Rose mengantar kedua anaknya untuk berkompetisi. Keluarga kecilnya itu telah pindah ke kota. Kedua anak kembarnya juga telah mendaftar ke sekolah favorit yang mengundang mereka. Hari ini tak ada satupun diantara Hiro dan Milea yang ingin ditunggui oleh Rose.
Rose terkadang mengeluh, memiliki anak jenius yang mandiri sejak dini itu menyebalkan juga. Ia seakan sudah tidak lagi memiliki anak kecil. Padahal, kedua anak kembarnya baru berusia lima tahun lebih beberapa bulan.
Lokasi perlombaan yang berbeda, membuat Rose harus menyiapkan stamina dan juga pikiran. Perhatiannya terbagi. Kedua anak kembarnya itu mengikuti kompetisi di dua tempat yang berbeda. dengan jenis kompetisi yang berbeda pula. Hiro akan mengikuti kejuaraan kompetisi komputer. Kompetisi yang di prakarsai oleh salah satu perusahaan terkemuka di negara itu. Sedangkan, adik kembarnya yaitu Milea, gadis kecil imut itu akan mengikuti lomba masak sebagai chef cilik. Namun, kompetisi yang diikuti oleh Milea akan diliput salah satu televisi swasta.
"Mama, tungguin adek aja. Abang, bisa sendiri. Lagipula, ada Mister Gru yang akan menemani," ucap Hiro mengusir sang mama yang berdiri mematung di depan ruang tunggu peserta.
"Hiro yakin? Apa gak butuh dukungan Mama, gitu? Biasanya kan kalau ada orang tua yang menyaksikan sang anak akan semakin bersemangat?" cecar Rose. Lelah rasanya memohon pada putranya itu.
"Sudah berapa kali, Hiro bilang. Mama tidak boleh membandingkan anak sendiri dengan orang lain. Begitupun sebaliknya. Setiap anak itu berbeda. Bahkan, yang keluar dari rahim yang sama saja tidak akan sama. Sebab, genetik sel akan menciptakan kromosom yang berbeda-beda pada setiap kantung telur," tutur Hiro menasihati sang mama hingga wanita yang melahirkannya itu mendadak bungkam.
"Terus, Mama harus kemana? Adek juga gak mau ditunggui, katanya nanti malah jadi grogi," ucap Rose mengadu, berharap sang putra sedikit berbaik hati.
"Mama bisa menunggu di salah satu ruko yang terletak di sebelah rumah sakit. Mama bisa makan sekaligus berbelanja," tutur Hiro memberi saran pada sang mama. Bocah laki-laki yang berusia lima tahun itu memasang senyum manisnya. Senyum yang jarang sekali ia terbitkan di wajah tampan bin menggemaskan itu.
Lagi-lagi, Rose hanya bisa menghela napas pasrah. Terkadang dalam hati kecilnya berkata, apakah anak kembarnya begitu lantaran malu memiliki ibu seperti dirinya. Memiliki ilmu pengetahuan tentang kedokteran tapi tidak memiliki predikat seorang dokter. Menjadi penulis lepas beberapa platfrom novel online tapi belum terkenal. Tapi, setidaknya Rose dapat menghasilan pundi-pundi uang dari sana. Mona, sahabat senasib sepenanggungan. Nyatanya ikut membantu dalam segi materil serta moril.
Mona, yang bekerja sebagai salah satu guru bimbel bahasa asing ini, memiliki gaji yang lumayan besar. Belum lagi kekasihnya juga lumayan royal dan tajir. Rose senang akhirnya Mona dapat keluar dan sembuh dari traumanya. Setidaknya, Ronald adalah pria yang baik.
"Sudahlah, lebih baik aku nongkrong di kafe seberang gedung ini sambil ngetik," gumam Rose. Lagipula, guru yang membawa Hiro pun nanti akan menghubunginya. Ketika, Rose hendak menyebrang ...
Ckiiittt!
"Akh!"
Brakk!
Rose segera menurunkan telapak tangannya yang menutupi wajah. Perasaan tadi dirinya sudah berada di titik penyebrangan yang tepat. Tapi entah kenapa ada mobil sedan yang melaju kencang keluar dari tikungan.
"A–apa aku? Eh, tidak kenapa-napa?" gumam Rose seraya memeriksa keadaan seluruh tubuhnya dari atas hingga bawah.
"Astaga! Sugan gimana sih!" omel wanita cantik bertubuh mungil yang tak lain adalah Vanish. Pria yang mengemudi tak lain adalah, Better.
"Maaf, makanya jangan menggoda ku. Membuat tak konsen saja. Semoga wanita itu baik-baik saja," harap Better, pria berwajah asia dengan rambut ikal yang di kuncir asal. Gayanya masih sama seperti beberapa tahun yang lalu.
Better yang turun segera menghampiri, Rose. "Apakah, anda baik-baik saja? Saya minta maaf," ucap Better penuh rasa bersalah. Kalau bukan karena lantaran Imoy sang istri yang terus menggodanya dengan menunjukkan wajah manisnya itu. Tentu, dirinya tidak akan salah dalam menginjak pedal. Entah kenapa, setiap kali digombali oleh Vanish seluruh tubuhnya akan gemetar.
"Aku, tidak apa-apa. Sebaiknya, lain kali lebih berhati-hati lagi. Apalagi ketika anda keluar dari tikungan. Untung saja, saya tidak punya riwayat penyakit jantung," ucap Rose terdengar sedikit ketus. Bagaimana pun dia kaget. Bahkan, kedua tungkainya sampai lemas.
Sementara itu di dalam mobil, melihat sang suami yang menunduk dan nampak di marahi oleh seorang wanita muda. Vanish memutuskan untuk keluar dan melihat apa yang terjadi.
"Sugan, apakah semua baik-baik saja?" tanya Vanish hati-hati. Ia pun menampilkan senyum penuh penyesalan terhadap Rose.
"Keterlaluan! Bahkan, anda tengah membawa wanita yang sedang hamil!" pekik Rose kala melihat keadaan Vanish yang berbadan dua. Perutnya masih nampak kecil tapi sudah ketara kalau memang keadaan dirinya itu sedang hamil. Tadinya, Rose tidak mau marah. Melihat kenyataan di depan matanya dia jadi gemas.
"Maaf, Nona. Semua salah saya. Tadi kami bercanda di dalam mobil. Terus kelepasan deh," ungkap Vanish agak malu. Sebab, harus membuka aib mereka berdua. Better melirik dan memberi kode agar Vanish diam.
"Ah, aku mengerti sekarang. Kalian pasti pasangan suami istri baru yang lagi mesra-mesranya sampai gak tau tempat waktu dan situasi," celetuk Rose. Dengan tatapan malas. Ia faham apa yang di maksud kelepasan tadi.
"Sebagai permohonan maaf, bagaimana kalau kami mentraktir anda minum segelas CaffeLatte di sana!" tawar Vanish seraya menunjuk kafe di seberang.
"Baiklah, kebetulan saya juga mau kesana," jawab Rose. Lumayan ada yang traktir, pikirnya.
Sementara itu di dalam gedung dimana Hiro tengah mengikuti turnamen Top One Hundred Jenius Kids. Dimana itu adalah turnamen unjuk talenta anak-anak jenius. Di sini, Hiro akan menunjukkan bakatnya menghitung cepat dan memainkan rubik untuk anak usia dini.
Dalam waktu singkat, Hiro harus menyelesaikan tantangan dari para dewan juri. Hiro adalah peserta paling muda, paling tampan, imut dan mempesona. Sehingga sebelum ia beraksi dewan juri sudah terpukau lebih dulu kala melihat wajahnya. Bagaimana cara bicaranya yang lancar, sangat berwawasan, dewasa dan gayanya itu seperti pria yang sudah dewasa saja. Begitu cool tapi, juga menggemaskan.
"Aa ... kau hebat sekali, Hiro. Sejak kapan mulai belajar lima bahasa ini? Lalu, dimana ibumu?" tanya salah satu juri wanita, yang mana pria di sebelahnya menatap Hiro tak berkedip. Begitu juga dengan Hiro yang ada di atas panggung.
"Aku, Hiro. Telah belajar dan menyukai bahasa asing sejak usiaku dua tahun. Semua yang aku kuasai saat ini dimulai ketika aku berusia dua tahun. Dimana balita lain mungkin masih sibuk dengan diaper mereka," jawab Hiro. Tentu saja jawabannya itu membuat audience tertawa dan bertepuk tangan.
"Hei, apakah kalian semua menyadari jika peserta kita begitu mirip dengan salah satu juri tamu. Tuan, Walls Diamond, bagaimana pendapat anda tentang ini?" ungkap pembawa acara event uji talenta tersebut. Dimana anak-anak dari seluruh dunia hadir untuk menunjukkan bakat mereka.
Sontak, ucapan dari Host membuat beberapa penonton berdecak kagum dan setuju. Tak terkecuali dengan Will dan Walls tentunya. " Siapa anak ini, Will? Cari tau tentang dia? Bagaimana bisa di mirip sekali dengan ku ketika kecil," ucap Walls pelan, langsung memberi perintah pada asisten setianya itu.
...Bersambung ...
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
🌸 Yowu-Kim 🌸
Memang anak ini hasil karya elu bang 😎
2024-11-10
1
Renireni Reni
senengnya tiap liat komentar di respon sm authornya....🥰🥰🥰🥰💖💖💖
2022-12-10
4
💮Aroe🌸
itu anakmu, walls😆
rose malah ketemu vanbe😁😁😁
bisa reuni nih🤣🤣🤣🤣🤣 di tunggu yg laen maaaaak😘😘😘
2022-11-05
5