Papa Ilham dan Mama Ratna hanya menghela nafas atas perlakuan anak semata wayangnya.
“Reno, siapa wanita muda ini? Kenapa kamu mengajaknya menikah? Kamu sudah Papa
jodohkan dengan Meri anak rekan bisnis papa?” tanya Papa Ilham sambil melirik
ke arah Yunma membuat Yunma menundukkan kepalanya.
“Iya Reno, kamu jangan malu-maluin Mama dan Papa? Kalau kamu membatalkan acara
pernikahanmu dengan Meri.” sambung Mama Ratna.
Bukannya Yunma merasa sedih, ia bersorak bahagia saat kedua orang tua Reno memberikan akses jalan dirinya untuk kabur dari masalah Reno yang menariknya masuk ke dalam kehidupannya.
“Akhirnya, ada orang yang perduli padaku kalau aku setengah hati menikah dalam acara
pernikahan darurat ini.” Yunma tersenyum bahagia mendengar perdebatan sengit
antara anak dan kedua orang tuanya.
“Tapi pa, ma, Reno tidak mencintai Meri. Reno ini laki-laki perkasa dan tidak mau menikah dengan wanita bekas,” ucap Reno masih mengikuti pendirian kerasnya agar mendapatkan wanita baik-baik untuk melahirkan anak-anaknya. Reno tidak ingin
mendapatkan Meri yang memiliki having *** dan tidak suci lagi.
“Reno!” teriak Mama Ratna dan Papa Ilham.
“Sudahlah Ma, Pa, jangan berteriak-teriak seperti orang hutan. Kita bisa berbicara
baik-baik untuk menyelesaikan pernikahan yang tak ku inginkan ini. Jika mama
dan papa merasa malu atas kegagalan pernikahan konyol ini lebih baik mama dan
papa mengikuti saranku agar aku menikahi mahasiswi magang di perusahaanku
walaupun pernikahan terasa darurat.” jelas Reno panjang lebar pada kedua orang
tuanya.
“Pak CEO, ikuti saja perkataan kedua orang tuamu. Biasanya, pilihan orang tua itu
terbaik untuk anaknya,” ucap Yunma dalam hati dan tidak berani mengatakan
secara langsung karena ia tidak ingin suasana semakin rumit.
“Reno, jangan seperti ini kamu tidak merasa kasihan sama mama dan papa menanggung
beban dengan putusnya tali sirahturahmi rekan bisnis papamu.”
“Cih, sudahlah Ma, pa, jangan membela Mesi yang terkenal wanita simpanan om-om itu ia
tidak pantas bersanding denganku. Buat apa memiliki istri yang tidak perawan. Bukankah pernikahan itu sakral dan pilihan pasangan hidup ditemani sampai mati
atas dasar cinta. Jika tidak cinta, hidup terasa hambar dan tidak nikmat dengan
salah satu pasangan tidak bisa menjaga kesuciannya.”
Yunma masih dengan posisinya berdiri di sebelah Reno dan memasang telinganya dengan tajam untuk mendengarkan semua perdebatan tak biasa itu.
Yunma menyadari perkataan Reno ada benarnya, bukan rasisme atau menghasut orang lain. Yunma memahami Reno menginginkan Reno memiliki seorang wanita baik-baik untuk dijadikan istrinya dan mencintainya. Lalu, bagaimana dengan dirinya hanyalah orang asing dan tidak mengenal dekat Reno dan kedua orang tuanya.
Yumma terus merapalkan doa dalam hati agar kedua orang tuanya membatalkan pernikahan darurat dan tak diinginkan Yunma. Senyuman di bibir mungilnya terlihat jelas
dikala penolakan mentah-mentah orang tua Reno pada dirinya. Mulai dari
membanding-bandingkan kehidupan dirinya sebagai rakyat jelata hingga asal-usul
dirinya yang memiliki keturunan bangsawan.
“Teruslah menolakku agar aku tidak terjerat dalam permasalahan keluarga kalian!” kata
Yunma dalam hati. Ia menatap ke sekeliling ruangan, ada beberapa keluarga
keturunan bangsawan, pak penghulu dan saksi pernikahan darurat.
“Dimana keluarga Mesi? Bukankah hari ini pernikahan putri mereka dengan Pak CEO. Kenapa tidak ada satu perwakilan pun yang datang apalagi pengantin wanitanya?” salah
satu pertanyaan mulai menguasai pikiran Yunma. Belum lagi, kedua kakinya terasa
capek karena berdiri sedari tadi.
“Masa bodoh dengan pengantin wanita dan keluarganya, kakiku lelah dan aku butuh
beristirahat.” Yunma menoleh kesana-kemari untuk mencari tempat duduk dan tidak
ada kursi kosong untuk diduduki kecuali kursi pengantin.
Yunma mengalihkan pandangannya dari kursi pengantin menuju ke arah Reno dan kedua
orang tuanya yang terlihat serius memenangkan perdebatan sengitnya. Ia tampak berpikir sejenak untuk merenungkan permasalahan rumit yang tidak pernah terjadi
di kehidupannya.
“Jika aku pergi sekarang, Pak CEO pasti memberikan nilai jelek pada kegiatan magang
kuliah kerjaku. Jika aku duduk ke tempat pengantin, aku dikira mau menikah
dengannya.” kata Yunma dalam hati. Ia menimang-nimang pilihan hatinya untuk
mengambil keputusan yang tepat.
“Baiklah, lebih baik aku duduk di kursi pengantin dulu untuk mengistirahatkan kedua
kakiku dulu dan menunggu keputusan akhir dari perdebatan sengit mereka.” Yunma
mengabaikan pembicaraan serius mereka, ia mengampiri kursi yang disedikan untuk
pengantin.
Yunma tersenyum manis menyapa semua orang-orang yang menatap takjub dirinya yang mengenakan gamis brukat saja dihiasi make up tipis-tipis di wajah imutnya.
“Permisi, saya izin duduk dulu. Kedua kaki saya terasa pegal,” ucap Yunma dan dibalas
anggukan saja.
Yunma hanya diam menyaksikan Reno yang terus membela dirinya dan bersikeras untuk
menikahinya.
“Pak CEO ini berani sekali mempermainkan pernikahan. Tidak takut apa pilihannya bisa
menghancurkan masa depannya karena menikahiku bukan atas dasar cinta tapi
melangsungkan pernikahan darurat.” lirih Yunma pelan tapi masih terdengar jelas
oleh pak penghulu.
“Maaf Nona, ada yang bisa saya bantu?” tanya Pak penghulu membuat Yunma yang
berbicara sendiri langsung terdiam dan tersenyum paksa.
“Eh, tidak ada pak.” jawab Yunma sekenanya diringi senyuman manisnya. Tapi, senyuman
manis Yunma tidak bertahan lama saat mendengar perkataan orang tua Reno.
“Baiklah Reno, jika kamu merasa bahagia atas wanita pilihanmu. Maka, Papa dan Mama menyetujui perkataanmu untuk menikahi mahasiswi magang itu asalkan kamu melepaskan Mesi dan kedua orang tuanya.”
“Tenang saja, pa, ma. Aku akan melepaskan mereka dan tidak menyakitinya lagi. Asalkan
mereka tidak menganggu hidupku ataupun mengacawkan keinginanku. Walaupun aku
suka berkelahi tapi aku tidak akan menghilangkan nyawa orang.” Reno menatap
sekilas menuju ke arah Yunma yang terlihat membuka mulutnya lebar.
“Satu lagi, tutup mulutmu, Yunma! Aku jijik melihat air liurmu menetes!” Yunma
langsung menutup mulutnya dengan rapat dan ia mengusap sudut bibirnya tidak
basah.
Yunma memberikan tatapan tajam pada Reno yang berani mengajaknya bercanda disaat
waktu tidak tepat.
“Gayanya saja tadi berbicara formal padaku, di depan kedua orang tuanya saja masih tidak
lancar merangkai kata tepat.” ejek Yunma dalam hati.
Yunma menatap kedua bola mata malas melihat adegan teletabis yang berpelukan bersama itu. Tadi, adu perdebatan sengit seperti tom and jerry dan berubah seperti teletabis saja. Huh, sungguh menyebalkan.” Yunma memonyongkan bibirnya merasa kesal atas drama yang dilihatnya secara langsung.Yunma membenarkan poni panjangnya yang sedikit berantakan agar tetap terlihat rapi.
“Bibirnya tolong dikondisikan, saya tidak suka.”
“Kenapa suara beart itu sangat dekat sekali? Apa mungkin--” perkataan Yunma terhenti
saat menoleh ke arah samping dan sudah ada Reno yang duduk di sebelahnya dengan
raut wajah dingin sedingin beruang kutup.
“Pak CEO,” ucap Yunma pelan.
Reno mengulurkan tangannya tanpa meminta izin pada Yunma yang sebentar lagi akan
menjadi istri di pernikahan daruratnya.
“Saya nikahkan Yunma Adelia binti Zico dengan mas kawin cincin berlian dan emas 200 mata serta seperangkat alat sholat dibayar--”
“Tunggu!” ucap seseorang membuat ijab Kabul Reno seketika terhenti dan suaranya sangat dikenal oleh Yunma.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments