5

Matahari mulai terbenam, aku sudah memakai gaun yang sudah kupersiapkan tadi. Seperti biasa aku terlihat sangat cantik, pasti ayah sangat bangga melihat anak gadisnya secantik ini.

Tok tok tok

Pintu terbuka sebelum aku membukanya, terlihat 3 temanku. Mereka menganga melihat diriku, ekspresi muka mereka sangat lucu hingga membuatku tertawa.

“Karin kau sangat cantik”

“Benar”

Aku tersenyum malu, pipiku merah dan udara kembali memanas tapi aku sedikit bingung. “Kenapa kalian memakai seragam bukankah kita akan berpesta?”

“Erik kau sangat jahat” Gadis mencubit Erik yang berada di sampingnya. “Benar Karin, tapi memang kita tetap memakai seragam walaupun kita ada pesta”

Mereka bertiga masuk ke kamarku, Erik duduk di kasurku. Gadis dan Erly ke mejaku, melihat-lihat riasanku.

“Kalau gitu berikan aku seragam seperti kalian, kalau tidak aku tidak ingin keluar”

Erly dan Gadis menarik untuk duduk di kursi, mereka memberikanku pewarna merah pada bibir. “Kalau begini, tidak terlihat pucat” Gadis merapikan rambutku. Mereka sama sekali tidak mendengarkanku.

Tiba-tiba ada Master Laiz di depan pintu. “Kau cantik sekali Karin, ayo cepat kan Karan akan datang”

“Master berikan aku seragam seperti mereka, kalau tidak, aku tidak mau keluar” mohonkh kepada Master Laiz dengan aku menggenggam tangannya. “Ayolah master, masa nanti aku berbeda sendiri, aku malu”

Master Laiz menggelengkan kepala. “Kau cantik hari ini, tidak perlu malu” aku lepas tangannya, aku duduk di kasurku bersama Erik “Karin, ayo Karan sudah sampai di stasiun teleportasi”

Aku tidak menghiraukannya. “Berikan aku seragam ini, maka aku akan keluar”

Master Laiz dan 3 Penjaga temanku ini sangat gemas padaku. Master Laiz telah memberikan kode ke mereka, seketika mereka mengangguk.

Tiba-tiba Erik menggendongku dengan kedua tangannya. “Yang tenang atau kau akan jatuh”

“Turunkan aku Erik atau tidak akan kulaporkan kepada Abi” protesku kepada Erik yang menggendong tubuhku secara tiba-tiba. Aku hanya bisa pasrah, Master Laiz, Erly dan Gadis tertawa di belakang.

Erik membawaku ke lapangan besar dekat gerbang utama, semua sudah siap di sana. Para Penjaga dan guru pun tersenyum melihatku. Dan aku merasa paling aneh di sini.

Aku mengikuti Erik, Gadis dan Erly, untuk berbaris di paling depan. Apakah harus di barisan depan, aku sangat malu. Master Laiz yang berada di depan gerbang, mengangkat 2 jempolnya padaku dan aku membalasnya dengan memutar kedua bola mataku.

Sebenarnya Penyihir di sini bukan hanya aku, karena banyak Penyihir yang akan naik ke tingkat 1, tingkat 2 ataupun tingkat 3. Tapi hanya akulah Penyihir yang datang ke pesta ini. Penyihir lain malas datang ke pesta atau kegiatan para Penjaga di sini.

lapangan yang dipenuhi oleh para Penjaga, diterangi oleh api-api berwarna putih di setiap tiang yang ada di sini.

Masker Laiz memberikan isyarat kepada kita semua bahwa Karan sudah sampai. Pintu gerbang terbuka terlihat sosok pemuda tampan yang tinggi, memakai jubah berwarna putih.

Seketika satu lapangan menyambutnya bertepuk tangan. Api-api putih itu keluar menjadi sebuah kunang-kunang dan mengitari Karan.

Gadis dan Erly mereka tidak ada di sampingku, mereka merapikan Penjaga-Penjaga kecil yang ada di belakang. Aku menarik baju Erik.

“Iya dia Penjagamu, sangat tampan bukan”

Aku hanya mengangguk-angguk, auranya sangat kuat. Dilihat dari jauh, dia tingginya melebihi Master Laiz. ‘Bagaimana bisa dia berumur 15 tahun tapi tingginya melebihi Master Laiz’'

Dia tidak melihatku sedikit pun, bahkan melihatku saja tidak. Dia hanya berjalan lurus dengan karismanya yang memukau, banyak para gadis Penjaga yang berebut untuk melihatnya.

Guru Cakra yang menyambut dengan senyuman lebarnya dan memeluknya sebentar, begitu pun para guru lain. Setelah bersalam-salaman mereka berjalan menuju aula.

Aku sedikit kesal karena dia tidak melihat. Aku tidak mau mengikuti mereka ke aula dan memilih untuk pergi ke kamarku namun Erik tanganku dalam genggamannya, aku sudah bilang padanya kalau aku tidak mau ikut.

“Karin dia memang seperti itu” Erik menarikku paksa untuk mengikutinya, semua orang di lapangan sudah pindah ke aula, dan hanya aku dan Erik di lapangan. “ayo Karin dia pasti pulang lebih cepat hanya untuk bertemu denganmu”

Aku dan Erik adalah orang yang terakhir memasuki aula, gadis dan Erly memanggil kami untuk duduk di kursi paling depan, Erik menuntut dengan genggamnya.

“Karin kau lama sekali” gadis yang menepuk tempat duduk di sebelahnya. “hai Erik lepaskan tangan Karin, kau tidak lihat Karan memperhatikanmu”.

Erik langsung melepaskan genggamannya. “Mati aku”. Gadis dan Erly tertawa melihat kelakuan Erik, sempat aku melihat wajah Karan yang tidak berekspresi, ia hanya menatapku dengan datar.

Guru Cakra memberikan sepatah dua patah kalimat menyambut Karan, lalu mereka duduk di tempat yang sudah disiapkan. Kursi mereka menghadap kami lalu masuk para Penjaga yang masih kecil mereka datang dari sisi kiri dan sisi kanan, mereka menyanyikan lagu dan menari menghibur Penjaga kebanggaannya.

“Kau kenapa Karin?” tanya Erly yang berada di sebelah Gadis. Melihat aku cemberut Gadis dan Erik mendapatkan wajahnya di bahuku dan Erly di pundaknya gadis.

“Aura Karan sangat kuat” jawabku dengan lurus menatap Karan, dia terlihat sangat tegas dan dingin.

“Iya benar” jawabnya Gadis, Erly , Erik dan Master Laiz. Sontak kami berempat menoleh ke arah kanan, di sana ada Master Laiz yang sedang duduk di samping Erik.

“Master kau jangan menguping” protesku dan dia hanya tersenyum, kita kembali di posisi yang sebelumnya.

“Sepertinya aku lebih pantas menjadi Penjaganya dibandingkan menjadi tuannya” dengan menghela nafas yang panjang.

“Iya benar”

Pertunjukan para Penjaga kecil telah selesai, sebenarnya itu penampilan yang memukau namun aku terlalu fokus menatap Karan yang sedang berbicara pada guru Cakra.

Setelah pertunjukan selesai, pesta pun dimulai. Ada yang sedang menari asal-asalan, ada yang menyanyi, ada juga yang sedang makan makanan camilan yang sudah disiapkan. Puluhan kursi pun sudah dirapikan di sisi aula. Master Laiz mengajak kami berempat foto bersama, dia bilang jarang ada Penyihir yang ikut di acara para Penjaga karena mereka menganggap rendah para Penjaga.

Kamera terbang datang menghampiri kami. Kami berfoto formal, aku di tengah Gadis dan Eric di sebelah kiri sedangkan Erly dan Master Laiz di sebelah kananku. Kamera itu memotret kami, tanpa kilatan cahaya fotonya pun langsung keluar dari kamera. Kami memegang satu persatu fot.

“Master Laiz” suara serak-serak itu berasal dari sosok laki-laki pemeran utama alasan mengadakan pesta ini. Suara itu membuat kami menoleh ke belakang. Aku cukup terkejut melihatnya sedekat , dia begitu tinggi alisnya tebal, hidungnya mancung, rambutnya sedikit panjang sehingga dia ikat.

‘Dia sangat tampan'

“Apa aku boleh ikut berfoto”

“Tentu saja ayo, Gadis tolong beri ruang” perintah Master Laiz. Aku hanya diam termenung sejenak melihatnya, dia berjalan dengan tersenyum tipisnya padaku. Dia sudah di samping kiriku. Kami pun berfoto lagi, foto pertama bergaya formal dan foto kedua gaya bebas, Karan merangkulku dan aku dengan refleks merangkul pinggangnya.

“Aku ingin berbicara dengan para guru” alasan Master Laiz setelah selesai foto.

“Aku juga” alasan yang sama Gadis, Erly dan Erik. Aku tahu mereka hanya ingin meninggalkanku berdua dengan Karan .

“Kau sangat cantik” Karan memulai pembicaraan, dia membuat pipiku memerah karena malu.

“Kau juga terlihat tampan dan tinggi” balasku dengan tersenyum. Aku baru sadar ternyata Karan masih merangkulku. Dia menatapku sangat dalam, dia tersenyum dan mengelus lenganku. Rangkulannya lepas, dia menarik tanganku dan menaruhnya di dalam lengan sikutnya. Saat ini kami berjalan menuju kursi yang berada di sisi aula.

“Bagaimana ujianmu?” tanya aku untuk memulai percakapan. Karan menatapku lagi dan tersenyum.

Dia mempersilahkanku duduk dan di dan dia duduk disamping-Ku. Dia menyandarkan kepalanya di bahuku, tangannya pun mulai menggenggam jari-jemariku.

“Sangat sulit” aku sedikit kaget dengan tingkahnya. “di sana tidak bisa menggunakan sihir hanya bisa menggunakan kekuatan dalam diri”

Tanpa sadar aku mengelus kepalanya, kutarik lagi tanganku dan melihat-lihat sekitar. Terlihat Master Laiz dan ketiga Penjaga temanku, mereka mengacungkan jempol mereka dan bertepuk tangan padaku.

Sebenarnya aku sedikit kesal pada mereka yang meninggalkanku berduaan dengan Karan tapi di sisi lain aku senang bisa berbicara berdua dengan Penjagaku.

Kami tidak banyak bicara hanya menanyakan hal-hal sederhana, sempat aku menyuruhnya pergi untuk tidur istirahat. Aku tahu dia pasti sangat lelah namun dia menolak, dia tidak mau memberitahu alasannya. Dia tertidur sampai acara pesta penyambutannya selesai.

Ia mengantarkan aku ke kamar. Dia terlihat sangat lelah, selama di perjalanan ke kamarku dia masih menggenggam jari-jariku. Tangannya sangat dingin sedangkan aku sangat panas karena rasa malu.

“Besok kita tidak bisa bertemu, aku akan istirahat total besok” Karan yang membuka pintu kamarku dan melepas genggaman dengannya.

“Iya tidak apa-apa, istirahat lah kau terlihat sangat lelah” jawabku dengan menepuk tangannya dua kali. Aku masuk ke kamarku dan tersenyum padanya.

“Selamat malam”

“Selamat istirahat”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!