Kabur, lalu dibawa Pergi

Pagi hari, di waktu ayam sedang berkokok bersahut-sahutan membangunkan Jasmine dari tidurnya, apalagi ketukan pintu dan suara pelayan yang lantang membuat Jasmine langsung beranjak duduk dari ranjangnya.

Tok tok tok

"Nona Jasmine, sarapannya sudah siap di meja!" ujar pelayan mengingatkan.

Jasmine bangkit lalu berjalan dan membuka pintu kamarnya.

"Bi, apa kakak sudah ke kantor?" tanya Jasmine bersuara pelan.

"Sudah, Non ... baru saja berangkat!" Pelayan itu berbalik dan melangkah pergi setelah mendapat anggukan dari Jasmine.

Hati Jasmine lega mendengar kakak tirinya itu sudah pergi ke kantor, karena semenjak meninggalnya ibu dan ayah tirinya satu minggu yang lalu, Jasmine hanya berdiam diri di kamarnya. Jasmine sengaja menghindar dari kakaknya yang semakin hari semakin membuat Jasmine ketakutan jika bersama dengan dia.

Sudah dipikirkan matang-matang oleh Jasmine bahwa dia akan kabur dari rumah yang ditinggalinya itu, apalagi sekarang rumah itu adalah milik kakak tirinya. Jasmine sangat gelisah setiap saat, dia selalu saja merasa was-was bila hari mulai malam saat kakak tirinya di rumah.

"Jalan satu-satunya, aku harus kabur dari rumah ini sebelum kakak pulang," Jasmine mulai menyiapkan tasnya yang tidak terlalu besar untuk memasukkan pakaian seadanya serta keperluan penting lainnya, seperti uang dan debit card.

Siang hari pukul 14.00, Jasmine memulai aksinya untuk pergi dari rumah itu, tapi sebelum Jasmine hendak melanjutkan langkahnya ke halaman depan, dia harus memikirkan alasan apa yang tepat jika penjaga di rumahnya itu bertanya padanya.

Dengan langkah santai, Jasmine pun menerbitkan senyumannya pada satpam seramah mungkin dan berharap si satpam itu tidak mempersulitnya untuk kabur.

"Eh, Bapak sudah makan belum?" tanya Jasmine basa-basi.

"Udah kok, Non. Eh Non ... Bapak senang deh akhirnya Non Jasmine udah mulai tersenyum lagi. Karena Bapak dengar dari pelayan, Non Jasmine nggak mau ke luar dari kamar sejak kepergian tuan dan nyonya. Bapak turut berduka, Non!" ujar pak satpam dengan perhatiannya.

"Iya, makanya saya mau jalan-jalan sebentar untuk menghilangkan stres," Jasmine hendak melangkah ke luar dari gerbang.

"Eh, tapi Non Jasmine dilarang ke luar dari rumah!"

Langkah Jasmine terhenti saat pak satpam melarangnya.

"Saya bosan di rumah, Pak. Saya jalan-jalan sebentar saja ya, Pak!"

Jasmine begitu cerdik, dia mencuri kunci gerbang dari tempat penjagaan dan dia pun berjalan cepat ke luar gerbang kemudian menarik pintu gerbang lalu mengunci gerbang itu dan kuncinya di lempar jauh ke halaman rumah.

"Jangan pergi Non, nanti Bapak yang kena marah!" teriak pak satpam.

"Maafkan Jasmine, Pak!" teriak Jasmine kemudian berlari secepat mungkin sebelum pak satpam mengejarnya.

Tapi mana mungkin pak satpam mengejarnya, karena badannya yang cukup gemuk apalagi perutnya yang buncit tidak akan bisa mengejar Jasmine yang masih muda dan berbadan langsing.

Pak satpam pun tak akan diam saja, dia berteriak memanggil beberapa orang pengawal di rumah itu untuk mengejar Jasmine. Dan tak lupa pak satpam pun menghubungi tuan mudanya yang tak lain adalah kakak tiri Jasmine.

Tak dipungkiri betapa mewah dan megahnya rumah peninggalan ayah tiri Jasmine hingga rumah itu pun dijaga ketat oleh pengawal, apalagi sekarang penghuni rumah itu merupakan kakak tiri Jasmine, lelaki yang cukup menakutkan.

Jasmine tak henti berlari karena dia tahu pasti pengawal di rumahnya akan mengejarnya, sesekali dia bersembunyi untuk menghindari pengejaran sekaligus mencari taksi untuk membawanya ke jalanan kota. Tapi dia bingung akan pergi kemana. Mau ke kampung halaman rumah ibunya tidak mungkin, karena pasti kakak tirinya akan mencarinya dengan mudah.

