Dengan seluruh kemampuan terbaikku, aku mencoba untuk membuat air mataku tidak turun ke pipiku dan menahan daguku agar tetap tidak menunduk, saat aku menatap kearah mata Mas Al yang begitu dalam.
Sejak mulai saat ini, mungkin adalah terakhir kalinya kami bisa melihat satu sama lain sebagai pasangan suami dan istri. Aku mungkin akan mencoba untuk berani menatap wajahnya, memperlihatkan bagaimana aku bisa melawannya.
"Aku tidak bisa terus seperti ini Putri." Bisik Mas Al dengan suara yang hanya cukup untuk aku saja yang bisa mendengarnya.
Ini semua terasa begitu menyakitkan, mendengar suara suamiku yang menyerah dengan rasa sakit dalam hubungan kami. Aku berjuang untuk nya selama 5 tahun hanya untuk mendengarkan dia mengatakan kata itu kepadaku. Jadi kerja keras ku untuk tetap bersamanya selama ini, hanya terbuang sia-sia begitu saja.
"Aku mohon kepadamu Mas, berikan aku waktu beberapa saat. Aku berjanji untuk memberikan padamu seorang anak disaat yang tepat nanti." Ucap ku berusaha untuk membuatnya mengubah pikirannya.
Aku merasa jika aku merendahkan diriku sedikit saja, mungkin kami bisa menghadapi situasi ini dan perceraian tidak akan terjadi diantara kami.
"Permintaan mu tidak berguna lagi Putri." Ucap Mas Al seraya berdiri dari kursinya, membuat mataku membulat dengan begitu sempurna karena rasa terkejut ku.
Setelah mendengarkan ucapan kasar yang keluar dari mulut suamiku, aku tiba-tiba kehilangan tangis yang ada di dalam diriku. Aku tiba-tiba menjadi begitu marah, mataku dipenuhi dengan begitu banyak kebencian untuk dirinya. Aku lantas menggeser kursi ku dengan anggun, seperti seorang Ratu seolah aku tidak mau menolak peperangan yang dibuat oleh Mas Al.
"Jika memang itu yang kau inginkan, aku akan memberikanmu kebebasan seperti yang kau minta Mas." Ucapku dengan tegas.
Jika kata-kata bisa membunuh seseorang, Mas Al seharusnya bisa mati dengan ucapan tajam yang aku tembakkan kepadanya.
Aku lalu mengeluarkan cincin pernikahan kami dari jari manis ku dan dengan kasar membuangnya di atas meja.
Jantungku berdegup begitu kencang kali ini karena aku yang begitu emosi. Bahkan saat aku melihat kearahnya, aku tidak lagi merasakan hal lainnya kecuali kebencian. Aku tidak berbicara lagi dan langsung membuat langkah lurus keluar dari dalam restoran. Aku tidak lagi memberikan tatapan ku kepadanya, saat aku berada di luar. Aku langsung memanggil sebuah taksi dan dengan cepat masuk ke dalamnya.
Dia dengan begitu mudah mengakhiri apa yang sudah aku perjuangkan selama 5 tahun lamanya. Dia begitu kejam untuk mengakhiri hubungan kami di hari jadi pernikahan kami yang kelima.
Aku tidak menangis, saat aku akhirnya sendirian di dalam taksi ini. Aku bahkan tidak menangis setelah aku melihat sebuah figur pria yang begitu familiar, bertubuh tinggi dan berotot, tampak keluar dari dalam restoran dan berlari ke area parkir untuk mengejar aku. Aku hanya tidak bisa menangis bahkan walaupun semua ini terasa begitu menyakitkan.
Aku bahkan tidak menangis saat taksi yang aku melaju dengan cepat dan dia tetap mengikuti taksi ini. Tapi gagal saat supir taksi itu bermanuver masuk ke dalam jalan tol. Aku berbalik setelah melihat kejadian yang membuat jantungku berdetak begitu kencang.
"Tolong pergi ke rumah sakit Harapan Keluarga." Ucap ku kepada supir dan tidak mengatakan hal lain lagi.
Aku merebahkan kepalaku di kursi belakang dan menutup mataku dengan tenang. Bahkan jika aku ingin menangis, air mataku sudah tidak lagi mau turun dari mataku. Aku tidak tahu kenapa, tapi mungkin karena mental, fisik, emosional, dan psikologis ku yang terasa begitu sakit. Akhirnya aku membuat rasa itu menjauh dariku, karena rasa itu membuat aku merasa bodoh karena rasa sakit itu.
Aku akhirnya perlahan membuka mataku. Tatapan ku melihat ke sisi jendela dari mobil yang masih bergerak itu. Aku hanya menatap kearah bayangan melihat semuanya dengan tidak jelas. Kegelapan malam yang terlihat di jalan tol, mengingatkan aku bagaimana saat ini aku sudah menjadi sendirian.
Bukan hal itu yang ingin aku salah kan. Aku menyadari bahwa aku memang mendapat sedikit masalah juga selama ini atas kondisi kandunganku. Tapi jika suamiku masih mencintai aku, dia tidak akan pernah mempermasalahkan kekuranganku atau masalah yang aku punya dengan kandunganku. Tapi dia akan menyemangati aku dengan kegagalan yang aku punya dengan terus menerima aku dan mendorong ku. Di sisi lain, diriku sangat mencintai Mas Al selama 5 tahun.
Taksi yang aku tumpangi bergerak dengan sangat cepat melewati jalanan tol dan berhenti di depan Rumah Sakit Harapan Keluarga. Aku dengan cepat turun dari dalam taksi dan menutup pintu dengan keras. Jika saja aku tidak mendengar suara klakson dari taksi itu, aku tidak akan mengingat jika aku belum membayar sopir taksi itu.
"Maafkan aku." Ucap ku saat jendela supir taksi itu terbuka dan dengan cepat aku memberikan uang kepada supir itu dengan canggung. "Tolong ambil saja kembaliannya." Lanjut ku dengan wajah yang memerah karena malu.
Aku langsung berbalik dan berjalan menjauhi taksi itu dan mendengar taksi itu langsung tancap gas. Desain eksterior berwarna putih dari rumah sakit yang besar itu menyapa pandanganku saat aku melihat ke dalamnya. Aku benci tempat ini, aku sangat membencinya.
Perutku terasa mual saat perlahan aku mau berjalan kearah lorong yang sangat familiar dari tempat ini. Dimana setiap malam aku menghabiskan waktu di sini.
Jantungku mulai berdegup kencang, saat aku hendak masuk ke dalam sebuah ruangan yang sangat familiar yang membuatku ketakutan. Aku seharusnya sudah terbiasa dengan perasaan ini. Aku sudah melewatinya setiap hari. Aku mengatakan kepada diriku sendiri untuk bisa kuat kali ini.
Aku tidak langsung masuk ke dalamnya, tapi aku berdiri di depan pintu itu menutup mataku dengan tenang. Aku selalu melakukan hal ini setiap hari, lebih tepatnya hampir setiap malam aku mengunjungi dirinya. Ini adalah caraku untuk mengumpulkan keberanian ku. Aku harus masuk melewati pintu ini.
Detak jantungku semakin keras, sehingga aku bahkan bisa mendengarkan suara detak jantungku di telingaku.
'Bagaimana jika aku melihat tempat tidur itu kosong? Bagaimana jika dia tidak bernapas lagi? Bagaimana jika aku datang terlambat kali ini?'
Ketakutan terdalam ku membuat aku dipenuhi ketakutan dan perlahan pintu itu terbuka dan air mata jatuh ke pipiku, bahkan sebelum aku menyadarinya. Padahal aku tidak menangis saat Mas Al meninggalkan aku, tapi aku tidak bisa berjanji untuk tidak menangis saat wanita yang selalu ada dalam hidupku akan meninggalkan aku juga.
Aku menghapus air mataku dengan lengan blouse yang aku gunakan.
"Mama!" Aku memanggilnya saat aku membuka pintu.
Tapi tidak ada respon, aku lantas masuk dengan kaki yang gemetar dan disaat yang bersamaan, tanganku mulai terasa membeku.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
EndRu
kayaknya siap siap nguras emosi ini Kak
2023-03-25
0
Dania🌹
🥺
2022-12-06
0
amalia gati subagio
Drama Queen Gocengan in action, jgn terlalu murahan untuk obsesi absurdnya 😁
2022-11-16
0