H A P P Y R E A D I N G
****
Maura terbangung sangat pagi hari ini karena suara getaran terdengar di telinganya. Segera ia membuka matanya dan mencari keberadaan ponselnya. Saat melihat ponselnya terletak di meja belajar ia segera meraihnya.
Kryuuukk ... Kryuuuuk...
"Aku kira ponsel ku bunyi gak tau nya perut aku yang bunyi" tawanya saat menyadari kebodohannya.
"Baru jam 04.00 lagi! Kalau aku makan nanti sia-sia lagi dong usaha ku..." pikirnya.
"Tapi nih perut udah laper banget... gak kompak banget sih nih cacing sama tuannya..." dumalnya dengan perut yang terus berbunyi.
Maura keluar sambil mengendap-endap bagai seorang pencuri. Ia tersenyum saat menyadari itu –mengendap~endap di rumah sendiri–. Ah bodo amat yang penting aku kenyang, pikirnya saat kulkas sudah di depan matanya.
"Wuidiiihh tau aja kalau aku laper" tangannya langsung mengambil beberapa helai roti dan selai kacang kesukaannya dan juga susu yang sengaja di stok untuk dirinya oleh Nyonya Aulia.
Saat perutnya sudah terasa kenyang ia kembali ke kamarnya dengan cara yang sama. Ia berlari kecil agar cepat sampai ke kamarnya. Sampai ia menyadari seseorang sedang memperhatikannya.
"Maura..."suara berat milik papanya terdengar memanggil namanya.
"PAPA!..." Maura kaget dan ia sudah merasa perjuangan nya itu kembali sia-sia.
"Ada apa pa?" Tanya Maura yang sudah menyerah.
"Kamu yang seharusnya papa tanya.. Kamu lagi ngapain?" Tanya papa yang curiga kepada Maura. Saat menyadari papanya tidak tahu ia kembali merasa lega.
"Nothing. . ." Maura terlihat mencari alasan yang tidak di curigai papanya.
"Nanti papa tunggu kamu di bawah, papa perlu bicara sama kamu" Ujar papa dengan ekspresi yang serius.
"Okey.." Maura terlihat lesu dan kembali ke kamarnya.
*****
"Woi!!! Bangun! Bangun!" Yuza membangunkan Jevan, Tio dan juga Aksa yang masih tertidur.
"Masih pagi ini mah za. Gue mau tidur lagi, masih ngantuk nih..." Ujar Tio setelah melihat jam tangannya yang terlingkar di pergelangannya.
"Ini udah jam 10 pagi dan kalian masih kayak gini ! Kalian gak ingat jam dua siang nanti kita ada janji sama nyokap Jevan untuk ngumpul di rumah Jevan?!" ucapan Yuza ini berhasil membuka mata mereka bertiga dengan cepat.
"Ya ampun gue lupa" Jevan menepuk kening nya pelan dan semua pun bergegas bangkit dari tidurnya. Sambil mengusap mata yang masih ingin terpejam, ia menguap.
"Lagian kalian balapan mulu sampai hal penting kalian lupain !!!" Yuza lah yang selama ini menceramah kan teman-temannya untuk berhenti balapan liar yang telah menjadi aktivitas harian atau bisa di sebut hobi Jevan dan yang lainnya.
"Duh kayak lo enggak aja !!"Gerutu Aksa yang baru bangun.
"hehe gue kan udah tobat..." Yuza memberi pandangan perdamaian atas kata-katanya yang menyinggung.
"Tau ah! Gue mandi dulu..." Ujar Jevan yang melangkah ke Kamar mandi.
"Ya udah sono buruan! Kalian juga !!" Yuza menatap tajam ke arah Tio dan Aksa yang masih malas untuk meninggalkan kasur posesifnya.
"iya za!! iya!!! BAWEL!" kesal Tio dan segera beranjak dari tempatnya.
"Bawel bawel gini kan demi kebaikan kalian !!" Ujar Yuza yang tidak terima.
"Terserah..." Ujar Aksa sebelum menghilang di balik dinding kamarnya.
****
Maura tersenyum bahagia saat Tuan Andre –papanya– mewujudkan apa yang ia ingin kan tapi ia harus melakukan satu hal. Maura bersiap saat Esmeralda mengetuk pintu kamarnya dan memberikan sebuah gaun berwarna coklat pastel yang sangat cocok untuk kulitnya yang putih bernutrisi. Syarat papa yaitu Maura harus datang ke pesta kolega bisnis papa bersama mereka pastinya, Maura langsung menyetujuinya walau ia tak tahu apa yang akan terjadi di sana.
"Nona ini gaun yang akan nona pakai, apa ada yang bisa saya bantu lagi nona...?" Ujar Esmeralda dengan hati-hati.
"Terima kasih, kamu hanya perlu memanggilkan Helena kesini..." Ujar Maura dan kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti pakaiannya karna jam 7 malam ini pestanya akan di mulai.
Kini arah jarum jam menunjukan pukul 16.45 dan Maura harus bergegas untuk merias dirinya agar terlihat tak mengecewakan orang tuanya. Helena datang dengan tas dan perlengkapannya karena Helena adalah perias terhandal yang di pekerjakan di rumah ini (Khusus untuk keluarga DALCON's).
"Hai Helena..." sapa Maura saat Helena sudah berada di dalam kamarnya.
"Hai cantik, aku mau bertanya apa gaun mu malam ini..." selalu saja Helena menanyakan pakaian sebelum ia merias. Katanya hanya untuk meserasikan pakaian dan make up saja. Maura menunjuk gaunnya yang tergeletak di atas ranjangnya.
"Tolong duduk di sini nona cantik agar aku bisa memulai pekerjaan ku dan menyelesaikannya dengan maksimal..." Ujar Helena dan membimbing Maura untuk duduk di depan meja rias.
Nyonya Aulia dari tadi hanya duduk di ruang tamu sambil memperhatikan suaminya mondar-mandir memikirkan sesuatu.
"Paa, ada apa ?" suara lembut Nyonya Aulia selalu membuat teduh hati suaminya ini.
"Iya maa... papa lagi mikirin kenapa Maura dari tadi belum turun, apa jangan-jangan dia bikin masalah lagi maa?!?" Ujar papa yang ternyata memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi.\#mungkinsih
"Kan kita belum panggil dia, Helena aja belum keluar dari kamarnya paa..." Nyonya Aulia selalu bisa menenangkan hati Tuan Andre jika sedang di landa kebingungan.
"Hmm iya juga ya maa, Kalau begitu mama tolong panggilin Maura ya ? sebentar lagi kita harus berangkat."Ujar Tuan Andre sangat lembut.
"Baik paa..."Ujar Nyonya Aulia sebelum pergi ke kamar Maura yang masih sibuk dengan riasannya.
"Nona aku sudah siap dengan pekerjaan ku, sekarang tinggal nona yang menilai pekerjaan ku itu..." Ujar Helena yang baru saja selesai merias Maura.
Maura memperhatikan sesosok bidadari cantik yang berada di kaca. Ia sangat terkejut dan kagum dengan seni dari tangan Helena yang merubah dirinya terlihat sangat cantik.
"WOW!! kamu sungguh sangat menakjubkan Helena! kamu bisa merubah diriku menjadi cantik seperti ini..." puji Maura yang memang benar-benar kagum dengan kerja keras Helena.
"Terima kasih nona... Aku sangat tersanjung dengan pujian mu..." Ujar Helena yang tersipu malu.
"Kalau begitu kamu akan mendapatnya 2 kali lipat bulan ini, sekarang kamu boleh pergi Helena..." Ujar Maura yang tidak bisa mengalihkan pandangannya dari kaca.
Menatap dirinya sendiri secara terus menerus itulah yang di lakukan Maura setelah Helena pergi dari kamarnya.
Tok.... Tok.... Tok....
"Princess nya mama kamu udah siap sayang???" Untung saja mama tersayangnya datang kalau tidak Maura tidak akan tersadar dari khayalannya sambil memperhatikan dirinya sendiri di depan kaca.
"Eh iya maaaaaaaa..." Ujar Maura sambil membukakan pintu kamarnya.
Well, sekarang bukan hanya Maura yang terpana melihat dirinya sendiri tapi kini mamanya tak percaya jika bidadari di hadapannya adalah Maura –putrinya–.
"Kamu siapa ? Princess ku mana ?" Nyonya Aulia terlihat aneh saat melihat Maura yang tertawa kecil karena kekaguman mamanya secara tidak langsung.
"Aku Maura maa... Bagaimana ? Bagus sekali kan ? Ini adalah seni yang di buat dari tangan Helena Mom..." Ujar Maura yang tak henti memuji Helena periasnya.
"Kamu sangat cantik malam ini sayang! Ya sudah lebih baik kita langsung ke ruang tamu pasti papa mu juga akan satu pendapat dengan mama..." Ujar Nyonya Aulia yang sangat antusias.
"Baik maa..." Ujar Maura patuh.
Benar apa kata Nyonya Aulia malam ini Maura memang sangat cantik. Gaun cokelat pastelnya ini membuat nya terlihat elegan dan glamour. Graduasi warna gaun dengan kulitnya memang sangat cocok. Maura malam ini perdana memakai highheels yang cukup tinggi 8 cm. Tuan Andre kini hanya terpana melihat anaknya.
"Sayang ? dia Maura kan ?" Tanya papanya yang entah pura-pura lebay atau memang yang sebenarnya.
"Iya ini princess kita sayang..." Mamanya suka sekali menggoda Maura, putri kesayangannya yang terlihat malu sejak tadi.
"Maaa... paa... sekarang sudah jam setengah 7... jika tempatnya jauh kita akan terlambat..." Ujar Maura mengingatkan.
"Oh iya yaa ampun sampai lupa tapi sepertinya kita memang akan terlambat..." Ujar Tuan Andre yang segera masuk ke dalam mobil bersama istri dan anaknya.
.
.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments