Mencoba ikhlas

Pulang sekolah ...

Hari ini merupakan hari yang sangat tidak bersahabat untuk Gio.

Dia harus babak belur karena Mike, lalu satu kelas dengan gadis yang baru saja ditemui di bis.

Sang gadis justru duduk di dekatnya.

Wah, ini sangat mengesalkan baginya.

Hingga pulang sekolah tiba, dia melihat Cleo berada di pelukan murid dari sekolah lain.

"Dia adalah kekasih Cleo," ucap Gio dengan lemas.

Dia merasa hidupnya sudah hancur, bagaimana tidak?

Gadis yang sangat berkesan baginya tiba-tiba berada di pelukan seorang murid yang jauh lebih tampan darinya.

Dia sudah kalah memang, hingga seorang ibu-ibu datang padanya.

"Gio?" panggil si ibu.

"Ibu? kenapa ibu kemari?" tanya Gio yang ternyata adalah ibu dari Gio bernama Heni.

Semua murid menatap Gio yang masih saja diperhatikan seperti bayi.

Namun dia senang, hanya saja sang ibu terlalu berlebihan.

"Ibu menjemputmu, apa tidak boleh?" ucap sang ibu yang merasa tidak ada salahnya ketika menjemput sang putra pulang sekolah.

"Iya, tetapi sangat memalukan ketika memperlakukan aku seperti seorang bayi, aku sama sekali tidak enak dengan teman yang lain," bisik Gio.

"Masa bodoh Gio. Kau harus ikut ibu, ada hal penting yang akan ibu bicarakan denganmu," ungkap sang ibu.

"Kenapa tidak di rumah saja?" tanya Gio yang merasa ibunya kurang sabar, padahal sepuluh menit juga dia sudah pulang.

"Sekalian, ayo naik motor ibu."

"Ayo."

Gio mengendarai motor sambil membonceng ibunya, dia mendengar ada beberapa murid yang mengejeknya, katanya si culun anak ibu, si culun gemoy dan sebagainya.

Dia tidak memperhatikan itu semua, karena yang paling penting adalah dia sayang dengan ibunya.

...

Gio menatap wajah sang ibu, lalu dia berkata," Serius amat bu, ada apa sih?" ucap Gio.

Gio merasa aneh dengan ibunya yang tiba-tiba sok serius.

"Ada suatu hal yang penting, awas kalau bikin ibu gagal fokus," jawab nyonya Heni dengan wajah yang serius kali ini.

"Ya ya, janji deh gak bercanda bu," sahut sang putra.

"Nah, ini baru benar. Begini Gio, ayahmu ingin bertemu dengan kita. Kau saja yang bertemu ya?" pinta Nyonya Heni dengan senyum yang terpaksa.

Dia mencoba menyembunyikan rasa sakit di dalam dadanya.

Nyonya Heni merasa hidupnya sudah terlalu lelah, dia cukup bersabar dengan sang suami yang telah pergi meninggalkan Gio dan dirinya untuk wanita yang lebih kaya.

"Lalu? apakah harus?" tanya Gio yang merasa tidak perlu bertemu dengan orang semacam itu.

Spesies tidak tahu diri yang sangat mencengangkan.

"Dia ingin memberikan hak mu, entah apa yang dia maksud dengan hak. Selama ini ibu bekerja sendiri dan dia menjadi orang yang tidak tahu bahwa ibu sangat kesusahan."

Nyonya Heni merasa sedih kala teringat akan masa-masa itu, masa dimana dia dan Gio tak bisa makan, tak bisa membeli popok dan dia harus bekerja keras menjadi buruh cuci, menjual sayur di pasar dan sekarang Gio bersyukur sang ibu sudah bangkit.

Ibunya memiliki tempat laundry sendiri meskipun tidak besar.

Cukuplah usaha itu sebagai jaminan untuk makan sehari-hari dan membayar sekolah Gio.

"Temui saja, jika dia memberikan uang padamu, tidak usah diterima. Kau harus menunjukkan harga dirimu dan keluarga kita yang sudah diinjak oleh ayahmu sendiri," ucap sang ibu penuh emosi.

"Baik bu."

Sang putra hanya mengikuti apa yang di katakan oleh ibunys.

"Ayah mengajakku bertemu dimana?"

"Di Cafe itu, sudah dekat dari sini, aku bilang padanya malas bertemu. Melihat mukanya saja aku sudah sangat muak."

"Ya, biarkan aku saja yang datang menemuinya karena dia sudah membuat kehidupan kita menjadi sengsara lahir dan batin."

