First Love Greeting 04

...-Cerita Tentang Ayli-...

Jam pelajaran telah usai semua siswa berbondong ke kantin untuk memberi makan cacing mereka yang sudah kelaparan. Kaivan sama hal nya dengan yang lain mengemas buku dan pergi ke kantin.

Kaivan menengok pada gadis di sampingnya yang tak bersuara sejak tadi. Seakan acuh dengan kehadirannya.

Kaivan duduk dengan posisi menghadap gadis di sampingnya.

“Ay-li” eja Kaivan melihat gelang yang dipakai gadis disampingnya.

Gelang berbentuk huruf nama itu pemberian pertama dan terakhir dari bunda Ayli sendiri, karena sang ayah pernah bercerita bundanya sendiri lah yang memberi nama begitu indah padanya.

Dan gelang ini diberikan saat ia ulang tahun ke 14, beberapa tahun lalu. Gelang tersebut menjadi kado terindah baginya. Sang bunda seakan sudah menyiapkan jauh sebelum ia lahir, apakah itu sudah pertanda? Entahlah.

“Ooo jadi namanya Ayli” batin Kaivan.

“Jadi nama mu Ayli, namaku Kiavan dan sekarang kita teman” sambung Kaivan dan langsung mendapat tatapan tak enak dari Ayli.

Ayli tidak suka dengan sikap Kaivan yang seolah mengenalnya. Seakan mengingat sesuatu Ayli segera mengambil uang lembaran warna biru dari sakunya dan menggebrak meja Kaivan.

Brak!

“Jangan ganggu gue” tekan Ayli dengan tatapan tajam lalu bangkit pergi.

Kaivan tertegun dengan sikap Ayli barusan. Ia menatap uang lembaran warna biru di mejanya. Kaivan mengambil uang itu dan berlari menyusul Ayli.

Bukan ini yang ia mau! Kaivan tidak butuh uang ganti gadis itu, yang ia mau mereka bisa saling berteman dengan baik atau ah sudahlah kalian tidak akan mengerti maksud Kaivan.

Ayli berdecak kesal saat ada yang menahan lengannya. Ia berbalik menatap siapa lagi yang mengganggunya.

“Aku enggk butuh uang ganti kamu” Kaivan to the point menarik telapak tangan Ayli.

Ayli menatap datar pria dan uang di tangannya bergantian. Oh ayolah ia terlalu malas berurusan dengan siapa pun. Moodnya sudah hancur pagi tadi.

Kaivan kembali menahan lengan Ayli saat gadis itu akan pergi begitu saja. Ayli menepis kasar tangan Kaivan, kesabarannya sudah habis.

“Berhenti ganggu gue!!” Ayli mendorong tubuh Kaivan kasar dan pergi.

Kaivan terdiam menatap punggung Ayli yang hilang di balik tembok. Tatapan Kaivan berubah sendu entah ada apa dengan tatapan itu.

“Kenapa ada yang sakit saat melihatnya seperti ini?” batin Kaivan.

Bohong jika Kaivan tidak menyadari sesuatu pada hatinya saat ini. Ia bahkan sangat sadar, hanya saja ia ingin memastikannya dulu.

“Baiklah, mungkin ia butuh waktu sendiri saat ini. Nantinya kita juga berteman” gumam Kaivan tersenyum.

Kaivan memilih ke kantin mengisi perutnya yang keroncongan dan membeli beberapa roti dan air mineral nantinya.

Di kantin Kaivan tidak sendiri, ia makan bersama teman baru nya dan mereka satu kelas. Yudha namanya. Kaivan kira ia akan sedikit kesulitan mencari teman ternyata tidak juga. Yudha termasuk orang yang asik dan sedikit bar bar, tapi bukan masalah bagi Kaivan.

“Tadi gue lihat lo lagi ngejar Ayli, Kav?” ucap Yudha dengan mulut terus mengunyah baso pesanannya.

“Hmm” gumam Kaivan.

Yudha menelan basonya sebelum bertanya lagi, “Lo gak kenak sial kan Kav? Ya walaupun gua sendiri gak percaya gitu-gituan ya”

“Maksudnya?” tanya Kaivan bingung.

Yudha menepuk kening baru ingat jika Kaivan kan siswa baru, baru masuk hari ini lagi.

“Jadi gini dengerin dulu, semua siswa dan guru di sini tuh anti deket deket sama Ayli”

“Kenapa gitu?” tanya Kaivan memotong perkataan Yudha.

“Dengerin dulu yaelah”

Kaivan mengangguk.

“Oke gua lanjut, jadi sejak awal kenal Ayli dia emang gitu anaknya. Pendiam, cuek, dingin dan gak peduli sama sekitar. Gua bahkan jarang banget dengar tuh cewek ngomong, bahkan awal MOS dulu gue mikir tuh gadis bisu eh ternyata emang gitu anaknya” ucap Yudha berhenti menyeruput es teh nya bentar.

“Lo tau kan Ayli tuh anak pengusaha properti terkenal itu loh sapa sih gua lupakan nama bapaknya” kesal Yudha mengetuk kening dengan jari telunjuknya.

Kaivan hanya diam menyimak sambil menunggu Yudha yang berpikir keras.

“Hah gua ingat nama bapaknya Galen Rahardhan, pengusaha properti terkenal di Indonesia. Papa gua baru aja kemarin kerja sama ma tuh bapaknya Ayli”

“Galen? Galen Rahardhan? Temen papa waktu kuliah bukan sih?” pikir Kaivan.

“Trus?” tanya Kaivan tidak sabar cerita tentang gadis manis itu.

“Sabar kalik. Kabarnya tuh dulu keluarga Rahardhan harmonis banget sampek akhirnya mamanya si Ayli meninggal setelah ngelahirin tuh cewek. Sejak itu desas desus mulai beredar tentang tuh cewek yang pembawa sial lah, pembunuh ibunya sendirilah dan masih banyak lagi hinaan buat si Ayli. Dari sini gak ada yang mau deket ma tuh cewek, takut kenak sial katanya. Ayli juga punya kakak cowok kebetulan dia senior kakak gua di kampus, kakak Ayli ini juga benci banget ke adeknya sendiri. Intinya tuh satu keluarga besar Ayli tuh benci banget sama nih cewek, kecuali papanya. Gue juga masih inget dulu waktu beberapa kali Rahardhan Corp. ngadain pesta tuh cewek pasti gak ada, mungkin aja gak bole ikut takut malu maluin kalik. Kasian banget tuh cewek hidupnya mewah sih tapi batinnya tertekan bangetlah pastinya. Mungkin dari situ tuh cewek lebih tertutup dan pendiam dah terlalu sakit tuh hati. Menurut gue dia gak seharusnya diperlakukan kayak gitu. Mati, jodoh, rejeki kan udah di atur sama Tuhan. Cuma orang gak berotak yang mikir kek gitu ya gak?”

Kaivan terdiam mendengar cerita Yudha, ia seakan bisa merasakan sesakit apa luka yang selama ini Ayli dapatkan. Kini Kaivan tau kenapa sikap Ayli yang seperti itu, tatapan tajamnya mungkin hanya topeng semata. Kaivan berpikir sikap yang Ayli perlihatkan bisa saja hanya topeng sebagai benteng pertahanan dirinya.

Tekat Kaivan semakin kuat mendekati Ayli, rasa ingin melindungi dan menjaga gadis itu seakan berkobar setelah mendengar cerita Yudha. Di sisi lain ada rasa yang tak bisa Kaivan ungkapkan untuk saat ini, biarkan waktu yang membantunya.

“KAIVAN” teriak Yudha menyadarkannya dari lamunan.

“Hah?”

“Yeee malah kek gitu muka lo, ayok buruan masuk bel udah bunyi sari tadi tau! Ngelamunin apaan sih lo” sungut Yudha.

Nyatanya sudah berulang kali ia memanggil temannya itu eh malah dicuekin, ngelamun lagi kan kesel.

“Kagak, dahlah kelas” bangkit Kaivan dengan kantong kresek kecil berisi roti dan air mineral.

“Lu doyan makan amat sih Kav” ledek Yudha.

“Bukan buat gua” singkat Kaivan.

“Lah terus buat siapa?” Tanya Yudha.

Bukannya membalas pertanyaan Yudha, Kaivan lebih dulu meninggalkan Yudha di koridor sekolah.

“Yeee ni anak malah ninggalin, dasar” ketus Yudha menyusul Kaivan.

...****...

.

.

.

.

...Kaivan & Ayli...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!