Mima vs Mami

Happy reading ....

Kekesalan Mima sirna saat melihat Queena melambaikan tangannya. Mima bergegas mendekati kakak sepupunya itu dan langsung memeluknya.

"Kangen ...," gumam Mima.

"Udah gede aja nih," ujar Queena sembari mengusap kasar rambut Mima.

"Hai, Queen! Apa kabar?" sapa Alena.

"Baik, Auntie." Queena memeluk Alena dan menyapa Riky.

"Uncle yang nyetir ya," ujar Riky sembari memasukkan barang-barang mereka ke dalam bagasi.

"Oke," sahut Queena.

Alena duduk di depan, di samping kursi kemudi. Sedangkan Queena dan Mima duduk di kursi belakang. Mima terlihat sangat senang bertemu Queena. Selama ini, Queena lebih banyak menghabiskan waktu di kota nenek dan kakeknya. Queena meneruskan restoran milik keluarga Wijaya. Putri Alvin itu merupakan seorang chef yang handal meskipun tidak terkenal.

"Kakak Queen cantik banget," puji Mima.

"Perawatan dong ya, Kak. Memangnya kamu, ingin glowing tapi nggak mau perawatan," timpal Alena. Riky yang sedang memasang seat belt melirik kaca spion dan mengulumkan senyum melihat bibir putrinya yang dimajukan.

"Kamu juga cantik, Sweety. Kakak justru iri sama kamu. Nggak perawatan aja cantik gini, gimana kalau perawatan?" Queena balik memuji, membuat Mima tersenyum bangga pada Alena yang menglumkan senyum sambil menoleh padanya.

"Jadi nggak kuliah di New York?" tanya Queena.

"Jadi dong," sahut Mima santai.

Riky dan Alena saling menatap, lalu tersenyum lebar. Mima yang menyadari sikap orang tuanya mendelik manja sambil membuang muka.

"Eh iya, kalau kamu kuliah di sana, tinggal sama Kakak Zein aja. Enak 'kan, ada teman. Ya walaupun Kak Zein sibuk sih. Tapi lumayan, setidaknya ada yang kamu kenal," ujar Queena.

"Rencananya juga begitu, Queen. Uncle nggak akan ngasih izin kalau dia sendirian di New York," sahut Riky.

"Setuju, Uncle. Don't worry, Kak Zein baik kok," ujar Queena sambil mencolek dagu Mima yang memperlihatkan ekspresi tak suka pada topik pembicaraan mereka.

"Mau ngambil jurusan apa sih, Sayang?" tanya Queena mengalihkan pembicaraan.

"Hukum," sahut Mima yakin.

"Wiih, calon anak hukum. Kapan mulai daftar?" tanya Queena lagi.

"Kalau Mima sudah setuju dengan persyaratan dari kita tentunya," sahut Alena datar.

"Syarat?" Queena menoleh pada Mima yang mulai menekuk wajahnya. Ia tak ingin banyak bertanya pada Mima yang sepertinya sedang tidak mood membicarakan perihal pendidikannya di luar negeri.

"Queen, lama nggak di rumah opa?" tanya Alena.

"Satu minggu, Auntie. Memangnya kenapa?" Queena balik bertanya.

"Ajarin Mima masak tuh, biar nggak makan junk food terus," ujar Alena. Lagi-lagi Queena melihat ekspresi tak suka dari Mima.

"Di penthouse Kak Zein ada pelayan kok. Sekretarisnya juga merangkap jadi asisten pribadi. Mima nggak harus bisa masak, Auntie," bela Queena.

"Iya nih, mami pemaksa. Mami juga nggak bisa masak," gerutu Mima sambil mendelik.

"Bisa kok. Siapa bilang nggak bisa?" sahut Alena.

"Aku nggak pernah tuh ngerasain masakan mami," ujar Mima.

"Ya ... itu karena di rumah ada oma," kilah Alena.

"Hmm alesan. Papi juga mau 'kan ya dimasakin sama mami?" tanya Mima pada Riky yang spontan mengangguk.

Riky kembali fokus pada kemudi saat menyadari Alena yang membulatkan mata kepadanya. Ia memilih diam serta tidak memihak siapapun jika sudah ada perdebatan antara Mima dan maminya.

Sementara itu Queena mengulumkan tawa melihat ekspresi ibu dan anak itu. Riky juga terlihat nyengir dan membuang muka ke luar jendela sambil bersiul pelan.

Di tempat lain ....

Laura baru saja menutup panggilan telponnya dengan Meydina. Ia pun memanggil Arif yang kini menjadi head waiter di restorannya, juga seorang executive chef bernama Jonas guna membahas kembali rencana dinner dua keluarga nanti malam.

Tok ... tok ... tok.

"Permisi, Bu Bos." Arif memasuki ruangan itu bersamaan dengan Jonas setelah dipersilakan Laura dengan isyarat wajahnya. Keduanya duduk di depan Laura dan menunggu bos mereka yang sedang menelepon Alvin, suaminya.

Saat ini, Alvin sedang berada di Timur Tengah. Pria itu terdengar senang mengetahui acara yang akan diadakan nanti malam. Zein dan Mima keduanya merupakan keponakan Alvin. Tentu saja ia menyetujui rencana Maliek dan Riky yang akan menjodohkan putra-putri mereka.

Setelah menutup panggilannya, Laura pun mulai membicarakan banyak hal dengan kedua karyawannya tersebut. Mulai dari hidangan makanan, sampai penataan ruangan mereka bicarakan.

"Hai, Mbak! Apa kabar? Kangen aku nggak? Buatin jus alpukat dong. Please ...."

Terdengar keriangan suara Mima di bawah dari jendela ruangan Laura yang terbuka lebar. Sudah menjadi ciri khas Mima jika datang ke restoran selalu menyapa riang hampir semua pegawai yang dikenalnya.

"Mereka sudah tiba?" gumam Laura sambil beranjak dari tempat duduknya dan berjalan mendekati jendela. Laura menyunggingkan senyum melihat mobil Queena terparkir di halaman restonya.

"Untuk makan siang sudah disiapkan?" tanya Laura pada Jonas. Chef itu mengangguk sembari tersenyum tipis.

"Oke. Jam lima sore kita mulai persiapannya," ujar Laura mengakhiri pembicaraan mereka. Keduanya mengangguk pelan sambil mengacungkan ibu jari. Mereka pun berpamitan dari ruangan itu.

Laura juga akan meninggalkan ruangannya ketika terdengar sapaan Mima pada Arif dan Jonas yang berpapasan dengannya.

"Auntie!" pekikan Mima membuat Laura tersenyum tipis.

"Katanya King ada di sini, kok nggak ada?" tanya Mima sambil memeluk Laura.

"Sebentar lagi. Dari sekolah dia mau langsung ke sini," sahut Laura.

"Ooh." Mima membulatkan bibirnya. Tahun ini, King baru naik ke kelas 3 SMA meskipun usianya tidak jauh dari Mima.

"Kak Alvin kapan pulang?" tanya Alena sambil memeluk Laura.

"Pekan depan," sahut Laura.

"Hei, Rik! Keduluan ya, udah mau punya mantu aja nih," seloroh Laura.

"Hehe, kalau Zein yang jadi mantu gue, nggak berasa punya mantu. Nambah anak mungkin iya," sahut Riky sambil mengacak lembut rambut Mima yang melewatinya.

"Queen mana, Sayang?" tanya Laura pada Mima. Ia tersenyum tipis seakan mengerti bahwa Mima tidak ingin mendengar pembahasan mereka.

"Di bawah, lagi nelpon Kak Amar," sahut Mima sambil melangkah keluar dari ruangan itu.

"Mbak, jusnya udah ada belum?" tanya Mima sambil menuruni tangga.

"Mima, jangan teriak-teriak dong," tegur Riky pelan. Entah Mima mendengarnya ataukah tidak, Laura dan Alena menggeleng pelan melihat Riky yang menghela napasnya.

"Dia nggak mau?" tanya Laura pada Alena.

"Ya gitu deh," sahut Alena malas.

"Tapi Zein mau loh. Tumben ya?" ujar Laura.

"Oh ya? Kakak dengar dari siapa?" tanya Alena antusias.

"Dari Mey. Tadi dia semangat banget waktu cerita. Awalnya Zein nolak gitu karena dikira calonnya anak teman Amiera. Tapi waktu dikasih tahu bahwa calonnya itu Mima, dia langsung mau. Haha, jangan-jangan anak itu memang nungguin Mima dari baby sampai sekarang," seloroh Laura.

"Bisa gitu ya? Jangan-jangan dia itu ped*fil?" kelakar Riky asal.

"Sembarangan papi kalau ngomong ya." Alena menangkupkan satu telapak tangannya di wajah Riky yang terkekeh pelan.

"Sadar diri dong, Rik. Nggak ingat ya, lo juga 'kan gitu," cibir Laura.

"Oh iya ya, hehe." Riky nyengir pada Alena yang menatap kesal padanya.

"Mom, aku ke kantor Amar dulu ya," pamit Queena dari luar ruangan Laura.

"Makan dulu, Queen," ujar Laura.

Alena berjalan menuju pintu dan melihat Queena yang sedang berbalas pesan dengan seseorang di dekat tangga.

"Amar-nya aja suruh ke sini," usul Alena.

"Eh nggak jadi deh. Aku disuruh Auntie Mey ke rumahnya. Ada Kakak Zein, bye!" Tanpa pikir panjang, Queena bergegas menuruni tangga.

"Kakak jadi ketemu Kak Amar?" tanya Mima yang sedang terduduk menikmati jus alpukat pesanannya.

"Nggak jadi. Mau ke rumah Auntie Mey aja. Bye, Sweety!"

"Bye," sahut Mima malas.

"Memangnya Queen nggak tahu ya hari ini Zein pulang?" tanya Riky yang mulai menuruni tangga.

"Mungkin enggak. Karena aku juga belum bilang sih," sahut Laura.

"Acara malam ini juga belum tahu?" tanya Alena.

"Belum," geleng Laura.

Sesampainya di lantai bawah, Laura dan Alena langsung ke bagian dapur. Sedangkan Riky justru menggoda putrinya. "Calon manten jangan terlalu banyak makan ya, nanti gaun pengantinnya nggak muat loh. Kasihan Auntie Amiera kalau harus bikin lagi."

"Biarin. Biar gendut sekalian," jawab Mima asal. Dengan sengaja Mima menyuapkan satu sendok penuh cake yang disajikan pegawai resto itu.

"Eh nggak apa-apa juga sih. Seingat papi, Zein emang suka cewek yang berisi. Makanya dia mau sama kamu. Karena dia tahu kamu suka makan," dusta Riky.

"Masa sih, Pi?" Mima menekuk wajahnya sambil menjauhkan piring cake darinya.

"Iya. Seingat papi begitu," angguk Riky. Pria itu terbahak dalam hati melihat raut wajah putrinya yang ditekuk.

_bersambung_

Terpopuler

Comments

mita purwanti

mita purwanti

sosok meydina emank mami Ter the best,🥰 sprti almrhum ibu meydina,
jadi kangen yaa sama Malik,mey pas waktu mudanya 😂

2022-11-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!