Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. Acara sebenarnya belum tutup, bahkan katanya sampai malam. Hanya saja shift jaga di ganti sama laki-laki. Mila pun menunggu angkot
Sesaat dia baru ingat, mencari angkot di sekitar Sport Center sangatlah susah. Kalaupun ada ya, tidak banyak. Mila pun mencari mesjid terdekat untuk mengejar sholat Magrib. Dia harus berjalan jauh untuk ke mesjid di dekat Bengkulu Indah Mall.
Sayangnya di perjalanan suara lantunan adzan pun sudah terdengar. Mau tidak mau Mila pun mencari pemberhentian di sebuah warung kecil. Sebenarnya bisa saja Mila menumpang sholat di mushola kecil yang tak jauh dari bazar. Hanya saja, tempat wudhu nya tidak terjamin, membuat dia lebih baik pulang saja.
"Kak Mila dimana?" Suara lelaki muda yang meneleponnya.
"Aku di jalan pulang, cuma belum ketemu angkot." jawab Mila.
"Aku jemput, Ya, kan. Aku di area dekat bazar kak Mila. Kata Sarah kakak lagi jaga bazar disana."
"Aku dekat arah hampir dekat ke BIM sih. Kalau gitu susul kesini saja." jawab Mila.
Motor tak lama sampai di hadapan Mila. Rudi, kekasih dari adiknya yaitu Sarah ternyata disuruh menjemput Mila.
"Kenapa kamu jemput kakak?" tanya Mila.
"Ibu drop, kak." Rudi memanggil Aminah dengan sebutan ibu.
"Ya Allah, kenapa tidak kabari, sih? sekarang ibu gimana?"
"Dia masih di rumah. Nenek melarang bawa rumah sakit. Kata ibu hanya capek saja. Tadi Lala bilang sudah menelepon kakak tapi katanya nggak diangkat."
"Kapan?"
"Coba kak Mila cek handphone kakak."
"Nanti saja pas di rumah. Nggak bagus juga pegang handphone pas lagi diatas kendaraan."
POV MILA
Aku sampai di rumah setelah diantar Rudi. Tampak nenek dan yang lainnya duduk di ruang depan. Ibu memang sering sakit-sakitan sejak lama. Makanya dia sudah mengurangi pekerjaannya dari biasanya tiga rumah. Sekarang hanya satu rumah saja. Itupun aku bantu dengan bekerja di toko gang rumah.
"Ibu!" aku memegang tubuh wanita yang sudah melahirkanku. Tubuh yang tak berdaya.
Meskipun terlihat pucat, tapi ibu masih bisa merespon kedatanganku. Ku genggam erat tangannya yang sudah berurat. Sebenarnya ibu masih muda. Belum sampai 50 tahun usianya. Tapi karena keadaan kemudaannya memudar.
"Mila kamu pulang, nak."
"Iya, Bu. Aku sudah pulang."
"Syukurlah."
Setelah selesai membersihkan diri, aku kembali ke kamar. Karena aku dan ibu satu kamar. Aku duduk di meja rias membersihkan wajahku. Ya meskipun aku nggak cantik, sekedar merawat diri nggak apa-apa kan.
"Bu, tadi Ayuk Maida ngajak Mila kursus di BLK."
"Bagus, nak. Kursus apa?"
"Dia suruh milih antara Jahit sama komputer."
"Kalau saran ibu, kamu ambil jahit saja."
"Tapi kata temanku biaya jahit banyak."
"Kan kata mereka, kalau belum di coba belum tahu, kan."
Saat membahas soal kursus tawaran Ayuk Maida ibuku setuju saja. Tapi tidak dengan nenekku.
"Di bayarin ngga, kalo daftar doang, mah semua orang juga bisa. Kalo di bayarin daftarin Sarah juga."
"Sarah kan kuliah, nek." Kataku
"Kan bisa Sabtu Minggu. Kamu ini buat adik sendiri perhitungan."
" Yang di tawari aku,nek. Bukan Sarah, kalo nenek ada duit nenek aja yang daftarin Sarah." aku masih sabar meladeni sikap nenek.
"Eh, dasar anak Rohim! udah wajahnya sama kelakuannya tidak jauh beda."
"Bu, jangan begitu. Benar kata Mila Sarah kan masih sekolah, lebih bagus dia kejar cita-cita dulu."
"Minah, karena kamu sering bela dia, jadinya ngelunjak." kata nenek Seruni.
Tak lama kemudian, aku ke kamar ibu melihat ibu sedang berdoa.
"Ya, Allah berikanlah kemudahan untuk Mila dalam menata masa depannya. Kuatkanlah hatinya agar lebih tawakal."
Air mataku menetes, hanya doa ibu yang di ijabah sama Allah. Maafkan aku ibu.
Saat aku melewati kamar Sarah, kulihat Sarah tengah berdandan, make up nya lengkap, merek ternama. Pasti di belikan nenek.
" Mau kemana, sar?"
" Mau jalan sama Rudi,kak"
" Nggak usah pergi ya. Ibu lagi kurang sehat. Ntar ada apa-apa sama ibu."
" Kan, kakak bisa telpon."
" Pokoknya ngga boleh!
Aku mendorong Sarah ke tempat tidur.
" Kakak kenapa sih, kak!"
" Dengar,ya. Sekarang ikut aturan di rumah ini. Kamu harusnya empati lihat keadaan ibu. Jangan mentang-mentang kamu di bela nenek terus bisa menyepelekan kami. Kakak disini sebagai kepala rumah tangga. Jadi kamu harus ikut aturan rumah ini."
Aku keluar kamar Sarah, dan mengunci dari luar.
Rasain!
Keesokan harinya
Kesehatan ibu semakin memburuk, akhirnya aku dan nenek membawa ibu ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan nenek ngomel ngomel nggak karuan, aku milih diam, bakalan kalah juga kalo ngelawan nenek.
Aku, Sarah dan Lala duduk di bangku ruang tunggu. Lala tidur di pundakku sementara Sarah sibuk dengan HP nya, sedikitpun dia tidak menolehku, sepertinya masih marah karena kejadian semalam.
Ah, bodo amat.
Aku keluar sebentar untuk mencari makanan.
Di depan rumah sakit aku bertemu Rudi, pacarnya Sarah.
" Kak,aku mau ngomong sama kakak"
" Ngomong aja, ada apa?"
" Semalam kenapa kakak kunci Sarah di kamar?"
" Ibu lagi sakit dan kalian malah mau jalan jalan, kalau ada apa apa sama ibu, gimana? Mikir!
" Yakin, karena itu? Bukan karena yang lain. Aku tau kakak selama ini kurang suka sama Sarah. Mungkin Sarah nggak peka sama kebencian kakak, tapi aku peka kak!"
" Tau apa kamu tentang masalah keluarga kami!"
" Aku nggak tau masalah keluarga ini kak. Tapi Sarah, dia sayang banget sama kakak!!!"
" Apa dia cerita sama kamu penyebab aku tidak jadi lamaran sama Anjas?"
" Tau karena keluarga Anjas tidak suka dengan keluarga kalian, kan."
"Tapi apa mereka tahu kamu juga memacari adik saya? bukankah kamu juga keluarga mereka. Asal kamu tahu, ya.
" Tapi karena orang tuanya Anias mau melamar Sarah untuk jadi menantunya. Paham!"
Aku pergi dari hadapan Rudi. Kulihat Rudi berbalik dan kembali menaiki motornya.
Saat kembali ke ruangan ibu ibu kulihat dokter berlari-lari ke ruangan ibu. Ada apa dengan ibu? Aku berlari menuju ruangan ibu.
" Sarah, ibu kenapa?"
" Ibu drop kak." Kata Sarah sambil menangis.
" Kak, ibuk kak. Lala takut ibu kenapa-kenapa."
Aku memeluk Lala, gadis usia 12 tahun itu memelukku dengan erat.
Tidak lama nenek datang, yang di samperin pertama adalah Sarah. Ya, cucu kesayangannya adalah Sarah dan Lala. Karena Lala sudah di dekatku akhirnya dia mendekati Sarah.
Tak lama dokter datang. Kami berkerumun untuk mengetahui kondisi ibu.
" Gimana ibu saya, dok?" tanya Sarah
" Alhamdulillah, ibu anda sudah pulih."
" Alhamdulillah" ucap kami berbarengan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
ZasNov
Syukurlah ibunya Mila udah baikan.. 🤗🥰
2023-06-05
0
ZasNov
Sok2an ngebelain Sarah, tuh liat Sarah bentar lagi jadi istri Anjas..
Malah diem2 aja dilamar orang lain..
2023-06-05
0
ZasNov
Bagus.. Sebagai Kakak, Mila tegas..
Lagian Sarah kok bisa sebodo amat gitu liat ibunya sakit.. Ga peduli banget..
2023-06-05
0