"Terima kasih ya sayang, karena sudah bersama ibu sampai detik ini, ibu sangat sayang denganmu," ucap nyonya Heni dengan berderai air mata karena terharu.

Gio memahami perasaan ibunya yang tidak kunjung move on meski terlihat sudah merelakan.

Terlalu sakit untuknya bertemu dengan pria yang sudah menggoreskan luka terdalam baginya dan sang putra.

Cafe xxx ...

Kedua orang itu turun dari motor, lalu nyonya Heni meminta Gio masuk ke dalam cafe agar urusan segera usai.

"Kau berhati-hati ya sayang, jangan terbujuk oleh rayuan seorang ayah yang jahat seperti dia. Namun, kau harus bersikap baik dengannya, oke?"

"Iya, aku paham."

Gio mencium tangan sang ibu lalu segera berjalan masuk ke dalam cafe itu dengan rasa yang tidak karuan.

Secara pria yang akan dia temui adalah pria tidak tahu diri.

Tap ... Tap ... Tap ...

Langkahnya sangat yakin menuju tempat dimana sang ayah berada.

Di saat yang sama, seorang pria paruh baya merasa senang karena putranya bisa datang meski sang ibu tidak mau bertemu.

"Nak?" ucap sang ayah sambil memeluk tubuh Gio.

Perasaan bahagia terlihat jelas di mata sang ayah.

"Ayah sangat ingin bertemu denganmu, apakah kau tidak merasa bahwa aku ini ayahmu? Sehingga dengan mudahnya melupakan ayah?"

Sang ayah yang penuh emosi, meluapkan segala kerinduan yang sudah tidak terbendung lagi.

Namun, Gio agaknya terlalu malas untuk menghadapi pria macam itu.

"Ayah jangan basa-basi, aku sudah lelah menjadikanmu ayahku, ayah terlalu munafik!"

Gio pantas marah karena sang ayah memang keterlaluan.

Di saat sang putra sedang butuh kasih sayang dan perhatian, justru sang ayah sama sekali tidak perduli.

Ini membuat segalanya menjadi runyam dan tidak terkendali.

Hingga sampai saat ini, sang ayah belum tahu dimana sang putra bersekolah.

"Ayah akan memberikan hak mu. Ayah akan memberikan uang yang ayah punya, tetapi kau harus ikut ayah."

Sang ayah dengan mudahnya mengatakan itu semua.

Segalanya menjadi sangat rumit pada akhirnya.

Padahal selama ini Tuan Aprilio, sudah tidak peduli dengan keluarganya yang cenderung dari kelas menengah ke bawah.

"Jika ayah datang hanya untuk memisahkan antara aku dan ibuku, sorry. Aku tidak bisa."

Gio beranjak dari tempat duduknya lalu segera pergi, tapi sang ayah mencegah.

"Setidaknya temui adik tirimu, ayah ingin kalian saling mengenal karena bersaudara."

Sang ayah mencengkeram pundak Gio dan segera ditepis olehnya.

"Jalani hidupmu sesuai dengan apa yang kau inginkan, tidak perlu merasa sungkan karena hidup ini memang terlalu kejam untuk kami, orang-orang miskin."

Gio melepaskan cengkeraman tangan sang ayah di pundaknya dan berlalu pergi.

Sang ayah sangat kecewa, dia berusaha untuk memberikan perhatiannya dengan mencari dimana sang putra bersekolah.

"Ayah sadar jika kau sangat membenci ayah, tetapi ayah tidak bisa membuktikan apapun. Ayah sudah kalah. Tapi ayah akan tetap membantu membiayai sekolahmu, ayah akan menebus semua kesalahan yang telah ayah perbuat."

Tuan Aprilio segera menghubungi orang kepercayaannya untuk mencari dimana sang putra bersekolah.

"Kau cari tahu tentang pemuda bernama Gio Bagaskara. Dia adalah anakku dari istri pertama yang sudah aku ceraikan, tapi jangan bilang dengan istri mudaku terlebih dahulu. Aku hanya ingin memperkenalkan Gio pada adiknya yang seorang gadis cantik. Aku harap Jeni mau membujuk Gio untuk tinggal bersamaku."

"Baik Tuan, berarti hanya nona Jeni yang boleh mengetahui masalah ini?"

"Iya, Shevi dan Rasya tidak boleh tahu masalah ini, karena mereka berdua masih benci dengan keberadaan Heni," pinta tuan Aprilio.

"Siap tuan! laksanakan!"

*****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!