Bak angin yang berhembus kencang. Kabar tentang gagalnya lamaran Sarmila pun sampai ke telinga para tetangga. Bisik-bisik dari telinga ke telinga lainnya semakin kencang. Mila paham sejak kecil para tetangga memang tidak menyukai dirinya. Entah apa itu sebabnya dia juga tidak peduli. Baginya selama tidak mengganggu dia tetap fokus dengan kehidupannya.
Mila masih bungkam. Kalau di ladeni apa bedanya dirinya dan juga mereka. Jatuhnya sama saja. Toh dosa dia berpindah pada mereka yang menjelekkan dirinya.
"Dengar-dengar Mila ngga jadi nikah. Calonnya kesengsem sama adiknya, Sarah." Kata Bu Cici
"Karma namanya, bapaknya suka maen perempuan sekarang karmanya ya ke Mila, apalagi wajah mereka mirip." kata Bu Upik
"Makanya kalo jadi laki laki jangan banyak tingkah. Imbasnya ya anaknya" kata Bu Cici lagi
"Hussh, jangan sering ngomongin orang, ntar kalian kena karma balik,mau?" Timpal ipeh.
Namaku Mila aslinya Sarmila. Tak ada nama panjang seperti Sarah dan Lala. Sarah memiliki nama yaitu Sarah Amanda. Sementara Lala memiliki nama Sahila Permatasari. Dan kata ibu dua nama itu nenek yang kasih. Dari kecil aku sudah merasakan perbedaan perhatian nenek pada dua adikku. Mau protes aku tak punya kuasa.
Kami tinggal di kota Bengkulu. Kota yang terkenal dengan bunga raflesia. Kota yang terkenal tempat pengasingan bung Karno. Kami pun tinggal di kompleks kecil yang bernama sawah lebar, tepatnya di gang sepakat 3.
Saat ini usiaku menginjak 30 tahun. Cukup umur untuk menikah. Tapi siapa yang mau? dua calonku sebelumnya juga mundur karena kepincut Sarah, adikku. Aku akui memang Sarah lebih cantik dariku. Untungnya Sarah tidak terpikat oleh mereka. Disamping katanya belum mau menikah muda. Dia juga punya Rudi, adik tiri Anjas. Sarah dan Rudi sudah pacaran sejak SMA. Dan itu pun di dukung oleh nenek mengingat keluarga Rudi lumayan mampu.
Ibuku seorang buruh cuci keliling, ayahku entah ada dimana, sewaktu kecil ayah meninggalkan kami karena kecantol dengan perempuan lain versi cerita nenekku begitu.Ibuku jarang menjelekkan ayahku di depan anak anaknya, beda dengan nenekku yang sering menjelekkan ayahku.
Dari tiga bersaudara cuma aku yang mirip ayahku. Kedua adikku menurun wajah ibu dan nenek lebih sayang dengan mereka daripada aku. Ya, karena kebencian nenek pada ayahku.
Aku maklumi kebencian nenekku karena ayahku kabur bersama pelakor dan membawa uang jutaan hasil kerja ibuku saat menjadi TKW. Menurut nenek dia kecewa sama lelaki yang ia jodohkan pada anaknya.
Ibuku menikah dengan ayahku saat tamat SMP, kalo di daerah kelahiran ibuku sudah biasa umur segitu sudah biasa menikah saat usia masih di bawah 17 tahun, saat itu ayahku sudah 20 tahun. Menurut nenek anak gadis kelamaan nganggur nggak bagus. Makanya nenek jodohkan dengan ayahku. Walaupun pada akhirnya ayah pergi saat ibu hamil muda mengandung Lala.
Pagi ini Mila bangun seperti biasa. Membereskan rumah menyiapkan sarapan untuk ibu dan adik-adiknya. Mila hanya batas pendidikan kelas dua SMA, tidak bisa melanjutkan karena terhalang biaya. Tapi adiknya Sarah bisa masuk kuliah di universitas Bengkulu mengambil bagian Administrasi Negara, disamping selalu dapat beasiswa dan tentunya di fasilitasi oleh neneknya.
"Bu, sarapan dulu ya?" sapa Mila masuk ke kamar ibu Aminah.
Aminah mencoba bangkit dari ranjangnya. Mila selama ini tidur bersama ibunya. Sarah dan Lala memiliki satu kamar bersama. Rumah mereka hanya memiliki dua kamar saja. Meskipun begitu, mereka cukup bahagia.
"Mila, kamu tidak apa-apa?" tanya Bu Aminah.
"Maksud ibu?" Mila belum paham.
"Soal lamaran kemarin. Apa Anjas sudah ada menghubungi kamu, nak?"
"Belum, Bu. Aku sudah ikhlas kalau Anjas sudah tidak ada kabar. Mungkin benar kata orang kalau..."
"Nak, jangan semua di kaitkan dengan ayahmu. Mungkin ini takdir, kalau memang Anjas itu jodoh kamu, pasti dia akan kembali padamu."
"Iya, Bu. untuk saat ini aku hanya butuh waktu. Begitu juga dengan Anjas."
"Yasudah, kita sarapan dulu. ibu bangunkan kedua adikmu dulu."
"Bu, biarkan aku yang bangunkan mereka. Ibu duduk di dapur. Aku tadi masak nasi goreng. Itu stok beras terakhir. Aku masih ada sisa uang buat beli kebutuhan."
"Mila maafkan ibu, ya, nak. Harusnya ibu yang memenuhi kebutuhan kalian, bukan kamu yang harus menguras tabungan demi ibu dan adik-adikmu."
"Bu, meskipun aku kerja jaga toko di depan rumah. Itu sudah lebih dari cukup. Kan dari penghasilan aku dan ibu juga bisa mengantarkan Sarah kuliah di Universitas Bengkulu, bisa masukkan Lala di SMP 1. itu sudah cukup buat aku, Bu." kata Mila.
"Oh, ya. Bu mungkin aku pulang sore. Soalnya tadi Ayuk Maida bilang ada bazar kecil di sekitar Sport center. Nggak apa-apa, kan, Bu. Sekalian aku ajak Lala pas dia pulang sekolah nanti. Kan ada acara khusus anak sekolah termasuk sekolah Lala."
"Jangan ajak Lala, Mila dia masih kecil. Ibu hari ini full di rumah saja. Tidak kemana-mana. Jadi biar Lala yang nemenin ibu dirumah."
"Yasudah, Bu. Nanti Mila bilang sama Lala. Soalnya kata Lala sekolahnya tampil nanti, dia bilang mau nonton."
"Yasudah, kita lihat sikonnya, nak."
Bu Aminah dan Mila keluar dari kamar. Tampak Sarah dan Lala sudah duduk di meja makan. Menyantap menu yang di sediakan sang kakak. Mata Mila membulat melihat porsi nasi goreng sudah berkurang padahal dia dan ibunya belum makan.
"Bu, Sarah nanti menginap di rumah Atik. Buat tugas kelompok. Soalnya besok pagi masuknya. Nggak tahu pak Ramlan tadi ngasih pengumuman di besok jam delapan pagi ada ujian."
"Bukannya Atik tinggal di Padang Harapan? jauh dari kampus. Kenapa nggak pulang aja, sih?" sahut Mila terdengar ketus pada Sarah.
"Kak Mila kok gitu, sih? apa karena soal kemarin sikap kakak kayak gini sama aku? Bu Sarah berangkat." Sarah menyalami bu Aminah sambil menenteng tas kuliahnya.
"Lala berangkat sama kak Mila, ya?"
"Lala berangkat naik angkot aja, kak. Malu sama teman yang lain. Udah SMP masih diantar."
"Kalau naik angkot kan ongkosnya sayang Lo, sekarang BBM naik, jadi ongkos pasti naik, dek. Sudah Kakak antar ya." Lala mengangguk menuruti kemauan kakaknya.
Mila berjalan di sekitar bazar. Menawarkan beberapa buku bacaan murah meriah. Ayuk Maida merupakan salah satu agen dari Magek toko buku yang terkenal di kota Bengkulu.
Netranya terhenti saat melihat pemandangan di depannya.
"Ngapo Sarah berdua sama Bu Melani? akrab nian? ah iyo kan Sarah pacar Rudi, jadi dak apo mereka akrab." Mila masih mencoba positif thinking.
(Kenapa Sarah berdua sama Bu Melani? akrab sekali. Ah iya kan Sarah pacaran sama Rudi. Jadi tidak masalah kalau mereka dekat)
Tapi pikirannya kembali terusik melihat siapa yang menyusul Sarah dan Bu Melani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
ZasNov
Yang nyusul Sarah dan bu melani, Anjas bukan ya..
Hmm, sepertinya Sarah ga sebaik yang terlihat..
2023-06-05
0
ZasNov
Kasian Mila, banyak berkorban buat keluarganya.. Bukan cuma perasaan, materi bahkan masa depan.. 😣
2023-06-05
0
ZasNov
Lho dia yang jodohin, dia juga yang kecewa.. Harusnya anaknya yang kecewa sama c nenek ini.. 😞
2023-06-05
0