...-Kembali sekolah-...
Liburan panjang telah usai dan hari ini seluruh siswa SMA NEGRI RENVARICA kembali beraktifitas dalam menuntut ilmu. Beragam ekspresi terlihat pagi ini, ada yang gembira karena hari pertama sekolah, ada yang malas karena merasa liburan telah usai dan ada juga yang merasa bodo amat seperti gadis pendiam satu ini contohnya, Ayli namanya.
Ghanesi Aylliscia Rahardhan atau yang sering di sapa Ayli, ya walau pada nyatanya tidak ada yang pernah menyapanya. Sikap Ayli yang pendiam dan penutup terhadap orang sekitar membuatnya minim dalam hal pertemanan atau mungkin tidak ada yang mau berteman dengan gadis sepertinya yang membosankan.
Tapi siapa sangka dengan sikapnya yang pendiam dan penutup dirinya adalah putri dari pengusaha properti terkenal di Indonesia. Bahkan tidak sedikit dari mereka berpikir Ayli adalah anak yang sombong melihat sikap tidak kepeduliannya.
Ada juga kabar beredar dirinya terlahir menjadi anak pembawa sial membuat beberapa teman mau pun guru takut berdekatan dengannya, takut kena sial juga katanya. Walau pun begitu Ayli tetap tidak menanggapi dan terkesan bodo amat.
Dirinya sudah terbiasa hidup tidak diinginkan, yang bisa ia lakukan adalah menuntut ilmu dengan baik.
Seperti saat ini Ia berjalan dengan santainya menuju kelas baru, dimana ia sekarang sudah kelas XII. Masa masa terakhir dirinya sekolah, entah apa yang akan ia lakukan setelah lulus dari sekolah ini. Mungkin Mati, maybe.
“Awas gais ada anak pembawa sial mo lewat, ups” ucap siswi berambut pirang pada geng nya saat melihat Ayli di ambang pintu kelas.
Dia Renata, cewek centil sok cantik di kelas Ayli dan ketua geng dari The Beauty. Renata ini suka membully adek kelas dan suka menyebarkan gosip tak sedap, salah satu korbannya Ayli sendiri.
“Yah kog sekelas lagi si sama ni anak pembawa sial Ren? Kan gua jadi takut jadi korbannya dia” sahut antek antek Renata.
“Kan ngeri kalo gua kenak sial karna terus terusan sekelas ma dia Ren”
“Tenang aja gais, selagi kita enggak deketan ma tuh anak pembawa sial. Di jamin deh kita selamat. Tapi gua sendiri juga gak bisa jamin sih” jawab Renata mengibaskan rambutnya.
Masih banyak hinaan lagi untuk Ayli. Ayli yang memang bodo amat dan tidak peduli tetap melangkah masuk dan memilih meja paling belakang di sudut ruang dekat dengan cendela. Tidak lupa ia memakai earphone yang tergantung di lehernya dan mulai mendengarkan musik dari pada cemoohan orang orang padanya.
Jika saat kecil dulu ia menangis maka berbeda dengan Ayli yang sekarang. Ia sudah terlalu kebal dengan segala hinaan yang ia terima. Ingin menyangkal tapi untuk apa? Tidak berguna baginya.
Yang dia inginkan adalah kematiannya esok hari, sefrustasi itulah Ayli? Dirinya pun tidak tau.
“Ck sombong banget sih tuh anak pembawa sial” kesal Sisil salah satu geng Renata.
“Ya udah lah Sisil lagian gak guna juga kita itu ngomong sama dia, lo mau ketiban sial juga?” ucap Ayumi.
“Ih gua mah ogah” sewot Sisil.
“Yuk cabut gais” ajak Renata sambil melenggak lenggokkan tubuhnya.
Ayli melirik kepergian mereka menghela nafas. Beberapa menit lagi akan ada upacara penerimaan siswa siswi baru dan itu cukup membuat Ayli malas.
Bukan takut panas, Ayli hanya malas bertemu dengan para manusia di sekolah ini. Terlebih upacara hari ini pasti akan sedikit lama.m dari upacara bendera biasanya.
Triingg
“Tidak berguna” lirih Ayli mendengar bel sekolah berbunyi nyaring.
