"Ya Tuhan, kenapa kau sangat kurang ajar denganku? harusnya berterima kasih," ucap Rasta kesal.
"Kakak juga bohong masalah nama, mama sudah memberikan nama yang bagus kok di ganti begitu saja."
Rasta segera mengendong tubuh adiknya dan mulai bernegosiasi.
"Kau jangan katakan apapun kepada gadis itu tentang namaku yang sebenarnya, jika masih saja nekat, aku akan mengatakan kepada mama bahwa kau tidak akan makan sop daging sapi yang aku buat."
"Ya kakak, aku kan sangat suka sop daging sapi buatan kakak. Jahat sekali sih."
"Makanya, kau jangan sok dewasa, ikuti apa yang kakak bilang, oke?"
"Iya, aku menyerah kak. Aku akan diam saja, tutup mulut."
"Bagus!"
Rasta dan Restu terlihat penuh senyum kala Rindu masih ada di situ dan menunggu percakapan antara dua orang yang terlihat sangat akrab.
"Kau jangan membuat adikmu ketakutan. Aku tahu jika dia takut saat kau bawa pergi tadi."
Sang gadis lalu meminta Restu dan sang kakak masuk ke dalam rumah.
Kandan Alpa ...
Sang adik, kini berada di dalam kandang khusus Alpa. Ada beberapa anak Alpa yang sudah besar. Restu sangat senang berada di tempat itu.
Selagi mengawasi Restu, si Rasta iseng bertanya pada Rindu yang sedang menyiapkan makanan Alpa.
"Kau temannya Erin ya?" tanya Rasta.
"Iya," jawab Rindu dengan cueknya.
"Oh, apa kau sudah lama ada di sini? Erin sering meninggalkan rumahnya dalam keadaan kosong, tiba-tiba saja ada temannya di rumah ini, membuatku terkejut," jelas Rasta.
"Aku kemari ada beberapa urusan yang harus segera selesai," jelas Rindu tak mau jujur dengan apa yang terjadi sebelumnya.
Gadis itu memilih untuk tidak menceritakan masalah pribadinya kepasa orang lain sebab terkadang orang tidak bisa dipercaya.
Ini yang menjadi fokus utama Rindu dalam menjadikan hidupnya lebih move on dari sebelumnya yang hanya penuh tangis saja.
"Oh, kau bawa ini semua. Sajen untuk Alpa yang tidak boleh telat makan, nanti Erin marah-marah karena kucingnya akan kelaparan sampai siang."
Sang sahabat sudah memahami siapa Erin dan apa yang diceritakan Erin mengenai seorang Rindu.
Rindu sudah memahami semuanya dengan baik, jadi dia berusaha keras untuk semakin terpacu menjadi mandiri.
"Kau juga galak, kucingnya Erin pasti takut denganmu," cetus Rasta yang sangat ingin dekat dengan Rindu.
"Cih, tidak ada hal yang seperti itu. Aku merasa baik-baik saja. Tidak ada hal yang aneh. Kucing Erin sangat baik, tidak sepertimu yang banyak bicara."
"Kau mau membantuku menyelesaikan misi?"
Rindu terlihat ingin mengerjai Rasta, akan tetapi si raja usil masih bisa melakukan beberapa perlawanan sebelum mendapatkan satu pukulan.
"Bagaimana jika aku saja yang memberikan tantangan untukmu," ujar Rasta mulai melakukan aksi isengnya.
"Kau mau apa?"
"Aku ingin kau melakukan hal ini, kau jaga adikku, aku ingin pergi ke luar cari makan, jika dia tidak mau, kau harus membujuknya," pinta Rasta.
"Hanya itu saja? aku bisa."
Sang kakak terlihat sangat senang ketika bisa memberikan pelajaran kepada seseorang yang terlihat keras kepala tetapi sangat rapuh.
"Oke, kau lihat saja karena adikku tidak mau jika melihatku pergi!"
"Oh oke, pergilah dari pintu belakang karena adikmu tidak akan tahu!"
"Oke."
Rasta baru saja keluar dari pintu ke belakang kemudian berjalan menuju kedai yang menjual martabak.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments