“Apa kakak sedang bercanda? Apa kakak tidak takut dengan amukan beruang kutup itu
kalau tidak memenuhi keinginannya terpenuhi?” tanya Yunma.
“Aku tidak bercanda, aku serius dengan perkataanku.” Damian membalas tatapan tajam Reno yang merasa tidak terima.
“Apa maksudmu? Berani-beraninya kamu menolak permintaanku untuk menikahi
adikmu--" ucap Reno tapi Damian langsung memotong pembicaraannya.
“Kakak manapun tidak setuju kalau ada seorang pria yang memaksa adik tersayangnya dipaksa menikah tanpa meminang baik-baik dan mengikuti adat istiadat daerah. Apalagi, pernikahan ini bukan atas dasar cinta dan tidak tercantum nama adikku. Adikku masih kuliah dan belum bekerja. Bisa saja menghancurkan masa depannya menikah dengan Pak CEO yang terhormat seperti dirimu. Apa ada jaminan dengan kehidupan adikku setelah menikah? Apa kamu mau meminang adikku sesuai adat
istiadat daerah kami yang keturunan blesteran Indonesia?” tanya Damian menatap
Reno berdiri di hadapannya setelah tadi menerima penolakannya secara mentah dan
hendak mengeluarkan sikap aslinya tapi ditahan oleh Damian.
“Ayo jawab?” tanya Damian lagi.
“Apakah penting saya harus menyetujui permintaan kalian?” Reno memberikan tatapan meremehkan pada Damian dan Yunma yang sudah berdiri di hadapannya.
“Tentu saja penting Pak CEO, jika Pak CEO pria baik-baik, pasti menuruti semua permintaan kami sebagai rakyat jelata.” sahut Yunma cepat.
“Kalian mempersulit diriku atas kebaikan hatiku yang menampung rakyat jelata seperti
kalian. Saya hanya meminta baik-baik adikmu saja tapi kenapa banyak drama,” ucap Reno membuat Yunma dan Damian mengepal kedua tangannya merasa kesal. Ada
rasa sakit tapi tak berdarah, ada rasa panas tapi tidak kebakaran. Itulah yang
dirasakan oleh kakak dan adik menerima penghinaan bertubi-tubi dari Reno dan
keluarganya.
Sumpah demi apapun, Yunma tidak suka harga dirinya diinjak-injak. Ia akan mengancam Pak CEO biar sadar atas perkataannya salah besar.
“Jika Pak CEO hanya bermain-main dengan saya, maka biarkan saya dan kakak saya pergi
karena kami tidak pantas hidup bersama orang kaya seperti kalian. Kami sadar
diri kalau kami hidup kami berbeda kasta dengan kalian, tapi kami memiliki
harga diri.” Yunma menarik tangan Kak Damian untuk pergi jauh-jauh dari manusia
berhati iblis dan ia akan mengundurkan magang di perusahaan Reno setelah
kejadian malam ini.
“Kalau begitu saya permisi dulu,” ucap Yunma pamit undur diri dan membawa Kak Damian
melangkah pergi dari ruangan.
Papa Ilham dan Mama Ratna yang menjadi penonton setia dari drama pertikaian itu. Mereka merasa heran dengan kedua manusia berani menentang anak semata wayangnya itu. Papa Ilham baru menyadari Reno telah membodohi dirinya dan istri tercinta.
“Hei anak bodoh! Gak ada otak kamu berani membohongi kedua orang tuamu yang
membesarkanmu dari kecil hingga sukses. Cepat kejar wanita itu kalau kamu tidak
mau diguncing dan dianggap tidak laku oleh semua masyarakat atas kegagalan
pernikahanmu,”
“Tapi Pa, wanita itu mulutnya pedas ditambah lagi dengan kakaknya itu tidak ada
takut-takutnya aku ancam mereka.”
“Benar kata Papamu, Ren. Mama juga tidak mau teman sosialita mama membicarakan kamu. Mama rasa wanita itu baik-baik dan keturunan blesteran Indonesia. Besar
kemungkinan, wanita itu menganut budaya timur yang kental dengan menjaga
dirinya. Kamu pasti tidak meragukan anak yang lahir dari rahimnya jika wanita
itu suci. Lebih baik kejar saja wanita itu bujuk dia dengan cara baik-baik.
Jika wanita itu bersikeras tidak menerima lamaranmu, beri jalan kotormu yang
hobi mengancam dan menyiksa orang lain.” sambung Mama Ratna ikut bergabung
berbicara dengan anak dan suaminya.
Ada titik dukungan besar yang Reno dapatkan dari kedua orang tuanya. Ia menatap kedua
orang tuanya untuk meminta restu dan senyuman tulus terbit dari bibir mereka.
“Baiklah, aku akan mengejar wanita itu tapi
bagaimana dengan kakaknya?”
“Jangan terlalu dipikirkan, mama dan papa akan mengurus kakaknya dengan memberikan banyak uang untuk menutup mulut.”
“Okey, aku setuju, kalau begitu aku pergi dulu.” setelah mengatakan itu Reno melangkah
pergi dari ruangan dan mengejar Yunma yang pergi entah kemana.
Sementara di tempat lain, Yunma menarik tangan Damian agar mempercepat langkah kakinya untuk menjauhi gedung mewah pencakar bumi itu.
“Kakak bawa motor?” tanya Yunma ditengah perjalanan mereka menuju ke area tempat
parkiran.
Damian menoleh sekilas menuju ke arah wajah Yunma memerah menahan marah.
“Iya, kakak bawa motor. Motornya kakak parkirkan disana, kalau kamu merasa capek bisa tunggu disini saja.”
“Tidak kak, aku lebih baik ikut bersama kakak saja. Aku tidak ingin tertangkap oleh
Pak CEO tidak tahu diri itu.”
“Baiklah.”
Yunma dan Damian berjalan menuju tempat parkiran motornya dan mengeluarkan motor
secara cepat agar memudahkan mereka keluar dari gedung tinggi terkutuk ini.
Setelah berhasil mengeluarkan motor yang area parkiran, Damian menstarterkan
laju motornya dan ia menyuruh Yunma yang berdiri di sebelahnya agar duduk di kursi pengemudi.
“Yunma tidak menyesal?” tanya Damian memastikan.
“Tidak.” jawab Yunma.
“Tidak memikirkan konsekuensinya nanti?”
“Tidak.” perkataan Yunma membuat Damian mengangguk setuju dan ia melihat Yunma langsung menaiki motornya.
“Baiklah, kita pergi sekarang.”
Kini motor telah melaju meninggalkan area parkiran gedung mewah yang disewa oleh
keluarga Reno. Mereka telah memasuki jalan raya dan banyak orang-orang berlalu lalang.
Jalanan mulai sepi disaat malam kian larut dan Yunma merasakan dinginnya angin malam menerpa kulitnya. Yunma menatap ke arah jam tangannya menunjukkan pukul 9
malam, itu sudah melanggar aturan keluarga mereka.
“Kak, terima kasih sudah membantuku agar terlepas dari Pak CEO tidak tahu diri,” ucap
Yunma.
“Sama-sama Yun, sudah kewajiban kakak untuk melindungi adiknya dari bahaya.” sahut Damian.
“Aku sempat bodoh kak atas ancaman Pak CEO, padahal aku hanyalah mahasiswi magang saja di perusahaannya. Lalu, kenapa aku harus patuh sepenuhnya padanya. Aku
magang kuliah tidak digaji dan aku sukarela melaksanakan magang kuliah kerjaku, kak.”
“Jangan bahas masalah itu lagi, anggap permasalahan tadi hanyalah kentut yang berlalu.” Yunma tertawa kecil mendengar penuturan kak Damian. Sekilas, ia melihat
pantulan kaca spion motor kak Damian. Ia menyerhitkan keningnya merasa binggung
dengan ada mobil mewah yang mengikuti laju jalan mereka.
Apalagi melihat lambang mobil berbentu bintang bertuliskan R. Dapat dipastikan mobil
mewah itu milik keluarga Pak CEO. Tidak mau ambil pusing, Yunma memberitahu kak
Damian agar mempercepat laju motornya.
“Kak, dua mobil di belakang kita itu milik perusahaan Pak CEO. Bisa tidak mempercepat laju motor kakak?” tanya Yunma hampir saja Damian mengerem mendadak karena terkejut atas perkataan adiknya.
“Benarkah?” Damian menoleh ke arah kaca spion motor dan ada rasa geram tingkat dewa pada hatinya.
“Baiklah Yun, tolong pegangan yang kuat pada tubuh kakak. Kakak akan mengeluarkan jurus balapan liar kakak.”
“Siap kak.” Yunma mempererat pegangan di pinggang kak Damian dan laju motornya
benar-benar seperti pembalap kelas tinggi.
Untung saja Yunma mengencangkan tali helm di kepalanya, jadi tidak ikutan terbawa
angin. Yunma terus memeluk pinggang kak Damian membuat Damian merasa tidak
nyaman.
“Yun, tolong jangan terlalu kencang memeluk kakak,”
“Tidak kak, kakak terlalu kencang mengemudi motor dan aku takut terjatuh.”
Yunma menatap kaca spion yang ternyata sudah tidak ada dua mobil yang mengikuti
mereka dari arah belakang. Yunma tersenyum bahagia karena dirinya terselamatkan, biarkan saja konsekuensi yang didapatnya nanti. Hal terpenting saat ini, ia bisa lolos dari Pak CEO kejam. Tapi, senyumannya seketika berubah
dan tergantikan dengan suara histeris.
“Kak Damian, awas ada mobil!” teriak Yunma kencang dan membuat motor yang ditumpangi mereka tertabrak oleh mobil hingga kedua bola mata Yunma terasa gelap gulita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments