03. FTS

Namaku Senja Lazuardi Permana, Orang memanggilku Senja. Aku bekerja sebagai guru di sekolah non formal setara dengan SD. Selain Aku mengajar materi umum Aku juga spesialis mengajar Al qur'an dan Tahsin. Aku memiliki 4 anak, 2 laki-laki dan 2 perempuan.

Status baru yang kusandang mengharuskan Aku untuk lebih bekerja keras. Anak-anak yang masih kecil-kecil mengharuskanku lebih produktif lagi.

7 bulan lalu, pagi itu Aku terakhir melihat senyuman suamiku. Senyuman yang selalu meneduhkan, Aku masih belum bisa melupakan suamiku. Aku selalu berusaha menyibukkan diri untuk bisa lebih cepat move on. Suamiku pergi tanpa ada pesan sebelumnya.

Kegiatanku sehari-hari bisa terbilang monoton, mungkin jika tidak demi anak-anakku pasti Aku sudah resign sejak awal. Namun ada mereka sebagai penyemangatku. Sekolah tempatku mengajar, masih belum terlalu besar. Gaji yang kudapat juga tidak mencukupi untuk keseharian kami. Kasihan lihat anak-anak yang sejak 7 bulan lalu hampir tidak ada waktu bermain bersamaku, selain mereka bermain sendiri bersama anak-anak tetangga.

Aku tidak tahu takdirku seperti apa setelah ini, namun Aku berharap Allaah menakdirkanku bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku.

Asholatu khoirum minan naum........

Adzan subuh hampir tiba, Aku membangunkan anak sulung ku. Karena sudah kebiasaan putraku bangun di waktu ini dan pergi ke masjid.

"Abang..... Nak.... Bangun, sudah mau masuk subuh...."

"Iya umma......"

Dia anak yang penurut, penuh kasih sayang kepada adik-adiknya. Walau masih berumur 8 tahun, Dia cukup faham dengan kondisiku. Dia tidak malu jika Aku memintanya untuk membantuku jualan keliling kompleks perumahan tempatku tinggal. Seperti biasa setelah sholat subuh, Dia akan membantuku membuat camilan yang Aku titipkan di kantin sekolah, lumayan bisa buat beli lauk sehari-hari.

"Abang.... Bangunkan adek nak, suruh sholat setelah itu abang mandi. Nanti umma antar dulu abang ke sekolah."

"Siap umma!"

Suamiku berasal dari bhumi malayu tepatnya di sumatra barat di kota padang. Hingga Akupun sedikit terbawa dengan adat yang dibawanya. Seperti memanggil putra sulungku abang, putri kedua dan ketiga dengan panggilan uni.

Putra sulungku sangat menyayanggi adek-adeknya. Tidak pernah bernada tinggi ketika menasehati adek-adeknya, tidak sepertiku yang selalu saja suaraku melengking memenuhi segala ruang yang ada di rumahku.

Aku sedikit tertekan dengan kondisiku, berjuang sendiri dengan 4 anak yang masih di bawah umur. Hingga rasa sabarku hampir terkikis karenanya, rasa lelah ingin menyerah hampir sering Aku rasakan di awal-awal hari beratku.

"Umma.... Masak apa? Hari ini uni sama adek Khuzama ga usah bawa bekal ya, nanti di sekolah ada bagi-bagi bekal."

"Iya nak.... Sekarang mandi dan lekas sholat subuh ya, setelahnya baru sarapan."

"Iya Umma."

Setelah selesai dengan rutinitas paginya, Senja mengantar kedua putrinya terlebih dahulu ke sekolah. Baru setelahnya berangkat ke sekolah tempatnya mengajar yang sekaligus tempat putranya belajar.

"Assalamu'alaykum Ustadzah Senja...."

"Wa'alaykumussalam.... Shobakhul Khayr."begitulah Senja, seberat apapun beban yang di tanggungnya senyuman tak pernah luntur darinya. Keceriaan selalu menghiasi langkahnya yang bisa menular ke seluruh orang yang melihatnya.

"Alhamdulillaah khayran Ustadzah."

Inilah hari-hariku, senyuman anak didikku adalah mood booster di pagi tegangku. Setelah adegan drama bak telenovela bersama putri keduaku dan juga putra bungsuku. Putra bungsuku baru berumur 2 tahu 6 bulan, sehingga setiap mengajar Aku selalu membawanya. Sekolah adalah rumah kedua baginya, disekolahpun Aku membawa tempat tidur atau kasur bayi untuknya tidur. Maklum jam tidurnya masih banyak dan belum teratur tak jarang Dia tertidur tertelungkup di meja ku.

"Ya thullab (wahai penuntut ilmu).... Ayo waktunya berbaris. Ustadzah hitung sampai sepuluh ya, wahid.... Isnaini.... Tsalatsa..... Arba'a.... Khonsa....." Rutinitas awalku memimpin baris berbaris setelah bel berbunyi, sudah menjadi kewajibanku karena amanah yang diberikan kepadaku sebagai wakasan kesantrian atau wakasan kesiswaan (wakil kepala sekolah bagian kesiswaan). Kenapa Aku di amanahi sebagai wakasan kesiswaan, mungkin karena Aku galak hahaha. Tapi galakpun mereka pada sayang sama Aku. Tetap dih bagiku kedisiplinan itu wajib di gerakkan sejak usia dini.

Menunjuk salah satu santri untuk memimpin berbaris. Murid disekolahku dari kelas 1 hingga kelas 6 baru 50 an santri. Tidak banyak memang namun kita berharap dari merekalah pahala-pahala mengalir untuk kami atas ilmu yang kami ajarkan.

Setelah selesai baris-berbaris dan apersepsi mereka lanjut masuk ke kelas masing-masing untuk melanjutkan rutinitas berikutnya, seperti biasa mereka akan melakukan dzikir pagi bersama-sama. Baru setelahnya mereka ke halaqah tahfidz masing-masing.

"Ustadzah Senja.... Diminta Ustadz Ahmad ke kantor."

"Na'am Ustadzah Rofi, jazaakillaahu khayran."ucapku pada rekan sejawat.

Aku segera meluncur ke kantor, ternyata disana sudah ada mbak Ida selaku admin. Mereka tampak terlihat sumringah apalagi mbak Ida.

"Assalamu'alaykum..."

"Wa'alaykumussalam, tafadholi Ustadzah Senja silakan masuk."

"Na'am Ustadz."

"Kita bakal healing-healing Ustadzah."

Aku hanya mengeryitkan alisku, tanpa faham apa yang di maksud oleh mbak admin kecintaanku.

"Ustadzah Senja, sebelumnya kami ucapkan terima kasih jazaakillaahu khayran atas usahanya untuk sekolah ini. Bi'idznillaah atas izin Allaah proposal kita di terima."

"Alhamdulillaah.... Maa sya Allaah kabar yang sangat bagus Ustadz."

"Namun ada syarat yang harus kita lakukan, sesuai perintah dari atasan atau CEO perusahaan yang menyalurkan tali asih. Meminta Ustadzah Senja untuk mewakili nantinya. Dan sudah saya tentukan nanti Ustadzah Senja berangkat bersama mbak Ida."

"Maaf Ustadz sebelumnya, kenapa harus saya? Dan saya berapa lama harus mengikuti kegiatan itu nantinya?"

"Saya sendiri tidak tahu Ustadzah alasannya pastinya, kemungkinan karena Ustadzah Senja yang ada di dalam video yang kita kirimkan. Sesuai rundown yang sudah di kirim oleh pihak penyelenggara kegiatan dilakukan selama satu bulan.''

"Apa tidak bisa saya di gantikan Ustadz, karena saya tidak bisa meninggalkan anak-anak.''

"Nanti kita fikirkan bersama jalan keluarnya Ustadzah, yang pasti pihak manajemen meminta Ustadzah yang hadir untuk mewakili."

"Na'am Ustadz, yassarallahu lakum semoga Allaah mudahkan."

Setelah selesai dari ruangan sang kepala sekolah, Senja tidak langsung kembali ke lokal. Dia singgah di ruangan admin yang juga sebagai tempat guru-guru akhwat berkumpul. Disana sudah ada beberapa Ustadzah yang sedang menyiapkan bahan ajar.

"Mbak Ida bisakah di usahakan saya di ganti dengan yang lain? Kalau saya pergi bagaimana dengan Khunais, yang pasti ga bisa di tinggal. Mau nitipin sama ibu, kalau ga ninggalin uang juga ga nyaman mbak. Takutnya malah ngrepotin beliau juga."

"Coba nanti saya tanyakan Ustadzah apakah boleh membawa anak-qnak Ustadzah. Siapa tahu mereka bisa menyediakan jasa pengasuh sementara selama Ustadzah kegiatan."

"Lalu Khurayya, Khaulah dan Khuzama gimana mbak?"

"Iya juga ya Ustadzah!"

"Coba tanyakan ke pihak sana mbak, apakah saya bisa di ganti apa tidak. Jika alasannya tetap tidak, minta menghubungi saya mbak."

"Sipz Ustadzah."

"Ya sudah... Makasih ya mbak saya balik ke lokal lagi."

"Oke ustadzah!"

"Ya Allaah... Berikanlah kemudahan setelah ini. Semoga ada jalan keluar yang terbaik."monolog Senja

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

..."Senja mengajarkan kita bahwa keindahan tak harus datang lebih awal."...

Terpopuler

Comments

Lilik Muliyadi

Lilik Muliyadi

oke juga kata2 mutiaranya

2024-12-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!