Tok-tok...
Terdengar suara pintu kamar Anna diketuk, disusul suara dari baliknya.
"Nona, sepupu nona datang mengunjungi", ucap Bi Emile.
Anna yang sedang rebahan bangkit dari kasur untuk membukakan pintu.
"Ya, aku akan segera turun."
Ini sudah kali kedua Haeri datang. Kemarin lusa, sepupunya itu juga datang bersama bibinya. Tapi, sepertinya hari ini Haeri datang sendiri. Karena Bi Emile tak menyebut kedatangan bibinya.
Haeri Seo, adalah anak dari adik tiri perempuan ayah Anna. Yang berarti ia adalah sepupunya. Seperti anak orang kaya kebanyakan, Haeri selalu tampil glamor. Meski tampak simple, namun setiap orang akan tahu bahwa baju yang dipakainya tak murah.
"Halo, kakak sepupu! Kita bertemu lagi. Kemarin kita tak sempat bermain karena kau masih dalam masa pemulihan. Bisakah hari ini kita bermain sepuasnya?", tanya Haeri antusias.
Anna menerima ajakan itu. Berpikir tak ada ruginya bila ia pergi. Ini bisa jadi kesempatan untuk mempelajari sifat Haeri. Agar ia dapat menentukan, bagaimana ia akan menyikapi Haeri kedepannya.
"Bolehkah, Ibu?", tanya Anna pada ibunya yang duduk bersama di sofa tamu.
"Pergilah. Ibu tak akan melarang. Bersenang senanglah bersama sepupumu", jawab ibunya mengiyakan.
"Tunggu aku bersiap sebentar", pinta Anna pada Haeri. Ia naik ke kamarnya. Ia sedikit lama memilih. Ia sangat maksimal untuk persiapan kali ini meski hanya punya sedikit waktu karena mendadak. Menutup kesempatan kalau-kalau Haeri berniat mempermalukannya di depan umum.
"Penjagaan Anna Bibi percayakan padamu ya, Haeri. Tolong jaga Anna baik-baik", titip ibu Anna pada Haeri sebelum mereka pergi.
"Jangan khawatir Bibi. Haeri pasti akan jaga kakak sepupu dengan baik."
Tak banyak yang dilakukan dua nona muda itu di luar. Mereka pergi bermain di alun alun dan berbelanja di salah satu pusat perbelanjaan milik keluarganya. Hingga menjelang sore hari, mereka kembali ke kediaman masing-masing.
Sikap Haeri pada Anna juga tak ada yang mencurigakan. Entah memang kekhawatiran Anna yang berlebihan atau dia menyembunyikan kebusukannya dengan sangat baik. Anna tak ambil pusing. Toh, kalaupun Haeri merencanakan sesuatu, ia bisa menghindarinya. Secara dia adalah mantan agen mata mata handal.
...****************...
Sudah waktunya Anna kembali ke sekolah. Seragamnya juga sudah disiapkan. Ia bangun pagi pagi untuk bersiap. Entah kejadian apa yang menunggunya di sekolah. Firasatnya mengatakan akan ada sesuatu yang buruk terjadi. Firasatnya ini hampir tidak mungkin meleset.
Selesai memakai seragamnya, Anna turun untuk sarapan. Tadi Bi Emile sudah memberitahu kalau ibu dan ayahnya sudah menunggunya.
Sampai di ruang makan, ia mendapati dua laki laki asing juga duduk. Satu terlihat berumur mungkin ayahnya. Satunya lebih muda.
'*B*ukankah Anna ini anak tunggal?', batin Anna pada dirinya sendiri.
"Anna, duduklah."
"Baik, Ayah", patuh Anna pada laki laki yang tadi berbicara padanya.
"Syukurlah kau masih ingat ayah", ucap ayahnya lega.
"Makanlah pelan-pelan", ucap ibunya mengingatkan.
Anna makan dalam diam. Sementara ayah dan ibunya sesekali mengobrol. Tiba-tiba ibunya bertanya padanya.
"Anna, apa kau masih ingat siapa ini?", tanya Ibunya.
Anna menggeleng pelan. Ia memang tak mengenal laki laki yang duduk di sampingnya itu.
"Dia Seokjin, kakak angkatmu. Kau yang merengek pada Ayah untuk membawanya pulang. Saat itu kau masih kecil", jelas ibunya disertai tawa ringan mengingat anaknya yang sangat menggemaskan sewaktu kecil.
"Sudah, cepat habiskan sarapannya. Jangan sampai kalian terlambat tiba disekolah", ucap ayahnya menyudahi pembicaraan.
Selesai sarapan, Anna berangkat ke sekolah bersama Seokjin. Suasana selama perjalanan sangat canggung. Tak ada satupun dari mereka yang bersuara. Anna memang berpikir tak ada yang perlu dibicarakan. Seokjin menurunkan Anna tepat di depan gedung sekolah. Setelah itu, ia melaju menuju tempat parkir.
Anna masuk ke kelas 11-2 seperti yang dikatakan Seokjin padanya. Sampai di kelas, seorang siswi berambut pendek menyambutnya. Di dada kirinya tersemat pin bertuliskan Doona Kim.
"Anna! Kau sudah absen berhari hari. Kau habis jalan jalan, kah?", canda gadis itu.
Anna hanya menanggapinya dengan tawa pelan. Gadis itu sepertinya satu satunya teman pemilik tubuh asli. Ia tidak terlihat berbahaya dan sepertinya sangat polos. Hanya dia yang menyambutnya. Sementara murid lain acuh tak acuh bahkan ada beberapa yang memandang sinis bahkan meremehkannya.
Tak berapa lama kemudian, pelajaran dimulai. Miss Sooha yang mengajar pelajaran kimia pagi ini. Anna mengetahuinya dari papan nama yang ada di dada kirinya.
Pelajaran ini sudah biasa bagi mantan agen mata-mata sepertinya. Meski begitu, ia berusaha fokus agar tidak ditegur. Walaupun sebenarnya ia diam-diam sedang memperhatikan ke luar jendela.
Di akhir pelajaran, Miss Sooha menulis pertanyaan di papan tulis. Ia menyuruh siapapun yang ingin menjawab untuk maju mengisi. Seorang murid laki-laki berdiri dari kursinya. Ia mengangkat tangannya dan berbicara lantang.
"Miss, Arianna sepertinya ingin menjawab!", serunya.
Anna terkejut. Kelas menjadi riuh menertawakannya. Doona terlihat khawatir.
"Kau mau jawab?", bisik Doona yang duduk di sampingnya. "Lebih baik tak usah dihiraukan. Kau sendiri tahu, tuan muda Han sering sekali mencari masalah denganmu."
Anna hanya diam seperti yang disarankan Doona. Lagipula ia merasa tak perlu meladeninya. Miss Sooha juga segera menenangkan kelas.
"Do-Yoon, coba kerjakan!", perintah Miss Sooha. Do-Yoon maju dan seisi kelas pun tenang kembali.
Selesai Do-Yoon menulis, Miss Sooha membahas sedikit dan kelas pun diakhiri.
Sekarang waktu istirahat. Doona mengajak Anna pergi ke kantin. Doona memesan semangkuk kalguksu dan jus lemon. Anna hanya membeli sekaleng soda.
"Minum soda di pagi hari tak bagus untuk kesehatan", tutur Doona menasehati. Ia memakan sup mi tebalnya perlahan.
Anna hanya mengangguk pelan, membenarkan perkataan Doona.
"Aku sedang tak ingin makan."
"Lebih baik minum jus kalau tak selera makan", saran Doona.
Meski begitu, Anna tetap menghabiskan soda. Sulit rasanya menghilangkan kebiasaannya di kehidupan lalunya itu. Ia pamit pergi ke ruang loker mengambil buku untuk pelajaran nanti. Tadinya ia ingin meminta diantar Doona. Tapi melihatnya sedang asyik makan, ia mengurungkan niatnya.
'Aku akan tanya orang saja, letak ruang loker. Syukur-syukur kalau bertemu Seokjin di jalan', pikir Anna berjalan tak tentu arah.
Anna memperhatikan papan nama setiap ruangan yang dilewatinya. Ketika sedang lewat, ia melihat satu ruangan yang papan namanya kosong. Membuatnya sedikit penasaran. Ia berhenti sejenak. Mempertimbangkan apakah ia akan mencoba masuk atau tidak.
Buk!
Bahunya tersenggol seseorang. Ia bergumam merutuk orang yang melewatinya begitu saja setelah menabraknya. Yang dirutuk menyadari dirinya sedang dirutuki.
"Hei! Apa yang kau katakan barusan? Coba katakan lebih keras!", bentak orang itu.
"Aku bilang kau tak punya mata", sahut Anna santai.
"Berani kau?! Cepat minta maaf!", seru orang itu geram.
"Untuk apa? Toh, kamu yang menabrak. Kenapa aku yang harus minta maaf", jawab Anna ringan.
Malas berdebat, Anna berlalu meninggalkan orang itu. Lagi pula ia masih harus mencari letak ruang loker. Orang itu menahan pundaknya memaksanya berbalik. Tak cukup dengan itu, ia menekan bahu Anna mengharuskannya berlutut. Ia berjongkok memegang dagu Anna membuatnya mendongak menatap tajam.
"Haha, rupanya orang berkedudukan tinggi sepertimu bisa melakukan hal serendah ini", cibir Anna tertawa mengejek.
Ia baru saja melihat orang dihadapannya memakai lencana elang emas dengan pita merah. Tak heran sikapnya begitu arogan. Lencana elang emas dipakai oleh anggota OSIS. Lencana dengan pita merah untuk perempuan sementara lencana dengan pita biru untuk laki laki.
"Akhirnya kau menyadari perbedaan kedudukan antara kita. Sepertinya kau tak tahu bagaimana seharusnya bersikap. Aku akan berbaik hati mengajarimu sopan santun yang benar!", tandas orang itu.
Tangannya siap menumpahkan jus kotak yang dipegangnya, bermaksud menyiram kepala Anna.
Bersambung...
\*
\*
\*
\*
\*
\*
\*
\*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 11 Episodes
Comments