Episode 04. Teknik Pedang Dewa petir

Masih dalam laut kesadarannya, Mo Liuchen masih menatap takjub keluasan laut kesadarannya.

Lalu tatapannya beralih kearah sebuah patung, “patung apa itu! Kenapa laut kesadaran ku menjadi aneh begini”

“Apa mungkin ini ada hubungannya dengan baptis petir dan perubahan ku sebelum nya”

Patung itu berwarna emas dengan mata emas terang dan delapan pasang sayap emas dipunggung nya serta terdapat sebuah tanda sepasang sayap emas di dahinya. Hal tersebut memang ada kemiripan dengan perubahan nya itu hanya saja tidak dengan sayapnya. Patung juga terlihat hidup.

“Jangan bilang patung ini—“ Mo Liuchen terdiam saat memikirkan nya. Lalu pandangan nya teralih ke sisi lain, disana ia juga menemukan keanehan namun tidak terlalu jelas. Terlihat seperti ada sebuah segel menutupi nya.

“Sebenarnya misteri apa yang terdapat dalam tubuhku”

Memikirkan nya membuat kepalanya sakit. Tidak ingin membuat pusing, ia memilih menghentikan meditasi nya. Mungkin suatu hari nanti ia akan mengetahui nya.

Bertepatan saat membuka mata gurunya juga kembali.

“Chen'er kemari lah” Mo Liuchen segera berdiri dan menghampiri gurunya.

“Ada apa guru” Namun ia lihat gurunya tersebut mengeluarkan sesuatu.

“Chen’er karena kau telah menjadi Kultivator cukup kuat guru ingin kau mempelajari teknik ini! Ini sangat cocok dengan mu”

“Ini adalah teknik Pedang kuat yang berada di tingkat Dewa sama dengan teknik tangan kosong yang guru ajarkan sebelumnya. Namun ini menggunakan sebuah pedang, guru lihat kau lebih menyukai menggunakan pedang”

Selama dua tahun ini, dia memang sering melihat muridnya itu melakukan latihan pedang dalam waktu senggang. Dan selama itu juga dia sering dibuat hampir muntah darah melihat kelincahan dan pemahaman muridnya tersebut.

Mo Liuchen memicingkan matanya, “jangan bilang kau suka mengintip ku guru”

“Apa masalah nya, bahkan kau bersembunyi pun guru bisa melihatnya!”

“Berarti guru juga mengintip ku sedang mandi, kau keterlaluan guru”  Long Bai menarik telinga muridnya tersebut, dia sedang serius tapi malah mengatakan hal-hal tidak masuk akal.

“Aduh...sakit guru” Long Bai memutar bola matanya mendengar keluhan itu, hanya tarikan kecil saja dibilang sakit banyak tingkah sekali muridnya ini.

“Sudah, lebih kau berlatih sana. Jangan membuat guru menampar bokong mu”

Mo Liuchen malah mencibir sembari terbang menjauh menghindari amukan gurunya.

Long Bai memandang kepergian muridnya itu dengan tatapan jengkel. Namun sesaat kemudian dia tersenyum tipis, dia malah merasa terhibur dengan sifat menyebalkan muridnya.

...

Mo Liuchen memilih duduk ditempat cukup jauh dari gubuk gurunya. Mengeluarkan kembali buku teknik tersebut.

‘Teknik Pedang Dewa Petir'

Dari nama nya saja sudah terdengar menggetarkan.

“Ternyata memang benar teknik Pedang, tadi guru bilang teknik ini berada di tingkat dewa. Memang cocok dengan namanya” Mungkin jika orang-orang mengetahui nya pasti akan terjadi keributan bahkan pertumpahan darah, bagaimana pun tingkat dewa sangat langka di alam fana ini.

Dalam seharian Mo Liuchen terus melakukan latihan. Ia tidak ingin membuang waktu terlalu lama. Bagaimanapun ia harus secepatnya menjadi kuat untuk mencari kedua orang tua nya.

...

Slasss...

Boommmm

Di dalam hutan buas terlihat Mo Liuchen terus-menerus bertarung dengan beberapa bintang buas.

Auuuuu...

Lolongan serigala terus terdengar, mereka terus memanggil kawanan nya. Diikuti oleh binatang lainnya. Sementara Mo Liuchen terus menikmati pertarungan nya.

“ini belum cukup kuat” Mo Liuchen terus melakukan serangan menggunakan pedang ditangannya. Sebenarnya ia melakukan ini hanya untuk menguji kemampuan teknik barunya.

Slass...

“Ternyata teknik ini memang kuat sesuai namanya, bahkan aku hanya menggunakan sedikit energi Qi tapi sudah sekuat ini” Ia merasa puas dan hanya membiarkan beberapa binatang buas lain yang melarikan diri.

“Sepertinya aku memang sudah keterlaluan”  desahnya saat melihat cukup banyak mayat binatang buas, mungkin bisa dibilang sebuah pembantaian.

“sudah waktunya kembali” Menyimpan pedangnya kembali. Tak lupa menyimpan beberapa binatang tersebut untuk disantap dengan gurunya.

Groaaaarr...

Mo Liuchen yang akan bergerak pergi kembali berhenti saat mendengar suara tersebut. Pandangan menatap tajam kearah kedalaman hutan buas.

Memicingkan matanya. “Jangan bilang apa yang telah aku lakukan ini membuat penguasa hutan ini mengamuk” karena penasaran ia memilih pergi kearah asal suara tersebut.

Booommm...

Groaaaarr...

Mo Liuchen yang sampai terpaksa berhenti saat melihat pertarungan tidak jauh di hadapan nya. Ternyata di luar dugaannya.

“Seekor Harimau melawan Ular Taring hijau” Mo Liuchen terus memperhatikan pertarungan tersebut.

“Mereka sama-sama berada di ranah jalan surgawi bintang satu, jika perkiraan ku mungkin pertarungan ini akan dimenangkan oleh Ular Taring hijau mengingat dia memiliki racun yang cukup melemahkan kekuatan lawannya” Kekuatan mereka masih dibawah-Nya. Cukup lama melihat pertarungan tersebut, sudah terlihat tanda-tanda Harimau itu akan kalah. Melihat hal tersebut membuat Mo Liuchen akhirnya bergerak, ia juga baru mengetahui jika ada sesuatu yang dilindungi harimau tersebut.

“Teknik Pedang Dewa petir pertama Sambaran dewa petir sengsara” Teriak Mo Liuchen dengan cepat mengerakkan pedang nya kearah Ular taring hijau tersebut.

Sebuah kilatan petir keluar dari bilah pedang nya menyerang tepat kearah ular tersebut. Membuat ular taring Hijau tidak sempat untuk menghindar saat mendapatkan serangan tiba-tiba dari belakang nya.

Jdeeer...

Duaarr

Boommmm

Serangan Mo Liuchen membuat Ular Taring Hijau terlempar beberapa meter dengan keadaan terluka. Mo Liuchen tidak main-main ia langsung saja menggunakan serangan kuat.

Ular itu mendesis menatap kearah Mo Liuchen garang. Mo Liuchen yang tidak ingin membuang waktu sekali lagi mengeluarkan serangan kuat tanpa senjata.

Sekarang ia hanya menggunakan tangan kosong.

“Teknik Naga petir, Tinju Naga petir” Sebuah bayangan membentuk tangan besar naga biru menyerang Ular Taring hijau sekali lagi.

Krakk

Boommmm

Tubuh Ular Taring Hijau seketika remuk, kekuatan Mo Liuchen cukup kuat bahkan membuat Tubuh Ular Taring Hijau hampir hancur.

“Lain kali aku harus lebih hati-hati menggunakan teknik ini”

Sementara Harimau yang sudah sekarat melihat kematian Ular Taring Hijau dibuat tak percaya, lalu dia menatap kearah manusia tersebut.

Mo Liuchen mengalihkan pandangan kearah Harimau tersebut sembari melihat sesuatu di belakang harimau yang ternyata disana terdapat seekor anak harimau meringkuk.

Sekarang ia tau ternyata dia sedang melindungi anaknya.

“Manusia! Apa kau inginkan?” Tentu saja Mo Liuchen terkejut mendengar suara tersebut. Dia tidak pernah menyangka seekor binatang buas yang hanya berada di ranah jalan surgawi bintang satu bisa bicara.

Mo Liuchen menatap harimau tersebut tak percaya, “kau bisa bicara?”

“Tentu saja, kau pikir aku harimau buas seperti Ular rendahan itu. Jika tidak karena terluka mungkin aku tidak akan menjadi seperti ini” Jawab Harimau tersebut penuh kemarahan, namun sesaat kemudian ibu harimau tersebut berubah sedih dan Mo Liuchen tau itu.

“Kau jangan memasang wajah begitu aku tidak akan membunuhmu. Tujuan ku hanya membantu seorang ibu yang sedang melindungi anaknya” Ucapnya sembari melirik acuh kearah anak si ibu harimau.

Ibu Harimau itu tampak terkejut, lalu ikut melirik anaknya yang masih kecil kemudian beralih menatap Mo Liuchen.

“Manusia mungkin ini memang sudah takdir ku bertemu dengan mu. Aku sudah tidak ada waktu lagi untuk bertahan, untuk itu aku mohon padamu tolong selamatkan anak ku” Ucap ibu Harimau dengan suara lemah. Tubuhnya sudah melemah.

Mo Liuchen dibuat kelimpungan, ia mencoba mengeluarkan pil yang mungkin berguna untuk ibu harimau, namun langsung dihentikan oleh suara itu.

“Jangan melakukan apapun, aku hanya ingin kau melindungi anakku yang malang ini. Hanya itu permintaan terakhir ku”  Mo Liuchen yang akan mengatakan sesuatu terhenti saat melihat ibu harimau itu telah menghembuskan nafas terakhir nya dan itu cukup membuat Mo Liuchen menghela nafas berat.

Jika saja ibu harimau itu tidak menolak mungkin masih bisa terselamatkan dengan ada gurunya.

“Sayang sekali” Lalu ia mengambil alih anak harimau tersebut. Anak harimau itu memiliki sedikit perbedaan dengan ibunya, Mo Liuchen baru menyadari nya. Karena memiliki belang keemasan di tubuhnya. Namun ia tidak peduli mungkin itu tanda spesial.

“Manis sekali harimau kecil ini” Apalagi saat merasakan bulu-bulu lembut itu membuat nya semakin nyaman menggendong nya.

“Baiklah mulai sekarang kau harus memanggil ku ayah” Mo Liuchen tertawa terbahak-bahak saat mengatakan nya. Suara tawa Mo Liuchen membuat anak harimau tersebut membuka matanya, namun hanya sesaat sebelum kembali tidur.

“baiklah mari kita pulang”  Tangan kanannya tak hentinya mengelus bulu-bulu lembut itu. Sebelum pergi ia tak lupa juga membawa mayat si ibu harimau.

Tidak lama setelah kepergian Mo Liuchen dan anak harimau tiba-tiba muncul beberapa Kultivator yang terdiri satu wanita dan dua pemuda.

“Seperti nya kita datang terlambat” kata seorang wanita berpakaian putih yang berdiri diantara dua pemuda berpakaian hitam dan hijau.

“Kau benar senior, melihat mayat-mayat binatang buas sebelumnya sudah jelas terjadi pertarungan besar. Dan mungkin saja ini perbuatan Kultivator lebih kuat dari guru” Jawab Pemuda berpakaian hitam.

“Mungkin bisa disebut pembantaian” komentar pemuda berpakaian hijau.

“Lihat seperti nya itu mayat Ular Taring Hijau”

“Senior bukan nya menurut guru kekuatan Ular Taring Hijau lebih kuat dari guru. Jadi sudah dipastikan jika yang membunuhnya Kultivator diatas ranah Ular ini” Wanita itu membenarkan ucapan adik junior nya tersebut.

“Lebih baik kita pergi misi diberikan guru juga telah selesai. Kejadian ini cukup laporkan kepada guru. Kita tidak boleh terlalu lama disini bisa saja Kultivator itu masih berada dalam hutan ini” Mendengar ucapan senior nya mereka mengangguk.

“Senior benar. Lebih baik kita kembali”

“Baiklah. Ayo pergi”

Ketiga melesat pergi keluar dari hutan buas.

Sementara Mo Liuchen yang telah kembali telah mendapatkan tatapan penuh tanya dari guru saat melihat muridnya malah membawa anak harimau.

“Chen’er kenapa kau membawa anak harimau yang masih menyusui, jangan bilang kau habis membunuh orang tua nya”

Pertanyaan yang menuduh tanpa bukti membuat Mo Liuchen menatap gurunya kesal.

“Aku tidak sekejam itu guru, kau jangan sembarang tuduh. Aku malah menyelamatkan harimau kecilnya, ibunya sudah mati tapi bukan aku membunuh nya”

“Begitu” Long Bai mengangguk, namun tatapannya tak pernah lepas dari harimau kecil dalam gendongan muridnya tersebut.

Melihat itu tentu saja membuat Mo Liuchen tidak suka. “Jangan menatap putri manis ku seperti itu. Kau membuat nya takut” Saat merasakan pergerakan harimau kecil semakin meringkuk ke dadanya.

“Putri, kau mengakuinya sebagai putri mu” Long Bao hampir saja menyemburkan tawanya. Bocah ini sangat lucu.

“Kenapa? Kau iri karena tidak memiliki putri manis seperti ku” Mo Liuchen berkata sinis.

“Ya ya, kau memang bocah beruntung. Harimau kecil itu bukan harimau biasa, guru bisa merasakan dari garis darahnya. Kau harus melindungi harimau kecil itu dengan baik”

Mo Liuchen cukup terkejut mendengar ucapan gurunya, dia juga ingat ibu harimau juga mengatakan jika dia bukan harimau buas.

“Apa benar guru? Sebelumnya ibu harimau juga mengatakan jika dirinya bukan harimau buas”

“Jadi kau sempat berbicara dengan induknya. Seperti harimau ini memang memiliki garis darah keturunan kuat. Saat berusia dewasa kau akan mengetahui nya” Long Bai tersenyum sembari ikut mengelus kepala harimau tersebut.

Mo Liuchen tidak banyak tanya. Dan memilih membawa harimau tersebut ke dalam gubuk gurunya.

Terpopuler

Comments

Eky Pratama

Eky Pratama

lanjut thor👍👍👍👍👍👍👍

2022-11-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!