"Jadi, kamu akan kembali ke Indonesia dengan.." Edward menghentikan ucapannya. "Julie?" lanjutnya setelah mengingat nama dari wanita itu.
"Ya, aku akan ajak dia." Tim menghentikan mobilnya di sebuah bangunan megah bagai istana.
"Kapan kamu berangkat?" Edward menekan remote di tangannya untuk membuka pintu gerbang.
"Mungkin satu minggu lagi."
"Come on Bro.. aku akan kesepian." ucap Edward sedih.
Mereka kini berada di halaman rumah Edward yang seperti lapangan bola. Tim memarkir mobil di samping koleksi mobil mewah milik Edward. Dia sudah tinggal bersama Edward lebih dari 2 tahun, jadi Tim mengerti dengan baik letak rumah ini. Seperti biasa, mereka akan melakukan ritual untuk ngobrol di teras, sebelum kembali ke kamar masing-masing. Edward orang yang cukup introvert. Dia tidak akan keluar kamar jika tidak ada keperluan mendesak.
"Kamu sudah cek identitas..." Lagi-lagi Edward melupakan nama gadis itu.
"Julie.." jawab Tim.
"Ya.." Edward menunggu laptopnya menyala sembari menyesap kopi yang telah disediakan oleh pembantu mereka.
"Bagaimana bisa cek kalau kita saja belum lihat wajahnya?" keluh Tim.
"Namanya usaha, Tim." Edward tampak serius mengetikan sesuatu. "Done." Dia memutar layar laptopnya ke arah Tim. Di situ terpampang banyak identitas dari wanita yang memiliki nama Julie.
"Ed.. come on.. ini terlalu random." Tim tampak malas melihat satu persatu data yang Edward tunjukan.
"Aku akan kirim file nya ke ponsel mu. Nanti kamu cocok kan dengan wajahnya."
Tim geleng-geleng kepala melihat semangat Edward dalam meretas data. Ya, berkat Tim, Edward jadi menemukan hobi baru. Dia bahkan sudah mendaftarkan diri untuk kuliah lagi dalam jurusan IT.
"Kamu lebih cocok di meja operasi, Ed." saran Tim. "Lagi pula aku tidak akan mengurusnya di Indonesia.. aku hanya akan membawa nya ke sana."
"Hmm.. aku tidak yakin.." "Apa kata-kata hari ini?" tanya Edward kepo. Dia tau kalau sahabatnya ini rutin memberikan kata-kata semangat untuk Julie.
"Tentang kupu-kupu."
"Sok puitis kamu, Tim."
Pembicaraan mereka harus terputus karena telepon dari Ben, ayah Edward.
"Ya Dad?" "Apa? Keluarga Wilson?" "Apa harus ke sana?" "Okey, Dad.. I got it." Edward menghela nafas panjang.
"Kenapa Ed?"
"Dad minta aku ke tempat keluarga Wilson. Ini sungguh menyebalkan."
"Siapa Keluarga Wilson?" tanya Tim penasaran.
Edward menjelaskan siapa itu Keluarga Wilson. Keluarga itu adalah Keluarga yang berpengaruh di America. Usaha mereka bergerak di bidang konstruksi dan memiliki lebih dari 200 cabang di seluruh dunia. Ben meminta Edward untuk pergi ke sana karena anak perempuan mereka baru saja hilang dan dinyatakan meninggal.
"Mau aku temani?" Tim menawarkan diri dengan sukarela.
"No. Kamu harus siap-siap pergi sama...."
"Julie, Ed.... Julie..." kata Tim emosi.
Edward tertawa puas. Timothy adalah pria yang sangat mudah jatuh cinta. Dia pasti akan melakukan segalanya untuk wanita yang dia sukai.
***
Rumah sakit
Julie menatap cermin yang diberikan Dokter Richard. Dia merasa takjub dengan penampilan barunya. Semua orang tidak akan tau jika dia Ana Wilson. Tahi lalat di pangkal hidung sudah hilang, dan terutama lesung pipinya yang khas juga tidak ada. Meskipun di beberapa bagian masih ada bengkak, tapi Julie bisa melihat secara keseluruhan, akan jadi seperti apa wajahnya.
"Terima kasih Dokter.." Julie sangat terharu. Dia tidak dapat berkata-kata lagi atas kebaikan Dr. Richard.
"Pria itu pasti sangat ingin melihat wajah anda, Nona Julie."
Julie terdiam karena mengingat pria bernama Timothy itu. Dia mengambil surat yang di taruh Tim hari ini untuknya.
Kupu-Kupu Raja. Kamu tau binatang itu kan? Meskipun kupu-Kupu itu tampak ringkih, tapi dia bisa bermigrasi sejauh 4000km..Juga, meskipun 70% sayapnya rusak, dia tetap bisa terbang dan bertahan hidup.. Kamu jauh lebih kuat dari Kupu-Kupu itu bukan? Jadi, meskipun lelah, tetaplah bertahan..
Julie tersenyum penuh arti. Dia melipat surat itu, lalu menyimpan di belakang case ponselnya.
"Dokter, saya akan pergi ke Indonesia,, bisakah perban nya di pasang saja? Saya akan lepas nanti setelah sampai di sana." pinta Julie sebelum Dr.Richard pergi.
"Tentu saja.. akan lebih baik jika ini di perban dulu, karena wajah mu belum benar-benar sempurna."
"Terima kasih banyak Dokter.."
"Sudahlah.. ini semua karena pacarmu itu." goda Dr. Richard.
"Pacar?"
"Dia yang bilang seperti itu..karena untuk operasi, kami butuh persetujuan keluarga."
Julie terdiam. Keluarga. Dia merasa sangat asing dengan kata itu.
'Kamu akan lebih baik jika hidup sendiri, Julie. Ini keputusan yang tepat.' Sekali lagi Julie memandang wajahnya di cermin.
Ini akan sulit, tapi dia pasti bisa melewatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments