Ketika Bayu membuka mata, Bayu mendapati dirinya yang sedang tidur menelungkup di tanah. Lelaki itu bangun dalam masih keadaan linglung. Sementara itu, langit sudah berubah menjadi terang. Matahari sudah muncul dari arah timur. Bayu terkejut dan semakin kebingungan sekali.
Berarti sudah semalaman ia pingsan di sini. Pasti Ibu panik dan mencarinya. Tetapi sepertinya Bayu kurang yakin, apakah ia bisa pulang? Tubuhnya terasa sangat sakit dan pegal semua. Belum lagi perut nya yang teramat lapar karena sejak kemarin sore belum ada sesuap makanan pun yang masuk. Ke mana arah jalan pulang pun Bayu tak mengerti. Tetapi ia sangat bersyukur, tubuhnya masih utuh dan baik-baik saja kecuali luka akibat terjatuh. Ternyata Tuhan masih sayang kepadanya yang sering melupakan itu.
Bayu berusaha duduk lalu mengangsur sedikit tubuhnya untuk menyandar di pohon besar. Ia merenung, bagaimana caranya agar ia bisa pulang? Kalau begini keadaannya, Bayu tidak yakin apakah bisa turun dalam keadaan selamat. Ah, tetapi itu pikiran yang amat berlebihan sekali. Pasti aku selamat, pikirnya.
Namun sudah beberapa menit berlalu, kebuntuan tetap saja menghampiri. Tidak ada jalan lain kecuali memaksakan diri untuk turun bukit secara perlahan-lahan. Meskipun Bayu sendiri tidak tahu, ia akan sampai di mana ….
Baru sekitar dua meter melangkah, Bayu kembali tersandung. DUK!
“Astaga! Monyet!” umpatan kesal. Kenapa Bayu harus tersandung lagi di tempat yang sama dan karena benda yang sama? Lantas karena kesal, Bayu menendang benda yang sedikit menyembul dari dalam tanah itu dan—Duk!
Benda itu sedikit lebih keluar dari yang terakhir kali ia lihat.
“Aww, sakit brengsek ….”
Tapi kalau diperhatikan, benda itu mirip sebuah kotak besi. Lantaran karena penasaran, Bayu mencoba mencongkel benda itu dengan ranting kayu. Berusaha mencongkelnya sampai bawah, sehingga benda itu bisa terlihat keseluruhan. Lalu mengangkatnya dari dalam tanah itu. Benda itu adalah kotak besi berukuran kurang lebih dua puluh kali sepuluh senti.
“Wahah, jangan-jangan harta Karun, nih. Kaya mendadak, aku,” kata Bayu bergumam. Setelah membersihkan kotak itu dari tanah-tanah yang menempel.
Terlalu senang membuatnya sedikit melupakan rasa sakit. Dengan segera, Bayu membukanya meskipun kesulitan. Ya, sangat keras sekali hingga ia terpaksa mengeluarkan tenaga dalam sampai urat-uratnya terlihat. Tetapi terlalu berharap membuatnya begitu kecewa, setelah kotak itu terbuka dengan sempurna, kotak itu hanya berisi sebuah patung batu seperti—putri raja, menggunakan sanggul dan berpakaian adat Jawa. Seperti itu kurang lebihnya.
“Ah, sial! Kukira ini harta karun. Ternyata hanya patung jelek tua hitam.” Bayu meletakkannya lagi ke tanah dan memutuskan untuk melanjutkan lagi perjalanan secara perlahan. Bayu turun ke arah utara, seperti dari mana awal ia berangkat, dengan patokan dari mana arah matahari terbit dan terbenam. Tetapi Bayu merasa tanah kembali berguncang-guncang.
“Astaga, ini aku yang sedang pusing atau memang ada gempa?”
Bayu berpegangan pada pohon sampai gempa itu berhenti. Dalam kebingungan saat ia melihat ke sekitar, namun tiba-tiba Bayu tersentak saat ia melihat sosok lain di belakangnya. Seketika mata Bayu membulat melihat sosok itu. Lututnya menjadi kaku dan sulit untuk di gerakkan. Tubuhnya merinding sekali. Seketika udara menjadi begitu dingin ia rasakan. Jangan-jangan, dia jelmaan ratu iblis, siluman ular, siluman macan atau—pikirnya macam-macam.
“Siapa kau?!” tanya Bayu kepada sosok wanita itu. Cantik memang, tapi pakaiannya sungguh sangat aneh sekali. Perempuan itu berwujud, bukan samar-samar seperti setan-setan yang terlihat di televisi. Kakinya yang beralaskan sepatu indah menapak tanah dengan sempurna.
“Aku Roro Putri Ageng,” katanya memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangan. Tapi Bayu enggan menyambut. Ia masih bergeming dalam keterkejutan.
“Aku tersesat di sini, jangan kau apa-apakan aku. Aku tidak berbuat jahat di daerahmu,” kata Bayu membela diri. Siapa tahu ratu itu menduga ia akan merusak atau mengusik tempatnya.
“Aku tidak ada urusan dengan tempat ini, aku hanya mengucapkan terima kasih karena kau membebaskanku dari hukuman.”
“Hukuman?” Bayu semakin tidak mengerti.
“Iya, kau mengeluarkanku dari dalam kotak itu,” kata wanita itu sambil menunjuk kotak yang tadi, kemudian mengambilnya. "Hanya orang-orang tertentu yang dapat membebaskanku dari hukuman, dan kaulah satu-satunya orang itu,"
Tubuh Bayu semakin bergetar. Tapak kakinya seakan melayang tak menapak tanah. “Berarti, k-kau setan?” Bayu langsung berteriak kencang. "Pergi, kau setan! Pergi!” Bayu melempari wanita itu dengan tanah.
“Tidak, aku bukan dari golongan itu. Aku mohon hentikan perbuatanmu. Kau melukaiku.” katanya sambil menutup wajahnya agar tak terkena lemparan tanah.
Mana ada wanita cantik dalam bukit kecuali setan. Mana ada manusia jaman sekarang dengan pakaian seperti itu. Mana ada? Batinnya bergejolak. “Bohong, kau! Setan suka sekali menipu manusia.”
“Berhentilah kau melempariku!” Perempuan itu mengusap tubuhnya yang terlempar oleh tanah.
Bayu segera berlari sekuat tenaganya untuk menghindari wanita itu. Tetapi wanita yang dianggapnya setan tersebut malah mengikutinya di belakang. “Kau jangan mengikutiku, bodoh!” makinya amat kesal.
“Aku tidak tahu harus ke mana, aku ingin ikut denganmu. Ku mohon kau jangan pergi dulu.”
“Aku tidak mau diikuti oleh iblis sepertimu!”
“Aku bukan iblis, ayolah. Kau berhenti berjalan cepat, aku lelah.” wanita itu berhenti membiarkan Bayu meninggalkannya. Tetapi setelah jauh melangkah, Bayu kembali berhenti. Lelaki itu bersembunyi dibalik pohon untuk melihat diam-diam wanita yang ia tinggal. Wanita itu sedang berjalan perlahan dengan wajah kebingungan dan sesekali memeluk dirinya sendiri yang berpakaian sedikit terbuka bagian atasnya.
Wanita itu berkulit kuning langsat, memakai sejenis kemban berwarna hitam. Bawahnya dililit jarik berwarna putih batik dan berselendang merah. Rambutnya disanggul dan memakai konde. Sama persis seperti patung yang dikeluarkannya dari kotak besi.
Atau dia artis yang sedang syuting film kolosal di bukit ini? Semacam film Wiro sableng misalnya?
Sebenarnya, Bayu sedikit tidak tega melihatnya. Apalagi pada saat wanita itu kelelahan dan duduk mengipas-ngipas tubuhnya sendiri dengan ujung selendangnya.
Oh, Ya Tuhan … iblis jenis apa ini? Kenapa dia tidak menghilang atau terbang saja. Bukankah mereka mempunyai kekuatan?
Lantaran merasa kasihan, Bayu kembali mendekat dan mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Wanita itu mendongak dengan tatapan matanya yang begitu teduh. Ah, Bayu tak sanggup melihatnya. Ia takut tergoda.
“Aku yakin, kau kembali,” katanya mengawali pembicaraan. “Aku mohon, aku ingin ikut denganmu.”
Bayu tak merespons, dia diam saja.
“Kau masih tidak percaya kalau aku sama sepertimu?” tanya wanita itu lagi. “Bukannya kau tadi bisa memegang tanganku, aku bukan bayangan. Aku ini nyata. Hanya saja, aku bingung setelah aku bisa bangun lagi.”
Wanita itu memotong jalannya. “Ini ada di tahun berapa?”
“Dua ribu tiga belas,” Bayu menjawab.
“Hah?!” katanya dengan mata membelalak sangat terkejut. Nafasnya terdengar sangat sesak. “Aku—aku lahir pada abad ke delapan. Tahun delapan ratusan.”
“K-kau!” lirih Bayu seperti tercekik. Ternyata—dia adalah seorang iblis nenek moyang tua bangka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
rinny aphrystanti
mahluk jenis apa itu ya ...
keluaran jaman dulu tapi masih cantik...
2022-11-06
0