Bertemu Rindu

"Iya bocil! kau sama saja dengan mama, huh!" ucap Rasta kesal.

Ini bukan hanya karena sang mama, tetapi adiknya yang masih kecil tetapi sangat hobi merepotkan nya.

Sang bocah berlari menuju depan rumah, di sana ada mobil milik sang kakak, dia sudah masuk ke dalam sana sendirian tanpa ada yang membantu membuka pintunya.

"Hore! aku sudah masuk ke dalam mobil, ayo kakak. Aku tidak sabar untuk bertemu dengan Alpa.

Sang kakak baru saja masuk ke dalam mobil dan berkata," Iya aku tahu, memangnya kau merasa masuk mobil atau masuk sumur? dasar!" ucap sang kakak yang terkadang suka bener.

Dia menjadi kakak dari bocah kecil yang baru saja berusia lima tahun, tetapi kepo nya minta ampun.

"Kakak, kenapa aku lebih kecil darimu?"

"Kan belum sampai mobil tancap gas menuju rumah Erin, sudah banyak bertanya. Kakak harus menjawab dengan jujur atau banyak bohongnya?"

"Memangnya kakak selama ini selalu jujur kepada mama?"

"Kau ini hanya anak kecil, memangnya tahu apa?"

"Dulu kakak pernah mengatakan kepadaku ingin pergi ke kampus, tetapi kakak hanya nongkrong di warung kopi."

"Tahu darimana?"

"Mama yang bilang, lalu aku juga melihat kakak berada di warung kopi yang dekat dengan tempat kakak bersekolah."

"Sekolah, memangnya kakak anak TK sepertimu? kau jangan terlalu banyak bicara karena kakakmu memang tidak suka kau terlalu banyak mengutarakan tentang semua hal yang membuatmu penasaran. Kau seharusnya tanya kepada mama atau papa. Aku belum berpengalaman."

Sang kakak memang bosan, dia malas membawa sang adik kemanapun karena adiknya lebih lucu daripada dirinya.

Jadi, dia pasti gagal mendapatkan gebetan setelahnya.

Rasta membiarkan adiknya terus saja berbicara, sedangkan dirinya masih fokus dengan jalan raya.

"Kakak?"

"Apa lagi?"

"Galak amat!"

"Amat aja gak galak!"

"Hih kakak!"

"Hih bocil!"

Adiknya langsung ngambek karena dia disepelekan hanya karena masih bocah.

“Aku punya seorang teman, dia cantik lho. Awas saja jika kakak ingin berkenalan dengannya!”

“Memangnya kau kenal dari mana?”

“Dari kak Erin, aku sering mengirim pesan kepada kakak itu.”

“Namanya siapa?”

“Rindu.”

“Astaga,” ucap Rasta ketar-ketir.

“Aku akan memberitahu mengenai kakak itu, tapi Kak Rasta harus berjanji kepadaku, hm … berikan aku mainan yang mahal!”

“Ck, kau anak kecil tetapi sangat mirip dengan mama.”

“Aku kan anak mama.”

Sang kakak sudah kehabisan akal, dia tidak bisa melakukan apapun lagi. Terlalu menyebalkan untuk mengurus bocah ini, si Restu.

Perjalanan menuju rumah Erin, cukup jauh hingga dia harus menempuh satu jam perjalanan.

.

.

.

Sesampainya di rumah Erin …

“Yey sampai juga!”

Bocah itu langsung berlari dan berjinjit meraih bel agar bisa memanggil orang yang ada di dalam rumah itu.

Rasta keluar dari mobilnya dan segera membantu sang adik.

“Heh bocah, sok banget pengen bisa pencet bel,” ucap sang kakak meledek.

“Namanya juga usaha.”

Restu memang anak TK, tetapi dia cukup dewasa dalam bersikap.

Berbeda dengan sang kakak, yang masih kekanak-kanakan.

Setelah Rasta pencet bel itu, ada sosok gadis cantik yang mengintip di balik gerbang.

“Siapa ya?”

Restu yang mengenal gadis itu, langsung memanggil namanya.

“Kak Rindu!”

“Astaga Restu? apa yang kau lakukan di sini?”

“Mau ketemu Alpa Kak.”

“Oke, masuk Restu.”

Rindu terkejut kala ada seorang pria yang datang bersama dengan si bocah.

“Siapa kau?” 

“Aku kakaknya, namaku Bagas.”

“Oh, mau ikut masuk juga?”

“Iya, nanti adikku pulang dengan siapa?”

“Dengan Kak Rindu.”

Sang adik memang sangat gemar mengerjai dirinya.

*****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!