yang sebenarnya," ucap salah satu bawahannya dengan menunduk dalam.
Morgan mengusap wajahnya dengan kasar. Apa yang harus aku lakukan? Aku sudah merusak orang yang salah, batinnya.
"Kami menyesal."
Morgan berjalan dengan sangat cepat ke arah dua ajudannya itu dan melayangkan tamparan serta pukulan pada mereka.
"Apa yang kalian lakukan sudah membuat aku hilang muka!" teriak Morgan lagi. Dua laki-laki itu hanya diam, tidak sedikit pun mengeluarkan suara meski apa yang dilakukan oleh atasannya sangat menyakitkan sekali.
Morgan menggerakkan tangannya, Gerald, sektretaris kepercayaannya mendekat.
"Urusi dua orang ini. Aku tidak mau melihat mereka lagi!" ucap Morgan dengan nada yang dingin sambil berkacak pinggang. Seketika kepalanya terasa pusing dengan kejadian ini.
Dua orang yang ada di hadapan Morgan kini berlutut di lantai, memohon kepada Morgan agar diberi belas kasihan atas diri keduanya.
"Tuan, saya mohon maaf. Kami salah," ucap salahs atu dari mereka.
"Diam kalian!" teriak Morgan membentak.
Gerald segera menghubungi seseorang dan tak lama dua orang dengan pakaian serba rapi masuk ke dalam ruangan dan menyeret dua orang yang tadi, tidak peduli dengan teriakan mereka yang meminta ampun padanya.
Morgan duduk di kursinya, sedikit lesu dan tidak bersemangat. "Pergi. Urusi wanita itu dan panggilkan dokter untuknya," ucap Morgan memberi perintah.
"Apa ada hal yang lain lagi, Tuan?" tanya Gerald sambil menunggu sejenak. Morgan tidak menjawab, dia menggerakkan tangannya tanda tidak ada hal yang lain yang dia butuhkan. Gerald pergi dan terlihat dia menghubungi seseorang dari ponselnya sebelum keluar dari ruangan tersebut.
Morgan menyandarkan dirinya pada sandaran kursi dan menatap langit-langit ruangan tersebut.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku menodai orang yang salah," gumam Morgan, lalu terduduk kembali di kursi kerjanya. Rasa pening seketika menyerang kepala, dia tidak pernah ada di dalam situasi yang seperti ini sebelumnya.
...****************...
Jangan lupa dukungannya ya, like, vote, dan hadiah 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
gembulers
tumben cm wakil CEO...
2023-08-16
2
ossy Novica
nadi sudah menjadi bubur dan takutnya benihmu berkembang di rahimnya
2023-05-17
0
HelseyTa
wong edan Morgan
2023-03-02
0