4. Apa Ini Sifat Aslinya?

Sudah pukul 14.15 begitu Disha pulang, dengan keringat bercucuran.

Udara begitu panas membuat ia sangat haus sejak tadi belum minum.

Barusan sehabis pelajaran olahraga ia tidak ke kantin karena papasan dengan Aldo. Mantan cowoknya membuatnya nggak nyaman dan memilih menahan haus dari pada melihat senyuman sok ganteng nya yang bikin Disha badmood.

Ia mengambil membuka kulkas mengambil sebotol air dingin dan menuangkan ke gelas lalu meneguknya tak sabar.

Begitu habis ia mendesah lega dan celingukan bingung. "Bunda mana ya? Kok tumben belum pulang."

Ia mengecek HP-nya. Barusan memang berbunyi ada pesan masuk.

Hanya saja karena santer penjambretan, ia tidak berani mengeluarkan HP dari tasnya ketika di jalan.

*Bunda sama Papa mau ke pabrik kain. Pulang malam. Bunda belum sempat masak, makan seadanya aja dulu ya Nak..*

Disha mengerucutkan bibirnya. "Baru kali ini Bunda absen masak buat aku. Ya udah lah, Bunda kan sibuk bantuin Papa kerja. Mending aku tidur aja."

Ia menuju kamarnya, dan menguncinya.

Setelah melepas seragamnya yang penuh keringat, ia ke kamar mandi untuk mencuci muka, tangan dan kakinya.

Begitu sudah ganti baju, ia merebahkan tubuhnya di kasur.

Hari ini begitu panas membuatnya capek panas-panasan menunggu angkot di pinggir jalan.

Tak lama ia terlelap.

***

Jam 5 sore, terdengar suara ribut yang cukup kuat sampai Disha terbangun.

"Itu bukannya suara Om Zafran?" Disha mengusap wajah dan turun dari kasur.

Sambil mengikat rambut, ia membuka pintu dan mengintip sedikit.

Seberang kamarnya adalah kamar Zafran.

Zafran nggak menutup pintu, sehingga Disha bisa melihat yang dilakukan.

Ternyata Zafran sedang ribut di telepon. Wajahnya terlihat marah. Jauh berbeda dengan ekspresi nya yang barusan dilihat di sekolah.

Iseng Disha menguping. Walau nggak nguping juga suaranya cukup kedenger.

"Lo udah gila! Gue nggak mau hubungan sama lo lagi! Bukannya lo udah punya lelaki kaya yang kasih lo segalanya. Nggak kayak gue, yang nggak punya apa-apa. Apa? Cuma semalem? Barang semenit juga gue nggak sudi sentuh lo lagi, paham! Jangan berani lo hubungin gue lagi!" Zafran mematikan telepon dan membanting HP-nya di meja.

Disha bergidik ngeri melihat ekspresi wajah Zafran yang jauh berbeda dengan yang biasa ia lihat.

Zafran terlihat dingin, auranya negatif, bahkan sorot matanya seperti ingin membunuh orang.

Lalu Zafran berdiri hendak keluar, ketika dilihatnya Disha mematung memandanginya dari balik pintu, wajah gadis itu ketakutan.

Seketika ekspresi wajahnya berubah lagi.

"Disha.. suara Om kekencengan ya sampai kamu bangun?" Zafran mendekat membuat Disha waspada memegang gagang pintu, siap menutupnya kalau Zafran menakutkan seperti tadi.

Zafran malah tersenyum. "Maaf ya kamu pasti takut."

Disha mengangguk dengan jantung berdegup kencang, barusan ia takut Zafran membentaknya karena menguping.

"Oh ya Mas Mirza sama Mbak Hesti pulang malem. Malem ini gimana kalau kita berdua makan di luar?"

Ajakan Zafran membuat mata Disha membulat lebar. "Ngg... Nggak deh Om, aku bisa makan mie instan aja."

"Lho.. nggak boleh. Kebanyakan makan mie instan. Pokoknya nanti kita makan di luar ya. Di seberang taman sana nasi goreng nya enak. Kamu harus cobain."

Disha nggak punya alasan nolak lagi, bingung dengan sikap Zafran yang cepat berubah.

Apa ini sifat asli Zafran?

***

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!