Mister Jae-Hwa masih tetap dengan ekspresi datarnya. Membuat semua orang tak bisa menebak jalan pikirannya.
"Mungkin kalau dari sudut pandang murid, alasanmu cukup masuk akal. Tapi, sebelum itu, kau harus mengingat-ingat peraturan apa yang sudah kau langgar baru-baru ini?", ucap Mister Jae-Hwa.
"Apa itu?", tanya Anna.
"Siapa yang baru mengumpulkan tugas sedetik sebelum pelajaran dimulai? Apa kamu tahu sesuatu, Arianna Seo?", sindir Mister Jae-Hwa terang-terangan. Di wajahnya terbit senyum. Cukup tampan memang, tapi aura yang dikeluarkan tidak sesuai dengan tampangnya. Mister Jae-Hwa bahkan lebih mengerikan saat ia tersenyum. Seperti harimau ganas yang akan semakin terasa menakutkan saat menampakkan taringnya.
"Baik, saya mengaku salah", aku Anna pasrah.
"Kau langsung mengakuinya begitu saja? Tak mau berkilah sedikitpun? Kemana kepercayaan dirimu saat meminta tambahan poin tadi?", cibir Mister Jae-Hwa.
"Saya tidak seperti yang Anda bayangkan, Mister. Kalau salah ya salah. Untuk apa begitu ingin terlihat sempurna? Bukankah tidak ada manusia yang bisa sempurna dalam segala hal?", tandas Anna melihat gurunya seperti sedang memanas-manasi dirinya.
"Karena perkataanmu barusan, aku menarik kembali niat memotong kredit poin. Tapi, kau tetap tidak akan mendapatkan tambahan poin sedikitpun", ujar Mister Jae-Hwa memutuskan.
"Bukankah tadi Anda berjanji akan memberikan tambahan 50 poin? Kemana janji itu?", protes Anna tak terima.
"Itu hukuman karena kau meminta yang lebih. Jangan pernah menjadi orang yang diberi hati justru meminta jantung", tegur Mister Jae-Hwa.
Pada akhirnya pun tetap tidak disetujui. Belum lagi, justru 50 poin tambahannya hangus karena arogansi sesaat. Benar-benar membuat Anna jadi ingin memutar waktu untuk memperbaikinya.
Anna sendiri juga baru menyadari belakangan ini terkait sifatnya yang satu itu. Ia baru sadar bahwa dalam situasi seperti itu karakter bawaannya muncul tanpa bisa dicegah. Meski ia sudah menekannya sedemikian rupa agar tidak keluar, tetap bisa tak tertahankan. Apalagi kalau melihat orang yang juga memiliki sifat arogansi yang kuat. Padahal sangat benci orang yang bersikap seperti itu. Apa ia sudah dicuci otak sebelum menjadi mata-mata? Kalau dipikir-pikir, ia versi Starla bahkan tidak tahu siapa keluarganya. Yang ia tahu dan pikirkan hanyalah cara paling efektif untuk menyelesaikan misi.
Ternyata balas pendapat yang dilakukan antara Anna dan gurunya menyita waktu yang cukup banyak. Tak terasa, 15 menit lagi jam pelajaran Mister Jae-Hwa usai. Setelah melanjutkan pelajaran sebentar, bel istirahat siang berbunyi. Para murid langsung menuju ke kantin untuk makan siang.
Begitupun juga Doona yang ikut berbaris di antrian. Setelah mendapatkan nampan jatah makan siang, ia mencari meja kosong untuk duduk bersama dengan Anna nantinya. Kantin sudah sangat ramai. Anna datang terlambat karena sehabis dari kamar mandi. Ia langsung menghampiri meja dimana ia melihat Doona melambaikan tangan ke arahnya sambil memberi isyarat kalau makanannya sudah diambilkan.
"Lama sekali?", tanya Doona.
"Tadi ada sedikit masalah jadi agak lama", jelas Anna.
"Masalah apa?", tanya Doona lagi.
"Bukan apa-apa. hanya masalah sepele", jawab Anna enggan memberitahu.
Doona tak bertanya lebih lanjut dan memilih untuk mulai menyantap makanannya. Anna juga tak berbicara apapun lagi. Mereka makan perlahan dalam diam.
Anna selesai makan lebih cepat dari Doona. Bagaimana tidak? Baru makan sedikit saja Doona tiba-tiba berhenti. Seperti melupakan hal yang penting, ia menepuk jidatnya. Rupanya lupa memotret nampan menu makannya itu.
Doona adalah seorang selebgram yang memiliki cukup banyak followers. Beberapa produk bahkan ada yang memberikan endorsement padanya. Untuk membantu ibunya mengurangi beban biaya hidup, Doona menjadi menekuni profesi tersebut.
Sambil menunggu Doona selesai makan, Anna membuka smartphone miliknya. Tampak banyak sekali notifikasi dari forum sekolah. Saking banyaknya, mungkin kalau dering ponselnya diaktifkan, suaranya tidak berhenti-henti. Yah, bagaimanapun, itu adalah platform siswa-siswi satu sekolah.
Anna sendiri tidak tertarik membukanya. Paling-paling isinya hanya bergosip. Sangat jarang yang di-posting adalah hal yang perlu. Anna tak menyadari orang-orang sekitarnya mulai memandangnya dengan tatapan yang berbeda sejak saat itu.
...****************...
Triing...
Bel sekolah berbunyi. Pertanda waktu sekolah telah usai. Para murid yang tadi tampak lesu langsung menunjukkan wajah bahagia. Tak terkecuali Doona.
"Ah... Akhirnya pulang juga!", pekik Doona seperti baru saja terbebas dari penjara.
"Anna, tugas kelompok bareng aku, yuk! Kamu ke rumahku saja. Kebetulan besok kafé ibuku tutup lebih cepat", ajak Doona sambil merapikan bukunya.
"Boleh. Nanti beritahu aku dimana rumahmu", terima Anna menjawab ajakan Doona.
"Bukannya kamu sudah pernah ke rumahku?", tanya Doona heran.
"Iya, tapi aku sudah lupa dimana persisnya", kilah Anna mencari alasan.
"Dasar pelupa! Nih, sudah aku kirim sherlok-nya." Doona mengirim pesan ke we-chat Anna.
"Oke, tunggu aku ya. Mungkin aku datang agak sore", janji Anna.
"Siap, bos!", sahut Doona.
Mereka pergi ke ruang loker untuk menaruh buku yang tidak perlu dibawa kerumah baru kemudian turun ke luar gedung bersama. Kakak angkatnya, Seokjin, sudah menunggu di parkiran. Doona juga pergi ke halte bus di arah yang berlawanan dengan jalan pulang Anna.
Sampai di rumah, hari sudah sangat sore. Anna mandi lalu rebahan di kasur empuk kingsize-nya. Ia membuka Instagram nya sebentar lalu tertidur kelelahan.
Pukul 7 malam, Anna terbangun karena mendengar pintu kamarnya diketuk. Rupanya itu adalah kakaknya yang menyuruhnya untuk ikut makan malam di bawah. Anna menurut. Ia segera keluar kamar dan turun bersama kakaknya ke ruang makan.
Makan malam berlangsung tenang. Tak ada seorang pun yang mengangkat suaranya untuk merusak keheningan. Hanya ada suara dentang sendok dan garpu yang beradu dengan piring. Mungkin karena mereka hanya makan berdua saja tanpa ayah dan ibu. Tadi sore mereka berangkat menghadiri perjamuan keluarga Lee.
Keluarga Lee adalah salah satu diantara keluarga kaya kelas 3 yang masih memiliki hubungan kerabat dengan keluarga Seo. Keluarga itu mengadakan pesta menyambut anggota baru keluarga mereka yang lahir sepekan sebelumnya. Anna dan Seokjin, kakak angkatnya tidak ikut hadir. Karena orang tua mereka tahu mereka tidak menyukai perjamuan semacam itu.
Anna langsung kembali ke kamarnya begitu makanan di piringnya habis. Seokjin sempat bertanya sekilas mengingatkan adik angkatnya tentang tugas sekolah. Ia adalah tipe kakak yang mungkin diidamkan oleh banyak orang. Ia sangat perhatian pada adiknya. Sayangnya ia sudah kuliah, membuatnya sulit mengetahui keadaan adiknya yang bersekolah di gedung yang berbeda dengannya.
"Ada tugas di sekolah? Jangan lupa kerjakan dan jangan tidur terlalu larut", ucap Seokjin.
"Iya, kakak juga selamat malam", sahut Anna sambil menumpuk piring kotor ke tengah meja.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan harinya, Anna bangun lebih pagi. Ia berniat mengganti furniture kamarnya dengan nuansa baru. Meski awalnya tak peduli, lama-lama ia tak nyaman pula dengan desain interior kamarnya yang tidak seperti dirinya. Tempo hari, Anna sudah bilang pada ibunya dan dibolehkan. Itulah sebabnya ia bilang akan datang sore saat Doona mengajaknya ke rumahnya.
Setelah bersiap, ia pergi diantar supirnya ke toko furniture milik SEO Group. Lama ia memilih. Akhirnya ia membawa pulang sebuah lemari kayu berukir, ranjang dan set kasur bernuansa hijau serta wallpaper dan lantai vinyl motif kayu. Untuk meja belajar dan meja rias, juga memiliki unsur alam pada desainnya. Sementara kursi belajarnya, ia memilih sebuah kursi gaming yang menurutnya lebih nyaman untuk duduk lama.
Sampai di rumah, Anna belum bersantai. Ia sendiri yang mengatur tata letak barang-barang itu. Sekarang kamarnya terlihat lebih simple dan elegan.
Di sudut kamar ia letakkan meja sudut yang sebelumnya memang sudah ada. Di sampingnya ada meja rias beserta kursinya. Di sudut yang lain, ranjangnya di taruh di samping meja belajarnya. Berhubung pakaiannya lumayan banyak, ia tetap membiarkan lemari lamanya tetap tinggal bersama lemari yang baru dibelinya. Sedangkan lemari sepatu, ia tetap menggunakan yang lama karena desainnya cukup netral untuk kamarnya yang bernuansa alam. Wallpaper dinding sudah dipasang sebelumnya bersama lantai vinyl.
Selesai. Anna rebahan di kasur barunya. Ia membuka ponsel melihat berita panas di koran digital. Seorang siswi bunuh diri karena sering di-bully teman sekolahnya. Anna heran. Mengapa semangat hidupnya begitu rendah hingga memutuskan untuk mengakhirinya sendiri? Karena kelelahan, ia tanpa sadar tertidur dengan ponsel yang masih menyala.
*****
Anna tertidur sangat nyenyak hingga hampir jam 2 siang. Saat terbangun, ia cepat-cepat mandi dan bersiap ke rumah Doona. Hampir saja ia lupa seandainya tidak ada alarm pengingat yang dipasangnya kemarin.
"Maaf, aku ketiduran", tutur Anna begitu sampai di cafe milik ibu Doona.
"Tak apa. Belum telat, kok", sahut Doona menyambut kedatangan temannya.
Doona tinggal di sebuah ruko tiga lantai di persimpangan jalan. Ibunya membuka sebuah cafe untuk menghidupi putri tunggalnya sejak bercerai. Cafe itu cukup ramai dengan lokasinya yang strategis. Meski hidup pas-pasan, tak pernah sekalipun membuat Doona kehilangan kepercayaan diri. Ia tetap energik dan tersendiri sepanjang hari.
Saat masuk Anna langsung dibawa ke lantai 3 bangunan itu.
"Maaf, kamarku kecil. Tentu saja tak dapat dibandingkan dengan kamarmu", kelakar Doona.
"Jangan dipikirkan. Aku tidak pernah berkomentar setiap kali ke rumahmu bukan?"
Mereka langsung mulai mengerjakan tugas. Pertama-tama, mereka mencari referensi yang relevan. Baru lalu kemudian menuangkannya di laporan tugas yang diketik.
Doona terlihat seperti hendak mengatakan suatu hal pada Anna. Tapi, ia ragu apakah tidak apa-apa bila ia menanyakan hal itu? Anna menyadari tatapan sahabatnya.
"Tanya saja kalau ingin bertanya", ujar Anna.
"Em... Anna, kamu sudah lihat forum sekolah?", tanya Doona hati-hati.
"Tidak, kenapa memangnya?", tanya Anna balik.
"Coba kamu lihat deh", pinta Doona.
"Paling juga hanya membicarakan rumor dan gosip tidak jelas", sahut Anna enggan mengurusi.
"Tapi, ini tentang kamu loh!", desak Doona.
Karena terus didesak, Anna akhirnya membuka handphonenya. Ia langsung melihat berita teratas di forum itu sesuai arahan Doona. Judul beritanya benar-benar sensasional. 'Kisah cinta tersembunyi murid dan guru', begitu tulisan besar yang ada di atasnya. Tampak sebuah foto seorang laki-laki dengan setelan jas membelakangi kamera si paparazzi. Di depannya ada seorang siswi berambut perak panjang. Sudut pemotretannya benar-benar membuat orang yang melihat salah paham. Meski sudah disamarkan, semua siswa disekolah sudah pasti mengira itu adalah Anna. Tak ada lagi di sekolah ini yang punya rambut perak selain dirinya.
"Siapa yang membuat berita ini?", keluh Anna memegangi alisnya yang berkerut.
Bersambung.....
...----------------...
Apakah berita itu memang benar? Kalau memang itu hanya rumor, bagaimana Anna akan membalas si pelaku penyebar kebohongan? Atau justru ia hanya akan menganggapnya angin lalu saja?
Ikuti terus kisahnya...!
Tolong beri dukungan, like dan fote!
Tinggalkan jejak kalian di kolom komentar!
Jangan lupa masukkan ke daftar favorite biar kalian nggak ketinggalan saat ceritaku up! ;-)
Terimakasih semuanya...! ^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 11 Episodes
Comments