Chapter 1

Starla mendapati dirinya berada di tempat yang sangat indah. Disekitarnya tampak lapang dan hijau dengan beberapa pohon rindang dan semak penuh bunga bermekaran. Langit biru yang cerah dengan awan yang teduh menambah sejuk semilir angin yang menyapu wajahnya. Tak jauh dari tempatnya berdiri, tampak seorang gadis yang wajahnya terasa familiar. Gadis itu menghampirinya. Berjalan semakin mendekat, hingga tiba di hadapannya.

"Hai, mungkin kamu sudah kenal aku sekilas. Meski begitu, aku tetap akan memperkenalkan diriku lagi kalau-kalau kau tak ingat siapa aku", ujar gadis itu ramah.

Starla hanya acuh tak acuh. Namun ia merasa janggal. Gadis itu terasa sangat familiar, namun Ia tak dapat mengingat apapun tentang gadis itu. Bukankah ia sedang menjalankan misi di Mesir? Pemandangan sekitarnya saja sudah benar-benar tak ada miripnya dengan Mesir yang beriklim subtropis dengan nuansa gurun saharanya.

Jangan-jangan ia tertangkap dan dibawa ke tempat ini untuk diinterogasi? 'Oh, tidak! Karirku sebagai agen yang tak pernah gagal dalam misi akan hancur setelah ini.'

"Aku Arianna, pemilik asli tubuh yang sekarang engkau tempati. Kau mati akibat ledakan di gedung saat sedang menjalankan misi. Kalau aku, mungkin kau sudah bisa menebak apa yang terjadi hingga membuatku mati", papar gadis yang mengaku bernama Arianna itu.

"Bagaimana aku bisa berada disini? Apa kau yang membuatku terjebak dalam tubuh lemahmu?", tanya Starla. Ia merasa janggal. Bagaimana ia bisa berpikir tubuh gadis itu lemah padahal ia tak tahu apapun?

"Kau tak dapat berlama lama berada disini. Kau harus segera pergi. Aku hanya berpesan, tolong jaga keluargaku. Tak ada yang lebih penting bagiku selain ini. Aku yakin kau dapat melakukannya", pinta Arianna mengabaikan pertanyaan Starla.

Anna belum sempat berkata apapun lagi dan gadis itu telah lenyap, hilang entah kemana. Ia baru menyadari kalau ia dengan mudahnya percaya begitu saja dengan perkataan gadis tadi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

'Uhh....' Starla mengerjapkan matanya refleks. Berusaha beradaptasi dengan silaunya cahaya lampu yang menerobos disela kelopak matanya. Badannya terasa pegal dan linu. Ia belum membuka matanya sepenuhnya. Namun, disekitarnya menjadi ramai.

"Bibi, Kak Anna bangun!", seru seorang gadis kecil.

"Cepat panggil dokter!", perintah seorang laki laki yang tampak berusia 20an.

Starla bangkit untuk duduk. Berusaha mencerna apa yang terjadi disekitarnya.

"Anna tiduran saja. Kamu baru saja bangun", pinta seorang ibu muda dengan lembut.

Anna? Siapa yang dimaksud olehnya? Starla sangat bingung ketika menyadari wanita itu sedang berbicara padanya. Meski, Starla tetap tak bergeming. Ia masih belum mengerti keadaannya saat ini. Hal pertama yang dilakukan olehnya setelah bangun adalah meminta untuk diambilkan cermin. Meski tak tahu apa yang akan dilakukannya, mereka tetap membawakan.

'*Ini bukan diriku. Apa aku benar benar masuk kedalam tu*buh orang lain?', batin Starla melihat pantulan di cermin.

Wajah cantik dengan mata biru seperti kristal dan rambut perak indah. Perban melingkar di kepala menutupi dahinya.

Potongan-potongan kejadian yang tak dapat ia ingat baginya terlintas dipikirannya. Mengharidirkan perasaan tak asing secara bersamaan. Sangat banyak, hingga membuat ia jatuh pingsan lagi. Saat sadar kembali, ia mendapati orang disekelilingnya tampak sangat khawatir.

"Syukurlah kau sudah bangun. Kalau tidak, bagaimana ibu akan melanjutkan hidup tanpamu?", ucap wanita cantik yang langsung memeluknya dengan tangis bahagia.

"Bagian yang mana yang sakit? Apa ada yang tidak nyaman?", tanyanya lagi masih dengan air mata bercucuran.

"Kenapa kau bisa sampai seperti ini? Katakan pada Ibu, siapa yang menindas mu disekolah?", lanjut wanita itu. Wajahnya terlihat khawatir dan menyiratkan kegeraman.

'Kalau sesuai ingatan yang terlintas tadi, seharusnya wanita yang memelukku ini adalah Ibuku', pikir Starla.