"Ya Tuhan, aku harus pergi kemana lagi, aku lelah tidak ada arah dan tujuan," Jasmine menghela nafasnya dengan menghapus keringat di keningnya.

Jasmine berdiri di pinggir jalan dan menatap hotel di seberang jalan Ibukota, dia pun melangkah ke arah hotel itu berniat untuk bermalam di sana.

Namun siapa sangka, ada beberapa orang pengawal rumahnya telah mengejarnya sampai di sana dan meneriaki nama Jasmine. Apalagi dia melihat mobil kakaknya berada tepat dihadapannya bersama beberapa pengawalnya. Jasmine berpikir bahwa kakak tirinya itu ada di dalam mobil.

"Oh shittt ... kenapa dia tahu jika aku di sini?" rutuk Jasmine sambil menutupi wajahnya dengan tangannya.

Jasmine panik bukan main, sejurus kemudian dia berbalik dan berlari sekuat tenaganya.

Niat untuk menghindari lelaki yang selama ini dia takuti, kabur dari rumah hanya untuk menjauh dari kakak tirinya, tapi apa daya Jasmine malah nyaris tertangkap.

"Ya Tuhan, jangan sampai kakak mendapatkanku, please ... please!" Jasmine masih berlari sambil menutupi wajahnya.

Jasmine tak akan pernah menyerah dengan mudah. Dia berlari sekencang mungkin menyeberangi jalanan hingga dia nyaris tertabrak mobil yang berjalan ke arahnya.

Mobil hitam mendadak berhenti ketika Jasmine berlari di depannya.

Ckitttt

"Aghhh!" teriak Jasmine hingga berjongkok ketakutan.

Jasmine membuka matanya perlahan, lalu menghela nafasnya dengan lega.

"Aku belum mati, syukurlah. Eh, tunggu ... bukankah kakak mengejarku? Aku harus sembunyi," gumam Jasmine celingak celinguk disekelilingnya.

Terdengar suara seorang pria dari jendela mobil tepat di depan Jasmine.

"Woi, cari mati Loe? Cepat minggir!" ternyata seorang pengemudi yang ada di dalam mobil itu meneriaki Jasmine.

Jasmine tak menjawab, dia bingung dan tak tahu akan berbuat apa selanjutnya. Tak ada jalan lain, selain bersembunyi dan menghilang dari kakak tirinya.

Jasmine berjalan ke arah mobil di depannya dan membuka pintu mobil penumpang di bagian belakang dengan mudah kemudian duduk di sana. Dia belum sadar jika ada seorang lelaki yang duduk di sampingnya.

"Siapa loe, berani masuk dan duduk di mobil gue?" tanya lelaki itu dengan suara tegas.

Jasmine beralih ke sumber suara di sampingnya. Dia mematung, membisu lalu memperhatikan seisi mobil di sekitarnya.

Jasmine bertambah bingung, ingin ke luar dari mobil itu tapi takut jika dia didapati oleh pengawal atau kakak tirinya. Jadi terpaksa Jasmine harus tetap di dalam mobil yang penghuninya semua laki-laki yang menurut Jasmine mengerikan.

Lebih mengerikan dibanding dengan kakak tirinya. Tapi ada yang berbeda yaitu lelaki yang duduk di samping Jasmine, begitu tampan dan berkharisma walau sebenarnya ada aura yang menakutkan dari wajahnya. Jasmine takut jika penghuni mobil itu adalah orang jahat. Berarti sama saja Jasmine berada dalam satu kawasan seperti dengan kakak tirinya.

"Ke luar dari mobil gue!" pinta lelaki itu dingin.

"Tuan, tolong aku. Aku dikejar-kejar orang jahat. Dia akan membunuhku. Tolong aku, Tuan!" Jasmine memohon dengan wajah yang terlihat pucat dan ketakutan.

Lelaki itu menatap Jasmine, menelisik dari atas kepala hingga ujung kaki lalu menyunggingkan senyuman liciknya pada Jasmine.

"Yakin minta bantuan gue?" tanya lelaki itu dengan pandangan nakal.

Jasmine terpaksa mengangguk, dia berharap mobil itu membawanya menghilang dari kakak tirinya.

Pikiran lelaki itu sudah melayang jauh dengan bayangan Jasmine.

"Loe nggak takut sama gue? Kalau ternyata gue orang JAHAT, gimana?" tanya lelaki itu dengan menekan kalimatnya tegas.

Jasmine terdiam dan mulai sadar apa yang dikatakan oleh lelaki itu.

"Maksud loe apa?" tanya Jasmine balik dan kali ini ada rasa ketakutan yang besar.

Jasmine menegang, tubuhnya bergetar hebat. Apa yang ada di benaknya begitu tepat. Aura lelaki itu ternyata sangat menakutkan.

"Putar balik ke apartemen," pinta lelaki itu pada sang sopir.

Mobil itu pun melaju.

"Aku akan dibawa kemana, Tuan?" Jasmine panik lalu mencoba membuka pintu mobil, tapi sayangnya mobil itu sudah terkunci.

Tidak ada celah untuk Jasmine kabur lagi. Niat kabur dari kakaknya malah didapat oleh lelaki asing yang sangat menakutkan.

Lelaki itu tersenyum puas.

"Salah besar loe sudah masuk ke kawasan gue, Nona. Jadi gue minta bayarannya!" bisik Lelaki itu lembut di telinga Jasmine sembari tersenyum miring seolah mempunyai mainan baru.

Jasmine panik ketakutan lalu mencoba membuka pintu mobil, sejurus kemudian lelaki itu menyentuh tangan Jasmine begitu saja dengan berani.

"Hei, kau gila ... turunkan aku sekarang. Lepaskan aku. Tolong ... tolongggg!" teriak Jasmine berontak dan meminta bantuan.

*Hai readers. Thanks ya bagi kalian yang udah mampir. Jika suka ceritanya tolong di like, vote, favorite dan beri rating 5 ☆☆☆☆☆ jika berkenan. Oh ya, jangan lupa beri komentar, karena masukan dari kalian sangat membantu saya. Terima kasih semuanya.

Terpopuler

Comments

Inces🍭😍

Inces🍭😍

wowwwww🙈🙈🙈🙈🙈

2023-10-13

0

Happy Love

Happy Love

nyimak bagus jg rupanya

2023-01-30

0

Dedek Gemes

Dedek Gemes

salah msuk kandang eh rupanya kandang harimau jadi jadian😬😁

2022-12-19

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Kabur, lalu dibawa Pergi
3 Gue Mau Loe!
4 Nggak Mau Pulang
5 Senjata Makan Tuan
6 Satu Kali Permainan
7 Jasmine Noreen
8 Abyan Wiratama
9 Beruntung
10 Senjata Tembak
11 Ruang Rahasia
12 Sifatnya yang Tersembunyi
13 Buatkan Sarapan
14 Dikira Mimpi
15 Buruk Sangka
16 Jahilnya Dia Membuat Kesal
17 Kebahagiaan Tercipta
18 Dipercepat
19 Menciptakan Moment Indah
20 Lupakan
21 Time is Over
22 Berlawanan Arah
23 Penyesalan
24 Pernyataan Dokter
25 Menyalahkan
26 Anak Laki-Laki
27 Mengungkapkan
28 Tempat Tinggalmu?
29 Mencoba Menggoda
30 Sosok yang Membuat Penasaran
31 Pedulinya Seorang Asisten
32 Lupa Diri
33 Bukan Pelayan
34 To the Point
35 Tidak Fokus
36 Suasana Hati
37 Abang?
38 Cara Lain Lagi
39 Duda Akut
40 Alasan Lain Tetap Tinggal
41 Panggilkan Dokter?
42 Bertanya
43 Rencana Syukuran 4 Bulanan
44 Menyayangiku?
45 Pandangan Halusinasi
46 Nyaris Terpeleset
47 Terima Kasih, Perhatiannya
48 Hanya Mimpi
49 Sebuah Permintaan
50 Kebaikan Menolong Sesama
51 Salah Tingkah
52 Mendadak Pergi
53 Tidak Jadi Pulang
54 Takut
55 Meminta
56 Menyetujui Permintaan
57 Memberikan Nama
58 Kembali ke Rumah
59 Hal yang Paling Tidak Disukai
60 Kembali dengan Kebiasaan Dulu
61 Hari Bahagia dan Sebuah Perintah
62 Bersedia
63 Hijrah
64 Tumbuh Kembang sang Anak
65 Satu Anak Lagi?
66 Adik Perempuan
67 Amarah
68 Tak Terpisahkan
69 Sebuah Alasan
70 Datang Lebih Cepat
71 Bertemu Kakek
72 Teringat Kenangan
73 Serasi
74 Rasa Penasaran
75 Bertemu Kembali
76 Sangat Merindukan Dia
77 Aku nggak Takut
78 Mirip Banget atau Sedikit?
79 Mengorek Masa Lalu
80 Sudah Terlambat
81 Para Orang Tua Aneh
82 Sangat Cemas
83 Di Tempat Ini, Bersama Kita
84 Bahagia tapi juga Kecewa
85 Kunjungannya ke Rumah
86 Permintaan Sakha
87 Rindu seorang Anak
88 Bahagianya Jalan-jalan
89 Tidak Rela Berpisah
90 Dua Kali?
91 Tahun Depan?
92 Menaruh Curiga
93 Sebagai Pendonor
94 Detik-detik Terungkap
95 Terungkap sudah Kebenaran
96 Tanggung Jawab seorang Ayah
97 Hadiah dari Kakek
98 Please, Izinkan Aku!
99 Beri Aku Kesempatan Kedua
100 Ancaman Darwish
101 Keputusan Sakha
102 Dia Papaku
103 Surprise
104 Kebenaran yang Sebenarnya
105 Panggilan Daddy
106 Ledekan Ziva
107 Merelakan untuk Kebahagiaan (END)
Episodes

Updated 107 Episodes

1
Prolog
2
Kabur, lalu dibawa Pergi
3
Gue Mau Loe!
4
Nggak Mau Pulang
5
Senjata Makan Tuan
6
Satu Kali Permainan
7
Jasmine Noreen
8
Abyan Wiratama
9
Beruntung
10
Senjata Tembak
11
Ruang Rahasia
12
Sifatnya yang Tersembunyi
13
Buatkan Sarapan
14
Dikira Mimpi
15
Buruk Sangka
16
Jahilnya Dia Membuat Kesal
17
Kebahagiaan Tercipta
18
Dipercepat
19
Menciptakan Moment Indah
20
Lupakan
21
Time is Over
22
Berlawanan Arah
23
Penyesalan
24
Pernyataan Dokter
25
Menyalahkan
26
Anak Laki-Laki
27
Mengungkapkan
28
Tempat Tinggalmu?
29
Mencoba Menggoda
30
Sosok yang Membuat Penasaran
31
Pedulinya Seorang Asisten
32
Lupa Diri
33
Bukan Pelayan
34
To the Point
35
Tidak Fokus
36
Suasana Hati
37
Abang?
38
Cara Lain Lagi
39
Duda Akut
40
Alasan Lain Tetap Tinggal
41
Panggilkan Dokter?
42
Bertanya
43
Rencana Syukuran 4 Bulanan
44
Menyayangiku?
45
Pandangan Halusinasi
46
Nyaris Terpeleset
47
Terima Kasih, Perhatiannya
48
Hanya Mimpi
49
Sebuah Permintaan
50
Kebaikan Menolong Sesama
51
Salah Tingkah
52
Mendadak Pergi
53
Tidak Jadi Pulang
54
Takut
55
Meminta
56
Menyetujui Permintaan
57
Memberikan Nama
58
Kembali ke Rumah
59
Hal yang Paling Tidak Disukai
60
Kembali dengan Kebiasaan Dulu
61
Hari Bahagia dan Sebuah Perintah
62
Bersedia
63
Hijrah
64
Tumbuh Kembang sang Anak
65
Satu Anak Lagi?
66
Adik Perempuan
67
Amarah
68
Tak Terpisahkan
69
Sebuah Alasan
70
Datang Lebih Cepat
71
Bertemu Kakek
72
Teringat Kenangan
73
Serasi
74
Rasa Penasaran
75
Bertemu Kembali
76
Sangat Merindukan Dia
77
Aku nggak Takut
78
Mirip Banget atau Sedikit?
79
Mengorek Masa Lalu
80
Sudah Terlambat
81
Para Orang Tua Aneh
82
Sangat Cemas
83
Di Tempat Ini, Bersama Kita
84
Bahagia tapi juga Kecewa
85
Kunjungannya ke Rumah
86
Permintaan Sakha
87
Rindu seorang Anak
88
Bahagianya Jalan-jalan
89
Tidak Rela Berpisah
90
Dua Kali?
91
Tahun Depan?
92
Menaruh Curiga
93
Sebagai Pendonor
94
Detik-detik Terungkap
95
Terungkap sudah Kebenaran
96
Tanggung Jawab seorang Ayah
97
Hadiah dari Kakek
98
Please, Izinkan Aku!
99
Beri Aku Kesempatan Kedua
100
Ancaman Darwish
101
Keputusan Sakha
102
Dia Papaku
103
Surprise
104
Kebenaran yang Sebenarnya
105
Panggilan Daddy
106
Ledekan Ziva
107
Merelakan untuk Kebahagiaan (END)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!