Yoga yang mendengar nama lengkap atasannya di sebut, ia hanya menjawab dengan anggukan kepala.
"Jadi benar Arsen atasan Ayah itu mantan kekasihmu nak?"
"Iya Ayah."
"Kinar, kamu mau'kan menikah dengan Arsen?"
"Ayah ini apa-apaan?! Arsen sudah memiliki istri Ayah."
"Ayah tau, tapi Arsen memintamu untuk menjadi istri ke duanya."
"Ayah tega menginginkan Kinar menjadi istri ke dua dari lelaki brengsek itu?!"
Hingga usia Kinar 26 tahun, ini pertama kalinya Kinar berbicara dengan suara lantang pada Ayahnya.
"Tapi Arsen menikahi wanita itu karena memiliki alasan Kin."
"Apa pun alasannya Kinar tidak perduli Yah, apa Ayah masih ingat? Nyawa putrimu ini hampir melayang karena si brengsek itu!"
"Dengar dulu Kin, tapi selama ini Arsen yang sudah membantu keluarga kita, dari biyaya kuliah adikmu dan setiap Ayah sakit-sakitan, Arsen juga yang membayarnya, di tambah lagi Arsen juga masih memperkerjakan Ayah, coba kamu pikir siapa yang mau memperkerjakan Ayah? Ayah sudah tua, daya pikirnya sudah berkurang."
"Kalau memang masalah uang, Kinar akan cari untuk membayar semua yang di habiskan oleh keluarga kita, apa Ayah tidak berpikir sebelumnya? Kalau orang membantu itu pasti ada maunya, Kinar tidak mau menikah dengan si brengsek itu Ayah!"
Kinar lagi-lagi memanggil Arsen si brengsek, menurut Kinar memang Arsen brengsek, ia tidak peduli dengan alasan apa pun, karena sekarang ia tidak membutuhkan lagi alasannya, memang di hatinya tidak pernah membenci Arsen, tapi hatinya sepenuhnya sudah milik Martin, lelaki pujaan hatinya yang sudah mengisi hatinya selama 1 tahun ini.
"Bukan masalah uang nak, tapi Arsen menikahimu karena menginginkan memiliki keturunan, istrinya hingga sekarang masih saja belum mau hamil."
"Jadi maksud Ayah Kinar di suruh mengandung benih si brengsek itu?! Lalu setelah itu Kinar di buang begitu saja?! Bagai mana bisa Ayah berpikir seperti itu? Bagai mana bisa Ayah merelakan cucu Ayah di asuh dengan si brengsek dan istrinya?! Kenapa tidak Ayah kasih saran saja pada si brengsek itu untuk mencari wanita yang mau meminjamkan rahimnya demi untuk uang!"
Kinar mengusap wajahnya dengan kasar, ia sangat kesal pada Arsen, enak sekali Arsen ingin menikahinya untuk memiliki keturunan.
"Bukan seperti itu nak, Arsen juga bilang kalau Arsen sangat mencintaimu."
"Cinta?! Cinta macam apa Ayah? Bahkan si brengsek itu meninggalkan Kinar dan memilih wanita yang di pilihkan oleh ke dua orang tuanya. Arsen itu lelaki pengecut Ayah, tidak pantas untuk menjadi suami Kinar!"
Yoga menghela nafas berat, putrinya dari kecil hingga sekarang belum pernah berbicara dengan suara lantang, baru kali ini putrinya berbicara dengan suara lantang.
"Nak, Ayah tidak meminta apa pun dari kamu kecil, tapi kali ini Ayah hanya minta satu saja keinginan Ayah, tolong menikah dengannya, Ayah percaya kalau suatu saat pasti kamu akan bahagia."
Mata Kinar mulai memerah, selama ini Ayahnya tidak pernah meminta apa pun darinya, ini baru pertama kalinya Ayahnya meminta tolong padanya, ia menjadi bingung sendiri, harus'kah ia menyetujui pernikahan yang tidak masuk akal itu? Lalu bagai mana dengan Martin? Lelaki yang selama ini ia cintai.
"Ayah yakin menginginkan Kinar untuk menikah dengan si brengsek itu?"
Yoga menghelan nafas berat, kalau saja Arsen tidak memohon padanya, ia juga tidak ingin menjadikan putrinya untuk menjadi istri ke dua, tapi melihat kesungguhan Arsen, ia sebagai orang tua hanya mencobanya, ia percaya kalau Arsen bisa menjadi suami yang baik untuk putrinya.
"Iya nak, Ayah mohon sama kamu nak."
Kinar lagi-lagi mengusap wajahnya dengan kasar.
"Kalau memang ini keinginan Ayah, Kinar tidak bisa menolak, walau pun berat, Kinar akan menerima ini semua."
Kinar menghela nafas berat. Walau pun mulutnya menerima, tapi hatinya tidak bisa menerima, ia mencintai Martin, dan ia juga tidak tau harus bilang apa pada Martin.
"Apa aku bisa melepaskan Martin dalam hidupku? Martin adalah orang yang sangat aku cintai, kenapa harus seperti ini? Kenapa Arsen harus berpura-pura baik sama Ayah? Lalu bagai mana rumah tanggaku nanti? Bagai mana perasaan istri pertamannya?" batin Kinar
"Terima kasih nak, Ayah sangat percaya pada Arsen bahwa Arsen akan menjadi suami yang baik untuk kamu."
"Iya Ayah."
"Lalu bagai mana dengan pekerjaanmu nak? Arsen di kota ini hanya berkunjung sebulan sekali, dan mungkin kamu juga akan ikut ke jakarta bersama Arsen."
Memang Arsen akan berkunjung hanya 1 Minggu sekali di perusahaannya yang ada di Bandung, karena perusahaan pusatnya terletak di jakarta.
"Mungkin hari ini Kinar sekalian untuk resen Ayah."
Kinar tidak ingin melihat wajah Martin yang murung nantinya, ia akan secepatnya mengakhiri hubungannya bersama Martin dan sekaligus mengundurkan diri juga.
"Baiklah kalau begitu."
Yoga langsung melihat jam tangannya yang sudah menujukan pukul 12.30WIB.
"Ayah harus kembali ke kantor nak."
"Iya Ayah."
Kinar mengantar Ayahnya sampai depan teras kontrakan, ia langsung mencium tangan Ayahnya.
"Hati-hati Ayah."
"Iya nak."
Setelah Ayahnya pergi Kinar terduduk lemas di depan pintu kamarnya, air matanya langsung mengalir deras, ia belum juga berbicara dengan Martin, tapi ia sudah begitu sedih, lalu bagai mana hati Martin yang begitu sengajan ia goreskan luka padanya? Bahkan hatinya saja begitu sakit, tapi di sisi lain Kinar tidak bisa menolak permintaan sang Ayah, karena ia tidak mau melihat Ayahnya sedih dan merasa berhutang budi pada Arsen.
"Martin, aku tidak bisa kehilangan kamu, aku dulu sudah merasakan sakit kehilang Arsen, aku tidak mau merasakan sakit untuk yang ke dua kalinya, tapi aku juga tidak bisa menolak permintaan Ayah."
Kinar berbicara dengan lirih pada dirinya sendiri. Setelah beberapa menit terduduk lemas di lantai, Kinar memutuskan untuk pergi ke kantor. Setelah mengganti baju, Kinar langsung melajukan motornya, air matanya masih terus mengalir, ia sudah mencoba untuk bersikap biasa saja, tapi nyatanya air matanya itu tidak bisa ia tahan. Kinar sampai di kantor, ia langsung membuat surat risen. Kinar sesekali menghapus air matanya, dengan kaki bergetar ia membawa surat risen itu ke arah ruangan Martin. Kinar langsung mengetuk pintu ruangan Martin.
Tok-tok.
"Masuk!"
Kinar masuk ke ruangan Martin dengan kaki bergetar.
"Pak, saya mau risen, ini surat pengunduran dirinya."
Kinar menyerahkan surat pengunduran diri pada Martin. Martin yang fokus di komputernya, ia langsung melihat ke arah Kinar dengan perasaan terkejut.
"Ada apa Kin?"
Kinar menggeleng pelan, air matanya semakin deras saat melihat wajah bingung Martin. Martin langsung berdiri, ia langsung mendekati Kinar, ia bingung saat melihat air mata Kinar yang begitu deras, selama ini ia tidak pernah melihat Kinar menangis dengan perasaan yang begitu terluka, ia pernah melihat Kinar menangis kejadiannya 5 tahun lalu, saat ia menolong Kinar yang hampir bunuh diri.
"Kenapa risen Kin? Apa saya memberikan pekerjaan begitu berat?"
Martin masih memakai panggilan dengan kata saya, karena sekarang memang masih jam kantor.
Kinar langsung memeluk Martin dengan sangat erat, bahkan hingga Martin susah untuk bernafas. Martin yang merasa susah bernafas, ia hanya diam mematung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
teti kurniawati
sudah ditambahkan ke favorit ya
2023-03-04
1
Elisabeth Ratna Susanti
mampir lagi 👍
2023-03-01
1
Yuen
Yang benar itu resign thor bukan resen
2023-01-21
0