"Aku tak apa apa, Ibu. Maaf sudah membuatmu khawatir", ucap Starla yang sekarang sudah berganti identitas menjadi Anna.

Ibunya menoleh ke arah dokter yang berada dikamar itu.

Seolah mengerti maksud tatapan itu, Sang Dokter menjelaskan.

"Seperti yang sudah saya sampaikan barusan. Anak ibu mengalami gegar otak ringan yang mungkin membuatnya amnesia jangka pendek", jelasnya.

Anna bernafas lega mendengar penuturan dokter itu. 'Syukurlah kamu divonis amnesia. Jadi aku tak usah berpura pura menjadi dirimu', ucapnya dalam hati seolah berbicara pada tubuh barunya itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah dirawat sehari lagi di rumah sakit, dokter mengijinkan Anna pulang untuk menjalani rawat jalan dirumahnya. Keluarganya membawanya pulang ke sebuah villa mewah. Bangunan bernuansa klasik yang tampak sangat megah dengan halaman yang luas dan taman yang indah. Banyak pelayan yang menyambut di depan.

"Selamat datang kembali di rumah, Nona", sambut seorang wanita paruh baya.

"Tak usah memaksakan diri. Beradaptasilah pelan-pelan", ucap Ibunya pada Anna lembut.

"Terimakasih, Ibu", sahut Anna.

"Bi Emile, tolong antar Anna ke kamarnya!", perintah Ibunya pada wanita yang tadi menyambutnya.

"Baik, Nyonya. Mari, ikuti saya, Nona", tuntun wanita itu. Anna menurut mengikutinya dari belakang.

"Saya dengar Nona amnesia. Kalau begitu, saya akan memperkenalkan diri lagi. Saya Emile Hilton, kepala pelayan sekaligus pengasuh Nona sejak kecil", jelas wanita paruh baya yang berjalan di depan Anna.

Emile menjelaskan beberapa hal sepanjang perjalanan ke kamarnya. Anna mendengarkan dengan saksama. Sesekali ia bertanya bila ada suatu hal yang membuatnya penasaran.

"Disini kamarnya. Nona bisa memanggil saya bila memerlukan sesuatu. Atau Nona boleh juga memerintah pelayan yang lain. Saya undur diri dulu. Masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan", ucap Emile sebelum pergi meninggalkan Anna.

Anna masuk ke kamar yang terlihat sangat mencolok. Sangat bertolak belakang dengan penampilan di luar kamar. Sangat menunjukan sifat pemiliknya yang kekanak-kanakkan. Kasur, selimut, meja belajar, cermin rias, hordeng, hingga wallpaper dinding, semua bernuansa pink. Agak memuakkan bagi dirinya yang lebih suka gaya minimalis dan elegan. Mungkin berbeda jika yang menilai adalah Anna yang asli.

Tapi hal itu tidak terlalu dipikirkannya untuk saat ini. Sekarang ia ingin mencaritahu tentang dunia barunya itu. Dinyalakannya PC yang ada di meja belajar. Terlihat jam menunjukan pukul 9.06 AM. Dalam sekejap ia tahu bahwa ia berada di kota Gwangju, Korea Selatan. Diketahui juga ia masih berada di dunia dan abad yang sama dengan kehidupan sebelumnya.

Kriing...

Terdengar suara telepon berdering dari laci meja belajar. Anna dengan segera mengambil smartphonenya. Ternyata seseorang menelepon. Dilayar tertulis nama Haeri Seo. Ia mengusap tombol hijau di layar ke atas untuk mengangkat.

"Anna, kau sudah pulang dari rumah sakit?", tanya orang yang ada diseberang telepon.

"Em, aku sudah sampai di rumah", jawab Anna.

"Baiklah, aku akan segera pergi kesana. Aku sudah sangat rindu denganmu", ucap lawan bicaranya itu. Belum sempat Anna menjawab, telepon sudah dimatikan secara sepihak. Begitu singkat hanya untuk berbicara itu. Bahkan tanpa basa-basi telepon langsung dimatikan setelah menyampaikan maksud sebenarnya.

Siapa sebenarnya Haeri itu? Melihat marganya, mungkin ia adalah kerabatnya atau bahkan sepupu Anna? Entahlah. Yang pasti ia harus tetap waspada. Karena ia tak tahu apakah Haeri adalah kawan atau lawan.

... ****************...

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️

𝓐𝔂⃝❥🍁●⑅⃝ᷟ◌ͩṠᷦụᷴfᷞi ⍣⃝కꫝ🎸❣️

Semangat thor 💪🏻❤️

2023-01-05

1

Cellestria

Cellestria

lanjut thor~


mampir juga di karyaku ya🤗

2023-01-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!