pulang ke Jakarta

Happy reading ....

Cuaca panas ibukota menyambut kedatangan para penumpang pesawat dengan rute New York-Jakarta yang baru saja tiba di bandara. Beberapa dari mereka sudah mulai meninggalkan bandara, sementara yang lain ada yang masih menunggu di sana. Salah satunya seorang pria berbadan tegap yang nampak keren dengan kaca mata hitam yang ia kenakan.

Sedari tadi pria itu memperhatikan sekelilingnya, berharap ada seseorang yang ia kenal sudah datang untuk menjemput. Raut wajahnya nampak mulai kesal ketika yang dicarinya belum juga terlihat batang hidungnya.

Pria itupun berniat akan menghubungi seseorang. Namun urung, karena sang Ibu sudah lebih dulu menghubunginya.

"Iya, Mi," sahut pria itu yang tak lain adalah Zein Maliek.

"Gimana perjalanannya, Kak? Lancar?" tanya sang ibu di ujung ponselnya.

"Lancar, Mi. Mami lagi apa?"

"Lagi nunggu kakak datang dong, Sayang."

"Oh, ya udah. Tunggu kakak ya, Mi," ujarnya.

"Iya, Sayang. Arka udah datang, 'kan? Tadi katanya dia yang mau jemput kakak."

"Belum ada, Mi. Mungkin sebentar lagi," sahut Zein sambil celingukan. Tak lama terdengar seseorang memanggilnya dari arah belakang. Zein menoleh dan mengangkat satu tangannya untuk menyapa Arkana yang baru datang.

"Kakak Zein!" seru Arkana riang.

"Mi, udah dulu ya. Arka udah datang."

"Iya. Hati-hati, Kak," pesan Meydina.

"Oke." Panggilan pun diakhiri.

Zein manatap horor pada Arkana yang berpenampilan urakan. Jika Zein terlihat perlente lengkap dengan kacamata hitam dan juga jam branded yang dikenakan, lain halnya dengan adik sepupunya itu. Arkana mengenakan hoodie belel yang dikombinasikan dengan ripped jeans berwarna senada.

"Hai, Kak! Lama ya nunggunya. Arka hampir aja lupa, hehe," seloroh Arka.

"Kebiasaan lo, Ka. Lo yang janji, lo juga yang lupa," ujar Zein sambil berjalan ke arah semula Arka datang.

"Ya, maaf. Telat dikit doang," kilah Arka yang berjalan di samping Zein.

Zein tersenyum tipis, lalu mengacak kasar rambut Arka. Ia menghela napas sambil menatap lurus pada arah langkahnya.

Dua hari yang lalu, Meydina tiba-tiba meminta Zein yang kini berada di New York untuk segera pulang. Zein yang memang tidak pernah banyak bertanya pada Meydina, hanya mengiyakan dan langsung meminta sekretarisnya memesankan tiket tujuan Jakarta.

Sudah hampir satu tahun Zein tidak pulang. Sejak penempatan dirinya di New York, Zein berusaha membuktikan diri mampu dan layak menyandang julukan 'Tuan Muda Al-Azmi', meski ia keturunan keluarga Bramasta. Persaingan di dunia bisnis memaksanya mau tak mau ekstra memeras otak, demi mengibarkan bendera Al-Azmi Corporate di negara tersebut.

Setibanya di tempat parkir, Arka memberikan helm untuk Zein. Sambil mengenakan helm, Zein bertanya, "Lo dari bengkel, Ka?"

"Iya, dong. Tempat nongkrong Arka 'kan di sana," sahutnya santai.

"Pantesnya kamu pacaran sama oli," seloroh Zein yang sudah memposisikan diri di belakang Arka.

"Kak Zein juga pacarannya sama laptop," balas Arka.

Zein mengulumkan senyum dan menoyor kepala sepupunya yang sudah mengenakan helm itu. Arkana hanya terkekeh pelan dan mulai menyalakan mesin motornya.

Di tempat lain ...

Suasana kediaman keluarga Salim tak pernah tenang bila Zemima sudah ada di rumah. Suaranya yang nyaring akan terdengar hampir ke setiap penjuru rumah.

Ada-ada saja tingkah putri semata wayang Riky itu. Seperti saat ini, Mima sedang merengek di sofa sambil menendang-nendangkan kakinya di udara.

Widiya yang terduduk tak jauh dari Mima hanya bisa menggeleng pelan sambil mengulumkan senyum melihat tingkah cucu kesayangannya itu. Begitu juga dengan Salim dan Andri yang sedang mengobrol di ruang tamu. Bagi mereka, bukan hal baru melihat Mima yang seperti itu.

Mima memang terlalu dimanja semua orang dalam keluarganya. Hampir tidak ada yang bisa menolak apapun permintaan gadis itu.

Seorang Mima cukup membuat mereka repot jika sudah ada maunya. Akan tetapi, sejak mengutarakan keinginannya kuliah di luar negeri, Riky mulai membatasi banyak hal untuk putrinya tersebut. Salah satunya dengan meminta Mima untuk mulai belajar mandiri.

"Kalau kamu seperti ini, gimana mami sama papi bisa tenang melepas kamu sendirian di negeri orang? Menjadi mandiri itu harus dilatih, bukan sesuatu yang instan. Harus dibiasakan, Mima." Kata-kata seperti itu sudah biasa didengar Mima jika maminya sedang kesal.

Alhasil, jangankan mendaftar kuliah di luar negeri, bahkan di dalam negeri Mima belum didaftarkan di universitas manapun juga. Entah apa yang dipikirkan Riky dan Alena. Mungkin mereka berada dalam dilema. Di satu sisi sebagai orang tua, pasangan itu ingin mengabulkan permintaan putri mereka. Tapi di sisi lain, mereka belum siap melepas jauh Mima yang manja.

Tapi kali ini lain persoalan. Mima benar-benar kesal. Ia dan teman-teman satu geng-nya sudah merencanakan jauh-jauh hari acara perpisahan di sebuah vila di kota B. Akan tetapi, rencana tinggalah rencana.

Saat teman-temannya sudah berangkat menuju kota tujuan, Mima hanya bisa gigit jari di rumah. Semua itu karena kedua orang tuanya tiba-tiba saja meminta Mima ikut bersama mereka ke Jakarta.

"Cuma dua malam kok, Sayang. Kita juga kan sudah lama nggak nengok opa," ujar Alena sambil meletakkan bowling bag miliknya, juga ransel Mima di atas meja.

"Tapi bisa lain hari kan, Mi," rengek Mima dari balik bantal yang ditangkupkan.

Alena tersenyum menatap Mima yang menyembunyikan wajahnya dibalik bantal sofa. Alena kemudian terduduk di tepi sofa di samping Mima. Perlahan, Alena menjauhkan bantal itu dari wajah putrinya.

Mima memajukan bibirnya dengan wajah yang ditekuk. Melihat wajah cantik putrinya yang terlihat lucu. Alena memijit gemas sambil menarik hidung Mima.

"Aww! Sakit, Mami," pekiknya manja.

"Katanya mau nurut sama papi, sama mami. Diajak ke rumah opa aja nggak mau," delik Alena.

"Bukan nggak mau, Mi. Bisa kapan aja, 'kan? Masalahnya, kenapa harus hari ini sih?" protes Mima kesal.

"Idih, mukanya jadi jelek gitu ih. Tuh! Protesnya sama papi," ujar Alena sambil menunjuk pada Riky yang sedang menuruni tangga. Riky tersenyum lebar sembari menatap pada Mima. Ia sudah menduga putrinya itu akan uring-uringan.

"Kenapa? Kok kamu belum siap-siap? Ayo, Sayang! Kita udah harus ke bandara," ujar Riky lembut sambil mendekati sofa.

"Boleh nggak kalau aku nggak ikut, Pi?" pinta Mima dengan wajah memelas.

Riky menggeleng dan tersenyum lebar sambil mendudukkan bokongnya di samping Widiya.

"Masih mau kuliah di New York nggak?" tanya Riky.

"Mau," angguk Mima cepat dan langsung membetulkan posisi duduknya.

"Papi sama mami punya solusi buat kamu," ujar Riky.

"Solusi? Memangnya Mima ada masalah apa?" tanya Mima bingung. Mima menoleh pada maminya yang membuang kasar napasnya.

"Masalahnya, kamu ngotot mau kuliah di luar negeri, Sayang. Mami sama papimu khawatir dan tidak mengizinkan. Menurut kamu, itu masalah bukan?" tanya Widiya sambil mencoba menjelaskan.

"Bukan," geleng Mima dengan polosnya.

"Huft. Ya, sudahlah. Nanti saja kita bicarakan. Ayo, sekarang kita harus berangkat," ujar Alena sambil berdiri dan beranjak dari sofa.

"Ayo, Sayang!" ajak Alena lagi ketika melihat Mima masih terduduk sofa. Alena mengulurkan tangannya yang disambut malas oleh Mima. Saat mereka berpamitan pada Widiya dan Salim, Mima masih menekuk wajahnya. Bahkan candaan yang dilontrakan Andri tak mampu mengubah mood Mima.

"Dah, Sayang! Jangan lupa kabari oma ya kalau udah sampai," pesan Widiya sambil mencium kening Mima dari jendela mobil yang terbuka.

"Iya, Oma. Bye ...," ujar Mima sambil melambai pelan. Widiya dan Salim mengulumkan senyum melihat bibir Mima yang manyun. Keduanya menatap kepergian Riky dan keluarga kecilnya ke bandara dengan diantar Andri tentunya.

"Apa hari ini Zein pulang?" tanya Salim, dan diangguki oleh Widiya. "Jadi dong?" tanyanya lagi.

"Ya, semoga aja. Papa tahu sendiri gimana Mima," sahut Widiya.

"Hmm ... kalau jadi, rumah kita akan sepi," imbuh Salim datar. Widiya mengangguk dengan raut wajah yang sendu.

_bersambung_

Terpopuler

Comments

piyak 🐣🐣

piyak 🐣🐣

iihhh Mima sekarang gk mau ,pdhl nikah sama Zein kan keinginanmu waktu masih kecil 😂😂

2022-11-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!