Kinar langsung memeluk Martin dengan tubuh bergetar, ia sangat takut kalau nanti Martin nekad melakukan sesuatu, ia takut kalau nanti Martin melakukan hal yang sama seperti ia saat di putuskan oleh Arsen.
"Tolong jangan lakukan apa pun Martin, aku tidak mau kehilanganmu."
Martin membalas pelakukan dari Kinar, ia mengelus lembut kepala Kinar.
"Maafkan aku Kinar, aku tidak bermaksud mengatakan hal itu, kamu tidak akan pernah kehilangan aku, aku hanya bercanda ko."
Setelah mulutnya mengatakan itu pada Kinar, ia menjadi memiliki kecemasan tersendiri, ia benar-benar takut ada sesuatu terjadi pada ia sendiri, tapi ia mencoba menepis perasaan itu dan menenangkan Kinar. Kinar memukul pelan dada Martin memakai tangan kanannya.
"Kamu jahat. Hiks... Hiks..."
"Maaf sayang, sudah jangan nangis."
Martin jarang sekali memanggil Kinar dengan panggilan sayang, alasannya menurut ia adalah seperti pacaran anak remaja kalau selalu memanggil sayang, karena usia ia sudah 28 tahun, di tambah lagi usia Kinar juga 26 tahun, jadi mereka bukan pacaran anak remaja, cukup membuktikan dengan perhatian saja yang membuktikan cinta mereka. Kinar melepaskan pelukannya, ia langsung mencium bibir Martin sekilas.
"Ih jorok banget, bibir ada ingusnya cium aku."
"Ih Martin kamu nyebelin!"
Kinar berbicara sambil ke dua tangannya memukul dada Martin. Martin langsung memegang ke dua pergelangan tangan Kinar.
"Bercanda sayang, kalau senyum begitu lebih baik."
Martin mencium kening, ke dua mata dan bibir Kinar sekilas. Selama 1 tahun mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, mereka berpacaran sewajar-wajarnya saja, hanya mencium bibir sekilas saja, tidak pernah berlebihan. Martin sendiri selalu menghargai kepercayaan yang di berikan Kinar, jadi ia tidak mau kelewat batas.
"Kata kamu bilang bibir aku ada ingusnya jorok, ko kamu cium aku dasar!"
Martin hanya tersenyum lebar.
"Kinar, walau pun hati aku sakit, tapi sebisa mungkin aku menutupi luka di hatiku, aku tidak ingin kamu merasa bersalah, karena aku mencintaimu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum bahagia, bukan air mata yang ingin aku lihat." batin Martin
Martin langsung membangunkan Kinar, lalu ia langsung menggandeng tangannya untuk duduk di sofa. Mereka berdua duduk di sofa. Kinar menyadarkan kepalanya di dada bidang milik Martin sambil tangan kanannya melingkar di perut Martin.
"Martin, aku tidak tau bagai mana rasanya kalau jauh sama kamu, bahkan semenjak kita menjalin hubungan, aku selalu tidak bisa jauh dari kamu."
"Kamu pasti bisa Kin dengan berjalannya waktu, ini adalah permintaan Ayahmu, jangan kecewakan permintaan orang tuamu."
Kinar hanya mengangguk pelan, sifat ini lah yang di sukai oleh Kinar, Martin selalu saja bersikap dewasa, walau pun ia tau kalau hati Martin sangat terluka, tapi Martin selalu menyembunyikannya agar memberinya semangat. Kinar memang menykai Martin selama 2 tahun ini, tapi karena Kinar tidak mau menyakiti hati Martin, dan takut cintanya masih untuk Arsen, itu kenapa ia selalu menolak dan baru menjalin hubungan sebagai sepasang kasih 1 tahun ini.
"Kapan menikahnya? Dan di mana?"
"Aku belum tau, yang mengatur semuanya Ayah dan Arsen, aku tidak peduli tentang itu."
"Kanar, aku hanya pesan satu sama kamu, walau pun Arsen adalah orang yang menghambat kebahagiaan kita, tapi kamu tetap harus menghargai Arsen sebagai suami kamu, ini bukan perkara masalah di ranjang saja, tapi di mana pun tetap hargai Arsen."
"Kenapa kamu jadi membela Arsen?"
Kinar berbicara sambil mendongkakkan kepalanya. Martin mencium bibir Kinar sekilas.
"Bukan membela sayang, tapi surgam di suamimu, bukan di ibumu lagi saat Arsen mengucapkan akad atas namamu."
Kinar memukul pelan dada Martin.
"Kenapa tidak jadi ustadz saja? Apa-apa cerama, sebel banget!"
"Aku cuma menasehati sayang, aku tidak mau calon istriku di masa depan ini salah jalan dan tersesat."
"Kalau tersesat aku akan bertanya pada orang lain."
Martin mencubit pelan pipi kanan Kinar yang menurutnya sangat menggemaskan.
"Di akhirat hanya ada kamu sendiri sayang, tidak ada orang lain yang akan membantumu."
"Jangan ngomomgin akhirat Martin, aku takut."
Martin langsung menarik ikat rambut Kinar, lalu ia langsung mengacak-acak rambur Kinar.
"Wajah kamu gemesin kalau aku sudah ngomongin akhirat."
"Ih jangan di acak-acak rambut aku Martin! Entar kalau sahabatmu sekaligus tangan kananmu masuk ke ruanganmu, dikiranya kita habis making love."
"Nakal! Dasar otak mesum!"
Martin berbicara sambil menyentil pelan hidung Kinar.
"Hidung aku jangan di sentil, di kasih ciuman saja."
" Kamu tidak biasanya mikirin hal mesum Kin? Apa setelah menangis otakmu geser?"
"Ih kamu jahat!"
Kinar berbicara sambil memukul pelan dada bidang milik Martin.
"Martin, mungkin ini pertemuan terakhir kita."
Wajah Kinar langsung murung.
"Tidak apa-apa, kita jalan-jalan yuk?"
"Seriusan?"
Mata Kinar berbinar, ia memang ingin memiliki momen perpisahan yang terindah bersama Martin.
"Serius sayang."
Kinar langsung berdiri di ikuti oleh Martin. Martin langsung menggenggam tangan Kinar keluar dari ruangannya. Seluruh karyawan mau pun karyawati memang sudah tau hubungan Martin dan Kinar, mereka semua tidak ada yang ngiri dan tidak ada yang membicarakan Kinar di belakang, karena Kinar bekerja di Atmaja Grup sudah 4 tahun yang lalu, sedangkan hubungan Kinar dan Martin baru 1 tahun yang lalu, jadi menurut mereka semua, kinerja Kinar memang bagus, mereka berpikir kalau Kinar memang layak di posisi itu, bukan karena bantuan dari Martin, tapi kecerdasan Kinar yang membuat mereka berpikir kalau Kinar memang layak di posisi sebagai sekretaris Martin.
Setelah di mobil, sepanjang perjalanan Martin terus menggenggam tangan Kinar sambil menyetir.
Martin memang memiliki supir pribadi, tapi ia akan membawa supirnya saat ada pertemuan tertenu saja, agar ia tidak capek. Mereka berhenti di jalan ke arah pantai sentolo dengan menempuh perjalanan 4 jam lebih. Martin dan Kinar turun dari mobil, mereka berjalan ke arah pantai sambil bergandengan tangan. Setelah di tepi pantai Kinar tersenyum lebar, sesaat beban berat yang ada di pikirannya hilang seketika.
"Martin terima kasih."
Kinar mengucapkan terima kasih masih menatap pantai. Martin melepaskan pegangan tangannya, ia langsung memeluk Kinar dari belakang, dengan kepala yang ia sandarkan di leher Kinar.
"Sama-sama sayang."
Tangan kanan Kinar memegang tangan Martin yang melingkar di pinggangnya.
"Martin, terima kasih banyak sudah mau menjadi kekasih terbaikku. Terima kasih atas semua yang kamu lakukan untukku, semuanya akan selalu aku kenang dan akan selalu ku ingat, pernah bersamamu adalah anugrah yang terindah dalam hidupku, kamu lelaki baik dan begitu perhatian, perlu kamu ingat di mana pun kamu berada nanti, kalau aku akan selalu mencintaimu."
Martin mengangguk pelan.
"Martin, pemandangannya indah, seindah dirimu."
Martin tersenyum, ia mencuim pipi kiri Kinar masih dengan posisi di belakang Kinar.
"Menurutku pantai ini begitu tenang seperti kamu sayang."
"Martin, ayo kita berfoto?"
Martin mengangguk pelan, ia melepaskan pelukannya. Kinar langsung mengambil ponselnya, ia langsung mengambil beberapa foto. Dari Martin yang mencium pipinya, dari Martin memeluknya dari belakang dan menyandarkan kepalanya di leher Kinar. Setelah itu tangan mereka juga membentuk love, lalu terakhir dengan posisi Kinar mencium pipi Martin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
keren 😍
2023-05-02
1
Spyro
Second Chance hadir lagii
2023-01-21
1
Lee
Lanjut...
2022-11-09
1