Menolong Ana

Edward turun lebih dulu, dan meminta beberapa bantuan medis untuk membawa tubuh Ana dari dalam mobil. Dia mengutuki Tim yang sembarangan saja membawa orang itu tanpa penanganan yang tepat. Dia hanya berharap semoga apa yang mereka lakukan tidak menambah cedera pada tubuh Ana.

"Dia kecelakaan, dada nya dan pelipisnya sobek." jelas Edward kepada beberapa perawat yang sedang menggotong tubuh Ana. Mereka dengan sigap memasang oksigen, dan beberapa alat yang di perlukan.

"Siapa dokter yang jaga?" Tanya Edward lagi.

"Tidak ada.. Dokter IGD baru saja menangani pasien lain."

"Cepat bawa dia, saya yang akan tangani."

"Tapi.." tanya perawat itu ragu. Edward memang adalah calon dokter di sana. Tapi saat ini dia belum mendapatkan lisensinya.

"Anda lupa siapa pemilik rumah sakit ini?" tanya Edward lagi.

Akhirnya perawat itu menurut dan membawa Ana ke ruangan emergency. Ya, rumah sakit ini milik ayah Edward. Dia juga memiliki beberapa rumah sakit di negara lainnya. Jadi, mereka tidak ada yang bisa menghalangi Edward.

"Kamu yakin Ed bisa tolong dia?" Tim menahan Edward yang akan masuk ke ruang emergency.

"Kemungkinan terburuk, aku di penjara. Cepat cek identitasnya, kabari keluarganya." perintah Edward.

Dia masuk ke ruangan emergency. Lampu merah segera menyala. Edward sudah mensterilkan dirinya dan menggunakan pakaian operasi. Dia mengecek luka di dada terlebih dulu. Luka nya dalam, tapi tidak sampai menembus jantung nya.

"Aku tidak bisa menemukan keluarga mu, jadi aku dan temanku di luar sana ingin menolong kamu." "Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk mengobati luka-luka kamu.. mohon bertahanlah." Edward membisikkan kata-kata itu di telinga Ana sebelum dia melakukan tindakan.

Jari Ana bergerak. Melihat itu, Edward dapat dengan tenang untuk membantu Ana.

*

*

*

Butuh waktu cukup lama supaya pendarahan Ana berhenti. Edward sudah menyelesaikan luka pada dada Ana. Perawat yang mendampingi Edward hanya mampu berdecak kagum karena dokter muda yang nekat ini ternyata melakukan dengan sangat baik.

Kini Edward beralih pada wajah Ana. Perawat sudah mengeluarkan pecahan-pecahan kaca yang menempel di pelipisnya. Separuh wajah Ana rusak.

"Apa ada Dr.Richard?" tanya Edward sambil mengelap keringat yang mengalir deras dari dahinya.

"Dia baru selesai operasi." jawab salah satu perawat.

"Cepat panggil." perintah Edward sambil memandangi gadis itu. Saat ini semua tampak stabil.

Tak lama Dr. Richard datang ke ruangan emergency. Dia berhenti mengomel ketika melihat Edward ada di dalam.

"Kamu sedang apa Ed?" tanya nya terkejut. Jelas saja terkejut karena nama Edward belum tercantum di rumah sakit ini.

"Sepeti yang terlihat."

"Kamu benar-benar gila." Dr. Richard tidak dapat berhenti geleng-geleng kepala. Pandangan Dokter itu lalu beralih pada sosok yang terbaring di ranjang. "Kenapa dia?"

"Kecelakaan..tolong operasi wajahnya karena ada jaringan yang sepertinya rusak."

Dr.Richard melihat kondisi pasien, lalu dia mengangguk. Ini bukan soal yang sulit, karena dia adalah dokter bedah plastik terbaik di rumah sakit ini.

"Aku harus mengubah beberapa bagian. Apa tidak apa-apa?"

"Tanyakan saja pada pria di depan." Edward melepaskan sarung tangan dan maskernya, lalu dia berjalan keluar.

*

*

*

Di luar, Tim sedang mondar mandir menunggu Edward. Sudah 2 jam dia berada di depan ruang emergency dengan perasaan cemas karena Edward tak kunjung keluar. Kalau wanita itu tidak selamat, bukan hanya Edward yang di penjara, tapi dirinya juga akan mendekam di sana.

"Ini pria yang bertanggung jawab atas pasien tadi." Edward membuka pintu. Dia muncul bersama seorang dokter tua yang juga berkacamata seperti dirinya.

Tim melongo ketika Edward berkata kalau dia orang yang bertanggung jawab pada gadis itu. Tim sudah membuka tas milik Ana. Dia tidak dapat membuka ponsel Ana, dan juga tidak menemukan apapun dalam dompet nya. Jadi, saat ini dia belum tau siapa keluarga bahkan nama gadis itu. Dan sekarang Edward bilang kalau Tim yang akan bertanggung jawab? Tentu saja Tim tidak dapat berkata apa-apa lagi dan hanya bisa melongo.

"Saya dokter yang akan melakukan bedah wajah pasien. Tapi sebelumnya, anda perlu menandatangi dokumen di depan."

"Dokumen?" tanya Tim bingung.

"Kamu mau dia selamat? Lakukan saja." bisik Edward.

"Oke, baik dok.." Jawab Tim ragu.

"Saya juga akan mengubah sedikit struktur wajahnya, apa tidak masalah?" tanya Dr.Richard lagi.

"Apapun yang penting dia bisa jadi cantik dan juga bisa selamat."

"Kalau bisa diubah seperti Jennie blackpink." goda Edward sambil menyenggol Tim.

"Sudah lah, cepat selesaikan prosedurnya, waktu saya berharga." usir Dr. Richard.

Edward segera menarik Tim untuk menandatangani dokumen. Dia sudah bernafas lega, karena tugasnya sudah selesai.

"Aku hanya bisa bantu kamu sampai di sini, Tim." ucap Edward saat dia selesai menandatangani dokumen.

"Bro, kamu ga bisa gitu." protes Tim.

"Hey, masa depanku masih panjang. Aku belum selesaikan kuliah ku." Edward menepuk pundak Tim.

"Kamu kira masa depan ku tidak panjang?"

"Tapi kamu lebih bebas.." "Sudahlah, aku mau belajar lagi. Kamu tunggu dia sampai keadaannya membaik."

Tim mendengus kesal. Semua perkataan Edward memang benar.

Edward dan Tim berbeda 180°. Edward adalah si good boy dari anak dari keluarga baik-baik. Dia juga anak yang jenius. Sedangkan Tim, dia tidak memiliki orang tua, dan hidup lebih bebas. Tim tidak melanjutkan kuliah nya dan sekarang dia bekerja sebagai hacker.

Kalau sampai terjadi apa-apa dengan Edward, Tim akan sangat merasa berdosa.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!