Cerai?

Bab 2

“Alhamdulillah, kamu udah pulang, Mas,” sapa Diana begitu suaminya pulang ke rumah dan masuk ke kamar mereka.

Anehnya, Diana tak menyambutnya seperti biasa. Perempuan itu malah tampak menghindari kontak mata dengannya seolah sibuk melakukan sesuatu, sehingga laki-laki itu pun membatin penuh tanya.

“Maaf nggak dengar mobil kamu, Mas. Soalnya tadi aku lagi di kamar mandi,” kata Diana lagi seolah mengerti isi hati prianya. “Oh, iya. Mas Ryan mau langsung mandi, ya? Sebentar, aku siapin bajunya, ya.”

Saat Diana tengah sibuk melakukan sesuatu yang dia sebutkan tadi, Ryan menghentikan pergerakannya. Menangkap kedua tangannya dan memaksa Diana menatap matanya.

Benar saja. Saat Ryan mengamati lamat-lamat wajah istrinya, ada sesuatu yang terlihat berbeda. Ryan mendapati wajah Diana yang sembab sehingga ia kemudian bertanya, “Apa yang terjadi?”

“M-maksudnya?” Diana berpura-pura.

“ Jangan pura-pura Diana. Apa Ibu marahin kamu lagi hari ini?”

Diana tak menjawab. Dia terlalu bingung. Jujur dan berbohong sama-sama akan membuatnya semakin di benci oleh Nurul. Wanita itu sangat sulit diimbangi sikapnya. Serba salah.

“Diana, jawab!” pertanyaan Ryan terdengar semakin menuntut. Sampai bahu Diana terguncang oleh karena gerakan tangan Ryan di tangannya.

“Baiklah, diammu menunjukkan kalau pertanyaanku barusan adalah benar,” kata Ryan akhirnya berasumsi sendiri karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari Diana.

Nyatanya, hal tersebut sudah sering Ryan dengar meskipun tak pernah melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Sebab setiap mendapati mereka sedang bersama, Ibunya tak pernah menunjukkan sikap-sikap yang ganjil di matanya. Kendatipun cara Nurul memandangi istrinya memang berbeda. Dia belum menerima sepenuhnya Diana sebagai menantunya.

Hal ini terjadi karena Ryan tak bisa mencarikan menantu yang sesuai seperti kriteria ibunya selama ini. Nurul ingin mempunyai menantu dari keluarga terpandang, kaya dan sosialita. Sedangkan menurut Ryan, perempuan seperti itu hanya akan menghabiskan hartanya saja. Ryan sudah pernah berpacaran dengan wanita seperti yang ibunya mau, tapi alangkah buruknya perangai wanita yang bergaya demikian. Tak perlu dijabarkan, Ryan rasa semua orang juga tahu bagaimana bentuknya.

“Loh, anak Ibu kapan pulangnya? Kok Ibu nggak lihat?” Nurul yang pada saat itu tengah menyiapkan makan malam, langsung beranjak begitu melihat anak satu-satunya menghampiri dengan tatapan nanar. Namun sepertinya wanita bebal itu tak menyadari perubahan wajah putranya tersebut.

Nurul berkata lagi karena Ryan tak menanggapi apa-apa ucapannya, “Lihat nih, punya mantu kayak nggak punya mantu. Kerjaannya tidur terus. Bukannya bantuin Ibu nyiapin makan malam. Ibu kan capek, banyak kerjaan juga yang harus di urus. Emangnya dia pengangguran. Nggak sekolah sih.”

“Ryan punya istri bukan untuk jadi pembantu, Bu!” kata Ryan tegas, “apa ada Yuni di sini belum cukup? Apa mau Ryan tambah ART lagi buat bantu-bantu Ibu?”

Nurul sedikit gelagapan, “Eh, maksudnya apa ini, Nak? Kok kamu tiba-tiba marah sama Ibu?”

“Ada apalagi, Bu? Kenapa dengan Diana? Kenapa Ibu membuatnya nggak betah ada di rumah ini?”

“Kurang ajar, ngadu apa anak itu sama kamu, ha?” Nurul langsung berang di buatnya. “Ibu sama sekali nggak bilang apa-apa. Lihat, dia di kamar terus aja Ibu nggak manggil. Apa salah Ibu?”

Secara kebetulan, Diana yang baru saja muncul itu pun dipanggil seketika oleh Nurul. Diana pun terkesiap dibuatnya. “Kamu ngadu apa sama suami kamu, Diana? Memangnya Ini ngelakuin apa sama kamu, ha?”

“D-Diana nggak bilang apa-apa sama Mas Ryan,” Diana menjawab. Dia sama sekali tidak mengerti mengapa dirinya malah balik disalahkan. Akting ibu mertuanya memang patut diacungi jempol. Pantas sekali menjadi peran antagonis di dalam sebuah penggarapan film azab.

“Tapi buktinya?” Nurul tidak segampang itu percaya dengan jawaban Diana. Lagi pula, benci tetaplah benci.

“Kamu itu tukang adu domba ya! Kamu mau bikin hubungan ibu dan anak ini rusak? Hancur?”

“Cukup, Bu!” sela Ryan.

“Kami nggak pernah ada konflik sebelum kamu datang, perempuan kampung! Itu artinya kamu adalah pengaruh buruk buat anakku! Memang kamu ini nggak pan-“

“Bu!” sela Ryan sekali lagi, “diam atau kami pindah dari rumah ini!”

Nurul menunduk. Terdengar isakan kecil dari keluar air mata dari mulutnya. “Kamu bentak Ibu gara-gara perempuan yang baru kamu kenal selama beberapa bulan ini. Kamu lebih sayang sama dia dibandingkan sama Ibu yang sudah membesarkan kamu selama 30 tahun. Sakit hati Ibu, Nak. Kamu benar-benar durhaka. Kamu bisa dosa, lho.”

“Bukan begitu maksudnya ....” Ryan berdecak. Bimbang, pria itu menatap kedua wanita yang dicintainya secara bersamaan. Keduanya adalah wanita yang sangat berarti baginya dan tidak ada yang bisa dia pilih. Tak ada kata apapun lagi yang keluar dari mulut Ryan, karena yang ada saat ini hanya pelukan hangat untuk sang ibu. Sejenak. Sebelum dia menggandeng istrinya masuk ke dalam kamar. Mereka menjauh untuk meredamkan emosi yang sedang melonjak.

“Lihat saja pembalasanku gadis kampung. Nggak ada yang boleh menguasai anakku. Dia hanya milikku satu-satunya. Kalau terus-terusan seperti ini, mungkin jalan satu-satunya kamu memang harus kulenyapkan!” Nurul mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Tidak ada aktivitas di meja makan pada saat itu karena semua meninggalkan ruangan. Entah strategi apa yang hendak direncanakan oleh wanita tua yang gelap mata itu.

Keesokan harinya, keadaan sudah jauh lebih baik. Meskipun pertikaian semalam masih menyisakan lara bagi Diana.

“Sabar, ya. Ibu hanya cemburu padamu karena aku terlihat lebih mencintaimu. Maklum, orang tua memang suka balik kaya anak kecil l Kamu lihat kan, semalam?” begitu kalimat penenang yang selalu Ryan ucapkan sebelum dia berangkat bekerja.

“Iya, Mas.” Diana mengangguk. Dia mengulurkan tangannya saat suaminya hendak pergi. Satu keyakinan yang pasti, sejahat-jahatnya wanita tua itu, beliau tak mungkin menggigitnya. Sudahlah, lupakan sejenak masalah semalam. Anggap saja angin lalu. Begitu batinnya mengatakan.

Namun apa yang terjadi sesaat setelah Ryan pergi?

Nurul justru mendekat dan mengatakan, ”Jangan sampai anakku punya keturunan yang lahir dari rahim gadis kampungan sepertimu.”

Sungguh, itu menyakitkan sekali baginya.

Dalam hatinya Diana berteriak, “Mas Ryan ... aku nggak kuat kalau terus-terusan seperti ini.”

Tapi bagaimana dengan rasa cintanya?

Rasanya tidak mungkin dua bulan menikah sudah cerai. Apa kata keluarga nanti? Bukankah itu aib?

Terpopuler

Comments

inayah machmud

inayah machmud

karena status sosial ibu mertua sampai membenci menantunya seperti itu, ,, bahkan dia tidak mau cucu yg terlahir dari rahim diana...😡😡

2023-06-14

0

tiara officiall

tiara officiall

benci aku SM Mak Nurul...SMG dpt karmanya

2023-01-04

1

rinny aphrystanti

rinny aphrystanti

bu nurul harus di ruqiah ini....

2022-11-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!