GDB 1

Namaku Aprilia Tanjung Wangi. Kelahiran Ponorogo, 19 April 1987. Dari namaku saja, kalian pasti sudah bisa menebak jika aku ini pasti keturunan Jawa tulen. Ya, benar sekali. Aku lahir di pulau Jawa dan dari keturunan Jawa pula. Memiliki tinggi badan seratus enam puluh delapan centimeter. Bertubuh ramping, wajah bulat, hidung bangir, dan bibir imut.

Setelah menyelesaikan pendidikan strata satu, aku memutuskan untuk menikah. Bukannya menikah karena terpaksa, tetapi memang karena sama-sama suka.

-------

"Sayang, kopelku dimana?"

Mendengar pertanyaan itu, aku langsung bergegas menemui suamiku. Sudah menjadi kebiasaannya, tidak bisa menemukan atribut kerjanya sendiri tanpa bantuan dariku. Padahal, semuanya sudah tersimpan rapi di tempat yang seharusnya.

"Ini, Sayang. Kopelnya ada di tempat biasa," tuturku lembut sembari menyerahkan kopel berwarna hitam itu padanya.

Ia tersenyum padaku, lalu menyambut uluran tanganku. Melingkarkan benda itu pada pinggang, kemudian menguncinya.

"Hari ini aku piket, kamu baik-baik ya di rumah. Sampai jumpa besok!" Setelah mengatakan kalimat itu, ia langsung mencium keningku.

Aku pun tak mau kalah, kuraih telapak tangan sang suami, lalu mencium punggung tangan yang setiap harinya bekerja untuk menafkahiku itu sebanyak tiga kali. Kemudian berakhir pada telapak tangannya.

"Manis sekali," komentarnya seraya mengasak lembut pucuk kepalaku. Bisa kutangkap dalam pandangan bahwa ia sedang tersenyum simpul.

Aku pun balas tersenyum lembut, sebelum melepas kepergiannya untuk melaksanakan tugas.

Ya, suamiku adalah seorang abdi negara. Sebagai seorang istri, aku harus siap ditinggal kapan saja. Apalagi seperti hari ini. Ia berangkat pagi dan akan pulang esok paginya. Itu sudah menjadi konsekuensi. Dan aku harus tetap menerimanya dengan sepenuh hati.

"Pril, kamu yang masak ya, ibu mau ke sebelah dulu!" titah ibu mertuaku.

"Iya, Bu."

Aku yang baru saja selesai melambaikan tangan pada suami, langsung bergegas ke dapur untuk memulai pagi.

Seperti biasa, memasak, mencuci piring, mencuci pakaian dan membersihkan rumah, sekarang sudah menjadi bagian dari pekerjaan yang harus aku selesaikan. Sebagai menantu di rumah ini, aku harus bisa menempatkan diri. Tak ingin membuat mertuaku menyesal karena putranya sudah memilihku sebagai seorang istri.

Setelah menikah, suamiku langsung memboyongku untuk tinggal bersama kedua orang tuanya. Awalnya, aku ingin menolak, namun berhubung ia sudah memutuskan, maka aku juga tidak bisa untuk membantah.

Bukan apa, menurutku ... jika sudah menikah, pasangan suami-istri itu butuh privasi. Tinggal terpisah dengan kedua orang tua itu sepertinya lebih baik. Namun, suamiku adalah anak tunggal di keluarganya. Jadi, mertuaku tidak mengizinkan jika kami harus tinggal terpisah dengan mereka.

Akhirnya, di sinilah aku sekarang. Menyiapkan menu makan siang untuk bersama. Lagi pula, hal ini bukan lagi untuk yang pertama kalinya, karena usia pernikahanku sudah menginjak bulan ketiga.

"Asin banget, Pril. Sambalnya asin ya, Pak." Seperti biasa, ibu mertuaku selalu saja menggempurkan komentarnya. Diiringi dengan ekspresi wajah yang benar-benar tidak enak dipandang.

"Gak kok, Bu. Ini pas menurut bapak," sangkal ayah mertuaku.

Lelaki tengah baya itu kembali mengambil potongan timun, lalu memakannya dengan sambal tomat yang aku buat.

"Halah, asin begini kok dibilang pas to, Pak."

Kembali, kata-kata ibu mertuaku serasa menggores hati. Seolah apa yang aku masak tak pernah ada kata enak untuk dirinya. Sedari awal aku tinggal di rumah ini.

Itulah alasannya, kenapa aku selalu ragu untuk menyiapkan makanan untuk ibu mertua. Karena setiap apa pun yang aku masak, selalu saja tidak cocok di lidahnya.

"Maaf ya, Bu. Biar April bikinkan yang baru untuk ibu," ucapku tak enak hati sekaligus tak enak selera lagi untuk melanjutkan ritual pengurukan lambung.

Aku langsung beranjak dari kursi, menuju dapur dengan linangan air mata yang sudah menggenang di kedua pipi.

Ya Tuhan ... apa aku terlalu baper dalam hal ini?

 

Terpopuler

Comments

Ria Diana Santi

Ria Diana Santi

Gak kok Pril. Ibu mertua mu aja yg ngomong nya terlalu... 🤧 sedih kalo di posisi kayak gitu...

2023-06-22

0

Ria Diana Santi

Ria Diana Santi

Ini mah curahan hati si kakak yang di tinggal pergi tiap hari. 🤭

2023-06-22

0

Ria Diana Santi

Ria Diana Santi

Weh, ini mah adegan kakak dan suami tiap kali si pak polisi pen pamit... 🤭

2023-06-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!