.
.
.
.
Di bandara Internasional seorang pria muda tampan melangkah santai dengan menarik koper ditangannya, wajahnya yang tampan menjadi daya tarik tersendiri bagi orang orang di bandara terutama para kaum wanita.
Kepulangannya kali ini sangat berbeda dari biasanya, karena ia akan menetap di Indonesia setelah sekian lama di luar negri tepatnya Negara Kincir Angin, Belanda.
Pancaran aura positif dan bahagia menyelimuti dirinya. Sampai kedua matanya menangkap siluet wanita paruh baya yang sangat Ia rindukan 2 tahun terakhir.
Pria muda itu mempercepat langkahnya tak sabar untuk memeluk wanita paruh baya yang masih cantik diusianya yang sudah tak muda lagi.
“Mama” panggil pria itu membuat wanita yang dipanggil menoleh.
“Putraku!” Pekik wanita paruh baya lalu menerima pelukan sang putra mengabaikan seseorang yang tak suka melihat mereka berpelukan.
“Lepaskan pelukanmu anak nakal” kesal pria paruh baya sambil menarik tubuh sang istri dalam pelukannya.
Pria muda tampan itu tak marah dan malah tertawa melihat tingkah sang papa.
“Ih apaan sih mas ganggu aja deh. Aku kan kangen sama Kaivan, lagian dia juga putraku” cubit sang istri.
“Aduhh sakit loh sayang” gumam pria paruh baya itu.
“Sabar ya pah, Kaivan ternyata lebih nganggenin dari pada papah” sahut pria tampan yang ternyata Kaivan namanya sambil memeluk sang mama.
Kaivan Rafandra Adhitama, kalian bisa memanggilnya Kaivan. Putra sulung keluarga Adhitama yang sejak kecil bersekolah di Belanda dan tinggal bersama Kakek Neneknya, tuan besar Adhitama.
Dan sesuai permintaan sang mama ia akan kembali ke Indonesia saat dirinya sudah SMA.
“Dasar anak nakal” ketus papa Kaivan.
“Udah udah, sekarang papa bawain kopernya Kaivan. Sekarang kita pulang, yuk sayang mama udah masakin makanan kesukaan kamu. Special buat kamu” ajak mama Kaivan merangkul lengan sang putra.
“Dah papah, semangat” ejek Kaivan.
Seperti itulah Kaivan dan sang papa yang selalu memperebutkan sang mama. Sungguh kekanakan.
“Ck dasar anak nakal bisa-bisa merebut istriku” gumam papa Kaivan.
Di dalam mobil mama Kaivan memilih duduk di jok belakang bersama sang putra membiarkan sang suami menyetir di depan sendiri, udah mirip supir pribadi.
“Kamu tuh nakal banget si, masak udah 2 tahun enggak pulang. Jarang hubungi mama lagi” gemas mama Kaivan.
“Ya maap ma, kan sekalian aja Kaivan gak pulang 2 tahun trus pas pulang menetap di Indo. Hehehehe maaf ya mamaku sayang”
Memang setiap 1 tahun sekali Kaivan akan pulang menjenguk sang mama, tapi 2 tahun terakhir ini ia memang sengaja tidak pulang sekalian hari ini pikirnya, lebih tepatnya saran dari sang kakek.
“Adek kamu kabarnya gimana? Kemarin kakek kamu bilang kalo adek kamu lagi demam” tanya sang mama khawatir.
“Mama tenang aja adek udah sehat kog dia kan strong woman kek mama” canda Kaivan.
“Kalian ini bener- bener cuekin papah ya? Udah berasa jadi supir pribadi kalian tau gak?” Sungut papa Kaivan merasa tidak terima.
“Tau gini kan papa bawa mang Cecep biar gak sendirian di depan, udah istri papa direbut lagi” sambung papa Kaivan berapi-api.
Kaivan dan sang mama tertawa melihat wajah kesal pria paruh baya itu. Dalam setiap moment yang tercipta Kaivan selalu bersyukur dan berdoa untuk kesehatan keluarganya.
...****...
.
.
.
.
...Kaivan & Ayli...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments