"Tumben semangat bener lo?" Tegur Disha melihat Ira lebih dulu mengganti baju.
Ira meregangkan tangan seperti pemanasan. "Iya lah untung banget Bu Sita nggak masuk. Pelajaran kosong. Abis ini kan pelajaran olahraga. Siap ketemu guru baru yang ganteng itu..."
Lena tak kalah heboh, menyisir rambut hasil smoothing nya hati hati. Bahkan menggunakan lipgloss agar bibirnya mengkilap seperti kaca.
Disha geleng-geleng kepala. "Ampun deh lo pada.. jangan kecentilan deketin guru baru itu. Kalo dia udah punya istri gimana."
"Nggak mungkin.." sambar Ira. "Dia aja nggak pake cincin kawin. Berarti masih single tuh."
"Iya bener tuh.. pasti belum nikah dia!" Tambah Lena semangat.
"Ya nggak pake cincin kan bisa aja dia nggak nyaman dibawa olahraga." Komentar Disha.
"Pokoknya Pak Zafran jadi target utama incaran gue. Lo berdua bantuin gue ya?" Kata Ira yang langsung disemprot Lena.
"Enak aja! Gue juga ngincer dia!"
"Lo kan udah gebet Rion cowok les bahasa Korea lo."
"Baru gebet. Belum jadian. Kayaknya gue pindah hati liat Pak Zafran.."
"Wah parah lo ngajak bestie sendiri saingan.."
"Lo juga.."
"Eh udah udah jangan pada ribut..." Disha menengahi dengan kepala pusing, para sahabatnya kepincut dengan Zafran sampai segitunya.
"Lena nih, nggak pengertian amat," sungut Ira.
"Kok gue? Lo juga nggak mau ngalah," balas Lena sewot.
"Lo.."
"Udah stoooopp!!" Disha meninggikan suara membuat dua sahabatnya mingkem.
Sejak dulu Disha yang paling tegas dan jadi penengah kalau ada masalah. Kalau Disha sudah keluar wajah marahnya, baik Ira maupun Lena nggak akan berani sekedar melihat wajah saja.
"Kalian nih, ributin apa sih nggak penting amat.." Disha mengambil baju olahraga. "Gue ganti baju dulu. Awas kalo pada ribut lagi!"
Ira dan Lena menutup mulut rapat-rapat begitu Disha keluar kelas menuju ruang ganti.
"Kok dia marah?"
"Tau. Nggak biasanya. Kita juga nggak ribut beneran kan eh dia marah beneran."
"Hmm... Ada yang Disha sembunyiin nih kayaknya."
"Mungkin lagi ada masalah dia."
Di ruang ganti, Disha mengganti baju olahraga sambil memikirkan yang terjadi.
Dia cuma nggak suka ada yang rebutin cowok sampai segitunya.
Apalagi sahabat-sahabatnya.
Disha nggak berlama-lama di ruang ganti, karena jam pelajaran olahraga akan dimulai.
Bergegas ia kembali ke kelas.
***
Sudah diduga pasti pesona Zafran menghipnotis semua cewek di kelasnya. Terkecuali Disha yang sudah membentengi diri begitu tahu Zafran adalah Om-nya.
"Oke guys.. kita mulai pemanasan dulu." Zafran begitu gagah dan kekar, begitu mempesona. Kaos putih dan celana olahraga hitam, membuatnya semakin gagah. Bahkan di bawah terik matahari, pesona seorang Zafran makin terpancar.
Berbeda waktu Pak Roni guru yang umurnya hampir kepala lima, yang mengajar olahraga, terlalu otoriter dan nggak pernah puas kasih hukuman. Lena dan Ira apalagi, langganan dihukum lari keliling lapangan setiap jam olahraga, karena duduk ketika jam pelajaran. Pak Roni memang terkenal guru killer yang dibenci murid karena sering memberi hukuman yang nggak wajar.
Makanya begitu Pak Roni resign, ceria bye bye semua murid terutama yang langganan dihukum.
Sekarang, murid cewek semangat pejuang ikut pelajaran olahraga.
"Kalo gurunya begini, dihukum lari berapa kali juga gue mah ikhlas..."
"Iye.. sampe pingsan juga nggak apa-apa pasti digendong deh tu sama Pak Zafran."
"Duhh ganteng bener sih.."
"Udah kayak artis Korea."
"Iya."
Terdengar kasak kusuk teman-teman cewek di kelas, ketika Zafran sedang melatih melempar bola basket teman-teman cowok.
Disha sampai panas kuping dengarnya.
Hanya Ira dan Lena yang diam khawatir kena marah lagi oleh Disha.
Dari seberang lapangan, melintas seorang cowok berkacamata yang membuat Disha menghentakkan kakinya kesal.
Cowok berwajah manis itu dari kelas IPA. Bernama Aldo, mantan pacarnya. Mereka baru putus sebulan yang lalu.
Padahal Disha suka banget sama Aldo sejak kelas 2, waktu mereka sama-sama les bahasa Inggris di tempat yang sama.
Akhirnya tiga bulan lalu Aldo menyatakan suka dan mereka jadian.
Hanya saja, Disha tetap nggak bisa dibonceng motor.
Aldo kemana-mana selalu membawa motor.
Disha selalu menolak dibonceng. Malah mengajak Aldo naik angkot saja.
Aldo akhirnya bete padanya dan jadi cuek.
Puncaknya sebulan lalu Disha memergokinya boncengan dengan cewek lain. Begitu mesra.
Tanpa buang waktu, Disha langsung minta putus. Tapi Aldo cuek saja dan nggak memperjuangkan. Minta maaf aja enggak.
Baginya, pacaran dengan Disha seperti bodyguard saja. Ketika Disha naik angkot, Aldo harus mengikuti dari belakang.
Awal pacaran oke oke saja.
Lama-lama Aldo jenuh dan meminta Disha naik motor nya saja. Hanya Disha tetap menolak.
"Sssttt.. Dish.. masih belum move on lo dari dia?" Tanya Lena mengikuti pandangan sahabatnya.
Disha angkat bahu. "Kadang masih gedek aja kalo liat dia, Len."
Ira menyenggol lengan nya. "Udaahh.. nggak usah kesel. Lupain aja tu mantan cowok lo. Nadisha Rasty itu percaya diri lho. Udah cantik, pinter. Banyak yang suka sama lo."
"Iya gue udah nggak ada perasaan kok sama dia. Cuma masih gondok aja kalo inget."
"Sabar, Dish. Satu semester lagi kita ujian nasional. Begitu lulus, lo nggak akan liat dia lagi."
Disha mengangguk.
"Girls.. ambil bolanya." Zafran memberi perintah.
Semua cewek di kelasnya langsung berlarian mengambil bola.
***
Bergiliran mereka melempar bola ke ring.
Zafran sedang melatih keseimbangan dalam melempar bola.
Banyak yang sengaja salah melempar biar Zafran menempel mencontohkan bagaimana melempar bola yang benar.
Pada coba tebar pesona begitu dekat dengan Zafran.
Zafran acuh saja karena sedang mengajar.
Diam-diam Disha memperhatikan Om-nya yang begitu hangat tersenyum.
Sikap santainya begitu bersahabat membuat makin banyak yang nempel ke dia.
Disha nggak bisa membayangkan reaksi semua orang kalau tahu ia keponakan Zafran.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments